Chapter 35

1.1K 105 14
                                    

Pagi itu, Zian berangkat ke sekolah dengan penampilan barunya, berbeda dari biasanya. Tidak ada lagi kacamata tebal, rambut kusut, atau seragam yang tampak asal-asalan. Kali ini, Zian tampil dengan gaya yang jauh lebih cool. Rambutnya rapi, jaket kulit yang membungkus tubuhnya membuat penampilannya semakin menonjol. Sepatu sneakers hitam melengkapi kesan misterius yang ia bawa.

Setelah memarkirkan motornya, Zian berjalan menuju gerbang sekolah dengan tenang, wajahnya datar seperti biasa. Namun, ada perubahan dalam setiap langkahnya—langkah yang lebih percaya diri. Tepat di gerbang, ia melihat kakaknya, Gita, bersama Cepio dan Chika.

Tanpa ekspresi, Zian mendekat. Saat sampai di depan mereka, ia menyapa kakaknya dengan tenang, "Pagi, Ka Gita. Pagi, Cepio."

Melihat Zian yang seolah tidak memedulikannya, Chika bergumam kesal dalam hati, "Sialan! Kemarin dia nggak cuek-cuek amat, sekarang malah kayak nggak kenal. Bangke emang ni orang." Wajahnya memerah menahan rasa kesal.

Gita yang menyadari kekesalan Chika tertawa kecil dan menepuk pundak Zian. "Kok yang ini nggak disapa?" katanya dengan nada menggoda.

Zian hanya tersenyum tipis mendengar ucapan kakaknya, kemudian menoleh ke arah Chika dan berkata, "Oh, pagi, Mak Lampir." Ia menyapa dengan nada datar namun terlihat ada sedikit cengiran di wajahnya.

Mendengar panggilan itu, Chika mendengus kesal. "Dasar jahat! Kak Gita, pacar kamu ini nyebelin banget! Aku dipanggil Mak Lampir!" keluhnya sambil menatap Gita dengan mata memelas.

Fiony, yang berdiri di sebelah Gita, tiba-tiba tampak kaget. "Pacar? Zian pacarnya Ka Gita?" tanyanya dengan bingung, tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya.

Namun, sebelum Fiony bisa melanjutkan, Gita menyenggol pelan lengannya dan memberi isyarat agar tidak membahasnya lebih jauh. "Biar aja dulu," Gita berbisik singkat, membuat Fiony hanya bisa mengangguk patuh.

Zian, yang tidak terlalu peduli dengan interaksi di belakangnya, melanjutkan langkahnya. Setelah berlalu dari gerbang, ia berjalan menuju kelasnya dengan tenang. Namun, ia mulai menyadari sesuatu yang berbeda. Banyak siswi yang berhenti di sepanjang koridor, memperhatikannya dengan kagum.

"Keren banget sih dia!"

"Astaga, cowok ini siapa? Kok tampan banget?"

"Dia dulu culun, tapi sekarang jadi cool banget!"

Berbagai bisikan kekaguman terdengar dari para siswi di sekelilingnya. Mata mereka terpaku pada Zian yang melangkah dengan tenang, seolah tidak terpengaruh oleh perhatian yang diberikan kepadanya. Sorakan-sorakan kecil dan bisikan kagum terus mengiringinya hingga ia memasuki kelas.

Di dalam kelas, suasana tak jauh berbeda. Teman-temannya menatapnya dengan heran, tidak percaya dengan perubahan yang terjadi pada Zian dalam semalam. Mereka seolah melihat sosok yang berbeda dari sebelumnya.

Zian hanya tersenyum tipis, memasukkan tangannya ke saku jaket dan berjalan ke kursinya. Tidak ada lagi penyamaran. Tidak ada lagi Zian yang culun.

Zian memasuki langsung melihat Aldo dan Ollan yang sudah duduk di bangkunya masing-masing. Keduanya menampilkan senyuman menyambut kedatangan Zian. Sama seperti dirinya, Aldo dan Ollan juga tampak dengan penampilan baru yang lebih rapi dan berkelas, jauh dari kesan culun yang mereka tampilkan sebelumnya.

Aldo menyapa lebih dulu, "Pak ketu, akhirnya nggak nyamar juga. Dari tadi anak-anak pada ngomongin lo." Dia tertawa kecil.

"Yah, akhirnya kita bisa jadi diri sendiri. Nggak usah capek-capek lagi akting." tambah Ollan dengan ekspresi lega.

Zian hanya tersenyum tipis, tidak terlalu banyak berkata, namun jelas bahwa dia juga merasa lega. Meskipun mereka selama ini bersandiwara, hari ini menjadi hari pertama mereka bisa menunjukkan jati diri asli mereka di sekolah ini.

Dark WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang