Chapter 33

968 90 16
                                    

Siang itu, cuaca di taman begitu cerah. Awan-awan tipis menggantung di langit biru, dan angin sepoi-sepoi berhembus lembut, menyapu daun-daun pohon yang rindang. Dengan outfit santai, Zian, Gita, dan Christy naik mobil menuju taman kota. Setelah mobil terparkir rapi, mereka keluar dan langsung berjalan menuju area taman yang dipenuhi pepohonan hijau dan udara segar.

Zian berjalan santai di belakang, memperhatikan kedua saudarinya yang tampak begitu menikmati suasana. Gita membawa novel tebal di tangannya dan segera mencari tempat duduk yang nyaman di dekat danau untuk membacanya. Sementara itu, Christy dengan riang membawa sekantung kecil roti kering yang sudah disiapkan dari rumah. Tujuannya jelas, ia ingin memberi makan ikan di danau.

"Kak! Zoy! Kalian lihat nggak? Ikannya pada berebut makan!" Christy berseru senang saat melemparkan roti ke danau, ikan-ikan kecil langsung muncul dan berkerumun.

Zian hanya tersenyum melihat adiknya yang ceria, sementara Gita tetap sibuk dengan novelnya, hanya sesekali melirik ke arah Christy dan tersenyum kecil. "Iya, Dedek, seru ya. Ikannya banyak banget," Zian akhirnya ikut menanggapi sambil mendekat ke pinggir danau.

Setelah puas memberi makan ikan, Christy menghampiri kedua kakaknya. "Abang, Kak Git, kalian kan janji mau beliin Christy ikan. Sekarang kita beli, ya?" Christy berkata dengan nada penuh harap.

Zian dan Gita saling melirik, lalu tanpa banyak bicara, mereka mengangguk setuju. "Yaudah, yuk kita ke kios ikan dulu," Gita menjawab sambil menutup bukunya dan memasukkannya ke dalam tas.

Mereka pun berjalan menuju kios ikan yang berada di salah satu sudut taman. Christy, yang paling bersemangat, langsung sibuk memilih-milih ikan cupang. Ia tampak serius memperhatikan warna-warna cerah ikan di dalam toples kecil.

"Aku mau yang ini... eh, tapi yang ini juga lucu..." Christy terlihat bimbang, terus melihat-lihat sampai akhirnya dia menjatuhkan pilihannya.

"Abang, Kak Gita, aku mau yang ini!" Christy menunjuk dua ikan cupang, satu berwarna biru dan satu lagi berwarna merah. Wajahnya berseri-seri penuh kegembiraan.

Zian hanya tersenyum dan tanpa banyak bicara langsung membayar ikan-ikan tersebut. Sementara itu, Gita hanya menggelengkan kepala sambil tertawa kecil melihat betapa seriusnya Christy dalam memilih.

"Ayo Kak, kita beli es krim juga, ya! Kakak-kakak udah janji sama Christy hari ini, kan?" Christy berkata riang setelah keluar dari kios ikan, mengacungkan plastik kecil yang berisi ikan cupangnya.

Zian dan Gita lagi-lagi saling melirik. Mereka tak bisa menolak permintaan Christy. "Iya, iya, ayo kita beli es krim. Mana mungkin kami tega nolak permintaan kamu," kata Zian sambil mengacak pelan rambut Christy.

Setelah selesai membeli ikan, es krim, dan cemilan, mereka bertiga kembali ke tempat duduk yang tadi. Christy duduk di tanah, asyik menikmati es krimnya sambil sesekali memperhatikan dua ikan cupang yang baru saja dibelinya. Gita dan Zian, di sisi lain, hanya duduk santai di bangku taman, menikmati cemilan yang mereka beli sembari menikmati suasana taman yang tenang.

Saat Christy masih sibuk dengan es krimnya, tiba-tiba pandangannya tertuju pada seorang gadis yang duduk sendirian di kursi sebelah danau. Gadis itu tampak sedang melamun, dan Christy langsung mengenalinya. Wajahnya langsung berseri-seri, tanpa berpikir panjang, ia berlari ke arah gadis itu.

"Kak Chika!" seru Christy, dengan penuh semangat memeluk gadis itu.

Gadis yang dipanggil Chika itu tertawa kecil dan membalas pelukan Christy dengan hangat. "Dedek! Lagi ngapain di sini?" tanya Chika sambil tersenyum lebar, mengusap pelan rambut Christy.

Dari kejauhan, Zian dan Gita memperhatikan interaksi mereka. Zian yang sejak tadi hanya duduk santai di bangku, mendadak mengernyitkan dahinya. Ada rasa penasaran yang tak tertahankan dalam dirinya. Zian lalu mendekatkan dirinya kepada Gita yang duduk di sebelahnya. Dengan sedikit bingung, dia menyandarkan kepalanya ke bahu kakaknya, merasa ada yang aneh tapi tidak bisa menguraikannya. "Kak," kata Zian pelan, "Siapa sih mak lampir itu? Kok bisa Dedek akrab banget sama dia? Dan... kenapa rasanya dia nggak asing di hidupku?"

Dark WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang