Ring...
Bel jam makam siang sudah berbunyi, teman sekelas Izuku dan Izumi banyak yang menghela napas lega, ada yang langsung segar matanya dan riuh rame untuk segera ke kafetaria.
"Wah aku tak menyangka saudaramu ini religius, Deku-kun!" Ucap Uraraka menghampiri meja Izuku dan Izumi.
"Deku?" Tanya Izumi menaikkan sebelah alisnya.
"Bukan... bukan... maksud ku, deku yang ku maksud seperti you can do it. Deku disini orang yang pantang menyerah."
"Yah... Onii-chan memang pantang menyerah. Aku Izumi, panggil saja nama depanku." Ucap Izumi mengulurkan tangannya.
"Ochaco Uraraka. Panggil aku Ochaco. Tak adil dong, kalau hanya aku saja yang memanggil nama depanmu."
"Hehe... kau benar."
"Jadi, mau makan bareng?" Izumi mengangguk.
"Ayo." Izumi segera menyimpan rosario nya ke saku dab mengikuti Uraraka bersama Izuku, kemudian disusul Iida.
Izumi memesan nikudon porsi jumbo. Uraraka yang melihat porsi Izumi melebarkan mata.
"Kelemahan quirk-ku rasa lapar. Aku tidak mau kelaparan setelah nanti kita latihan kepahlawanan."
"Apa quirk-mu, Midoriya-kun?" Iida yang bertanya.
"Panggil aku Izumi, atau Midori atau terserah. Jangan Midoriya, nanti kami berdua yang akan menoleh." Izumi mengulurkan tangan ke Iida yang disambutnya dengan baik.
"Aku Tenya Iida, yoroshiku." Izumi mengagguk.
"Quir-ku psionik. Lebih sempitnya telekinesis, seperti ibu." Jawab Izumi bangga.
"Lebih sempit? Maksudnya?" Tanya Iida.
"Basisnya memang telekinesis, tapi adikku ini bisa melakukan hal lain. Dia bisa telepati dan seorang empath." Jelas Izuku semangat jika membahas tentang quirk.
"Kau ini berlebihan, kak. Quirk ibu memang hebat. Ibu juga paling hebat di dunia." Izumi memuji ibunya semangat.
"Kau sangat menyayangi ibumu ya, Izumi-chan." Izumi menangguk semangat sebagai jawaban dari Uraraka.
Izumi mengeluarkan rosarionya. "Ibu kami mengandung selama 12 bulan, hingga ibu meminta berkat ke gereja untuk diberikan kelancaran saat persalinan. Pendeta memberikan rosario ini sebagai alat untuk berdoa." Izumi berubah sendu. "Izuku lahir dengan selamat, tapi saat melahirkan ku ibu meregang nyawa kemudian, dokter mengatakan bahwa quirk ku mampu menyembuhkan ibu. Jadi sekarang, sebagai tanda syukurku, aku tak berhenti memuji Tuhan yang telah memberikan hidup."
"Jadi kalian kembar?" Tanya Uraraka dan Izuku mengangguk.
"Quirk penyembuh? Jangan-jangan kau bisa menyembuhkan juga." Kini Iida benar-benar tertarik. "Kau sungguh hebat, memiliki 2 quirk yang sangat langka dan salah satunya penyembuh. Kau pasti menjadi Hero yang hebat di masa depan."
"Kau terlalu memuji, Iida-kun. Kita semua yang berlatih di UA yang akan menjadi Hero yang hebat." Sanggah Izumi dengan senyum yang lembut. Uraraka dan Iida bersemu melihat senyum tulus dari adik kembar Izuku itu.
Mereka berempat menghabiskan makan siang diselingi dengan obrolan ringan.
Seorang siswa berambut dwiwarna tampak menikmati makan siangnya dengan damai, namun sepasang mata hetrokromatiknya memperhatikan tangan siswi baru itu yang tak berhenti menggulirkan manik sejak pelajaran pertama dimulai. Tidak banyak anak muda jaman sekarang yang religius dan itu cukup menggelikan.
Setelah kenyang mengisi perut, keempat murid kelas 1-A kembali kelas untuk melanjutkan pelajaran tentang kepahlawanan.
Izumi melihat sebuah meja dan kursi kosong di belakang sendiri disamping meja-kursi seorang siswi jangkung berkuncir ekor kuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeking Redemption
Fanfiction°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°° Cover by: @zhaErza Saat Earth Wanda mengira dirinya sudah melakukan hal benar dengan menutup dan menghancurkan buku terkutuk Darkhold di seluruh semesta agar tidak ada Wanda-Wanda hitam yang lain, semesta sea...