Di dalam kamarnya yang sepi, Chika termenung sambil memeluk bantal, pikirannya penuh dengan kejadian tadi siang. Pipinya masih merah, mengingat bagaimana dia terjatuh dan berada dalam pelukan Zian. Detik-detik itu terus berputar di kepalanya, dan setiap kali terlintas, ada perasaan aneh yang membuat hatinya berdebar.
"Apa aku... mulai suka sama dia?" gumamnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar.
Namun, segera setelah pertanyaan itu muncul, Chika langsung menepisnya. "Nggak mungkin," dia berkata dengan tegas, seakan menegur dirinya sendiri. "Mana mungkin aku suka sama orang seperti dia... si curut itu!" Chika menggigit bibirnya, mencoba menenangkan pikirannya, namun hatinya menolak mengikuti logika yang dia coba tanamkan.
Chika berdiri dari tempat tidurnya, berjalan ke meja kecil di sudut kamarnya. Di sana, tersimpan sebuah kotak musik kecil, hadiah dari seseorang yang dulu sangat spesial baginya. Dengan hati-hati, dia mengambil kotak musik itu dari dalam laci. Kotak musik itu tampak sederhana, terbuat dari kayu dengan ukiran halus di sekelilingnya. Namun, bagi Chika, kotak musik itu menyimpan lebih dari sekadar kenangan masa kecil-itu adalah simbol dari persahabatan yang dulu ia anggap abadi.
Dengan perlahan, Chika memutar tuas di sisi kotak musik. Melodi lembut segera memenuhi ruangan, mengalun indah. Di dalam kotak musik itu, terdapat dua figur anak kecil, seorang laki-laki dan perempuan, berputar berlari bersama. Mereka terlihat begitu bahagia, seolah-olah tidak ada yang bisa memisahkan mereka.
Chika menatap figur-figur kecil itu dengan intens. Hatinya terasa hangat, namun juga penuh dengan rasa rindu yang mendalam. Setiap kali memainkan kotak musik ini, ia selalu kembali teringat pada masa kecilnya-pada seseorang yang dulu sangat dekat dengannya.
"Al..." gumamnya pelan, matanya mulai berkaca-kaca. Nama itu terucap begitu saja, penuh dengan kerinduan yang sudah lama dia pendam. "Kamu dimana sekarang?"
Chika menikmati alunan musik dari kotak musik kecil di tangannya, tenggelam dalam kenangan masa kecilnya yang indah namun menyakitkan. Ingatannya berputar kembali ke masa saat ia masih duduk di kelas 2 SD, ketika hidupnya tiba-tiba berubah dengan kabar yang tak pernah ia harapkan.
Flashback On
Malam itu, suasana di meja makan terasa berat. Ayah Chika, Jiran, tampak serius saat memberitahu keluarganya tentang keputusan besar yang akan mengubah hidup mereka. "Chika," kata Ayahnya dengan suara tenang, "Kita akan pindah ke Bali minggu depan. Ayah harus bekerja di sana, dan urusannya tidak bisa ditinggalkan."
Mendengar kata-kata itu, sendok yang dipegang Chika jatuh ke piring. Wajahnya memucat, dan air matanya langsung menggenang di pelupuk matanya. Tanpa berkata apa-apa, Chika berlari dari meja makan dan naik ke kamarnya, tangisnya pecah tanpa bisa ditahan.
Di kamarnya, Chika membenamkan wajahnya di bantal, menangis sejadi-jadinya. Pikiran tentang meninggalkan sahabat terbaiknya, 'Al', begitu ia memanggilnya-terus menghantui benaknya. Mereka telah tumbuh bersama sejak usia 3 tahun, bermain, tertawa, dan menjalani hari-hari tanpa pernah terpisah. Dan sekarang, semuanya akan berubah.
Tak lama kemudian, pintu kamarnya terbuka pelan, dan sosok Cindy, mamanya, masuk dengan langkah hati-hati. Melihat putrinya yang terguncang, Cindy segera duduk di sampingnya dan memeluk Chika dengan lembut, membiarkan gadis kecilnya melampiaskan kesedihannya.
"Mami..." suara Chika terisak di antara tangisnya, "Chika nggak mau pisah sama Al... Nanti di Bali Chika nggak punya temen kaya Al."
Cindy tersenyum lembut, meski hatinya ikut teriris melihat putrinya begitu terpukul. Dia tahu betapa kuat ikatan pertemanan mereka. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa pertemuan mereka dengan keluarga sahabatnya bertahun-tahun lalu akan menciptakan hubungan yang begitu dalam di antara kedua anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Wolf
ActionDark Wolf, geng yang dibangun sejak kecil oleh Arzian bersama sahabat-sahabatnya Aldo, Ollan, Daniel, Floran, dan Gitan-resmi berdiri saat SMP. Namun, setelah Arzian pergi dikirim ke Jepang karena sebuah insiden, geng ini menghadapi ancaman besar d...