"Ibu melahirkan kalian berdua dengan usia kandungan 12 bulan. Lebih 3 bulan dari usia lahir normal. Kata dokter semuanya normal, tidak ada kelainan apapun hanya saja kalian berdua belum juga mau lahir ke dunia."
"Kenapa saat itu dokter tidak langsung mengoperasi untuk mengeluarkan kami berdua, Bu?"
"Sudah dilakukan, nak. Tetapi setiap sayatan yang digoreskan ke perut ibu selalu menutup sendirinya dengan cepat, sampai dokter heran. Saat itu, alat ataupun obat untuk menonaktifkan quirk sementara belum marak seperti sekarang ini."
"Banyak dokter sangat tertarik dengan kehamilan ibu. Mereka melakukan serangkaian tes yang ibu tidak tahu apa. Sampai pada akhirnya, dokter hanya meminta ibu dan ayahmu untuk berdoa agar dapat segera kontraksi."
Inko mengeluarkan sebuah rosario. "Ini adalah Rosario yang diberikan pendeta dari gereja dekat rumah kita. Ibu berdoa kepada Tuhan untuk diberikan kelancaran saat persalinan."
"Tiga bulan kemudian, ibu mulai merasakan kontraksi di perut. Ibu merasakan kontraksi selama satu Minggu lamanya. Itu karena bayi-bayi ibu selalu menyembuhkan setiap luka di jalan lahir. Seolah kalian berdua tidak mau ibu kesakitan. Selain itu, ibu juga tidak merasa kelelahan sama sekali. Bayi-bayiku benar-benar tidak mau merepotkan ibunya."
"Lalu ibu berdoa dan berdoa. Ibu tidak menyerah. Sampai disuatu titik ibu mengelus perut ibu dan berkata 'Ibu akan menahan sakit dan lukanya, nak. Ibu ingin menggendong kalian berdua'. Ajaibnya, ibu langsung melahirkan kau Izuku dan setelahnya adik perempuan mu."
"Karena kalian cukup besar, luka robekan dijalan lahir ibu sangat besar. Namun, kalian berdua yang ada dipelukan ibu mengeluarkan cahaya yang langsung menyembuhkan ibu sampai akhirnya adikmu tidak menangis lagi."
Inko mulai menangis lagi.
"Setelahnya, ibu mendapatkan kabar bahwa adikmu telah dikremasi tanpa sempat ibu melihat wajah terakhir adikmu." Izuku mengelus punggung ibunya yang bergetar. Izuku pun juga ikut menangis merasakan kesedihan ibunya.
"Lalu, saat dokter menetapkanmu sebagai anak tanpa quirk, ibu sungguh merasa gagal. Ibu tidak tega mengatakan hal yang sebenarnya, jika kau mempunyai saudara dan itu sudah tiada. Maafkan ibu, nak."
"Tolong, Izuku. Bawa kembali adikmu. Ayo kita berkumpul bersama lagi."
"Bu, Izuku menemukan putrimu. Dia cantik."
"Onii-san datang, Izumi." Bisik Izuku lirih.
Izuku menatap tangki didepannya tanpa berkedip. Gadis yang benar-benar mirip dengannya. Rambut hijau yang panjang nya selutut, bintik-bintik di pipi dan hidungnya. Bagai pinang dibelah dua.
"All might kami tidak mampu menemukan saklar untuk menonaktifkan tangkinya."
"Tidak ada kabel atau apapun itu yang terhubung ke tangki."
"Apa maksudnya?" Tanya All Might heran.
"Tangki ini seolah-olah berdiri sendiri tanpa bantuan apapun. Benar-benar tangki berisi cairan dan seseorang. Tanpa apapun, anything."
"Kami juga mencari-cari apakah ada dokumen arau catatan. Tapi nihil. Seolah, disini hanya ada tangki berisi anak perempuan ini saja." Kemudian, All Might dan semuanya memandang Izuku yang masih terpana di depan tangki dimana adiknya melayang-layang ditengah tangki dengan mata tertutup.
"Jadi ini target kita? Hanya seorang anak kecil? Apa hubungannya dengan si Hijau itu?" Tanya Endeavor menggelegar.
"Dia adiknya Midoriya. Kembar. Anak ini mengirim SOS melalui mimpi." Terang All Might.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeking Redemption
Fanfiction°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°° Cover by: @zhaErza Saat Earth Wanda mengira dirinya sudah melakukan hal benar dengan menutup dan menghancurkan buku terkutuk Darkhold di seluruh semesta agar tidak ada Wanda-Wanda hitam yang lain, semesta sea...