Dua tahun telah berlalu sejak Zian meninggalkan Indonesia. Waktu berlalu dengan cepat, namun bagi Zian dan keluarganya di Indonesia setiap hari terasa seperti abad yang panjang, Kehidupan di rumah terasa hampa tanpa suara langkah kakinya yang terburu-buru setiap kali dia terlambat bangun atau senyumnya yang selalu menyemangati adik-adiknya.
Di Jepang, Zian telah menjalani hari-hari penuh latihan dan disiplin. Dia belajar banyak dari Opa Keynal dan Oma Ve, yang dengan penuh kasih sayang namun tegas membimbingnya. Perjalanan itu tidak mudah, tetapi perlahan Zian menemukan ketenangan dalam dirinya. Amarah yang dulu sering menguasainya mulai terkendali. Katana yang sering dia bawa sekarang lebih dari sekadar senjata, itu adalah simbol dari kedewasaannya, kedisiplinannya, dan ikatan kuat dengan keluarganya.
Namun, saat Zian berdiri di depan cermin di kamar hotelnya, mengenakan jaket hitam kesayangannya dan melihat katana yang tergantung anggun di sampingnya, pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Flashback itu datang tanpa peringatan, mengingatkannya pada momen penting yang mengubah jalan hidupnya selama di Jepang.
---
Flashback 1 tahun yang lalu
Beberapa bulan setelah tiba di Jepang, Zian masih berjuang dengan amarahnya. Meskipun latihan dengan Opa Keynal membuatnya semakin kuat secara fisik, emosinya masih sering tak terkendali. Suatu malam, saat dia sedang duduk termenung di taman belakang rumah, memikirkan keluarganya dan teman-temannya di Indonesia, dia dipanggil oleh Opa Keynal.
"Zian, kemarilah," panggil Opa Keynal dengan suara tenang tapi tegas. Zian menoleh dan melihat kakeknya berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati sang kakek.
Opa Keynal memimpin Zian masuk ke dalam rumah, ke ruang latihan keluarga yang dipenuhi dengan senjata-senjata tradisional Jepang. Di tengah ruangan, katana berkilauan di bawah cahaya lampu. Zian menatapnya dengan tatapan kosong, masih tenggelam dalam pikirannya.
"Zian," kata Opa Keynal dengan nada serius, "Aku tahu kau sedang memikirkan banyak hal. Kehidupan di sini tidak mudah bagimu. Tapi, ada sesuatu yang perlu kau pahami. Dunia ini tidak seaman yang kau kira. Terlebih lagi, dunia di mana kau dilahirkan, bukanlah dunia yang bisa kau hindari selamanya."
Zian mengernyit, bingung dengan arah pembicaraan kakeknya. "Maksud Opa apa?"
"Kau adalah bagian dari keluarga ini, Zian. Keluarga kita telah lama berada di dunia yang gelap, dunia yang penuh dengan bahaya dan kekerasan. Sebagai pewaris nama Ryuji, kau harus terbiasa dengan hal-hal yang berbau kekerasan. Bukan untuk menjadi bagian dari kekerasan, tetapi untuk memahami, dan jika perlu, melindungi mereka yang kau cintai."
Zian masih tidak sepenuhnya mengerti. "Tapi, Opa, aku tidak ingin menjadi bagian dari dunia itu. Aku ke sini untuk mengontrol emosiku dan menjauhi dari hal-hal seperti itu Opa."
Opa Keynal menatap Zian dengan tatapan tajam namun penuh kasih. "Kau tidak bisa lari dari takdirmu, Zian. Dunia ini akan selalu menjadi bagian dari dirimu, suka atau tidak. Daripada lari, lebih baik kau pelajari dan kuasai. Setidaknya, kau akan siap menghadapi apapun yang datang di masa depan."
Kemudian, Opa Keynal mengangkat katana yang terletak di meja. "Coba pegang ini," katanya sambil menyerahkan katana tersebut kepada Zian. Awalnya, Zian ragu-ragu, tetapi akhirnya dia mengambilnya dengan kedua tangan.
Saat Zian menggenggam katana itu, perasaan aneh merayapi dirinya. Ada sesuatu yang dalam dan bermakna dari pedang ini, sesuatu yang berhubungan erat dengan dirinya dan keluarganya. Namun, sebelum dia bisa merenungkannya lebih jauh, Opa Keynal memberitahu sesuatu yang menggetarkan hatinya.
"Zian, ada kabar dari Indonesia," kata Opa Keynal dengan nada berat. "Gengmu, Dark Wolf, diserang oleh geng lain. Geng itu bukan geng biasa, mereka adalah bagian dari sindikat mafia yang ingin mengambil alih wilayah yang dulu keluarga kita kendalikan dan ada juga yang berafiliasi dengan mafia dari negara lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Wolf
ActionDark Wolf, geng yang dibangun sejak kecil oleh Arzian bersama sahabat-sahabatnya Aldo, Ollan, Daniel, Floran, dan Gitan-resmi berdiri saat SMP. Namun, setelah Arzian pergi dikirim ke Jepang karena sebuah insiden, geng ini menghadapi ancaman besar d...