Chapter 4

862 87 5
                                    

Markas Dark Wolf, Malam Hari

Setelah menerima saran untuk menerapkan strategi bumi hangus, Gitan, Aldo, Ollan, Daniel, dan Floran memutuskan untuk melaksanakannya. Tapi sebelum itu, mereka memanggil seluruh anggota Dark Wolf untuk berkumpul dan memberi tahu mereka tentang keputusan ini.

Panggilan Untuk Berkumpul

Di malam yang mencekam, markas Dark Wolf kembali dipenuhi oleh 150 anggota. Semua wajah tampak penuh kekhawatiran, namun ada juga harapan yang tampak samar di mata mereka.

Gitan berdiri di depan dengan empat sahabatnya. Dia mengangkat tangan, meminta perhatian semua orang.

"Gue tahu kalian pasti bingung dan khawatir," Gitan memulai, suaranya mantap namun penuh emosi. "Udah satu tahun sejak Zian pergi, dan kita tahu selama itu juga Dark Wolf jadi target berbagai geng. Mereka pikir kita lemah tanpa Zian, dan gue nggak akan bohong tanpa Zian, kita memang kesulitan."

Suasana jadi hening, semua anggota fokus pada kata-kata Gitan.

"Tapi hari ini," lanjut Gitan, "kita punya rencana. Rencana yang mungkin terdengar gila, tapi ini satu-satunya cara buat kita bertahan. Kita akan... vakum. Kita berhenti sementara, biarin mereka mikir kalau Dark Wolf udah musnah. Kita bakar markas ini, seakan-akan kita udah hancur."

Keributan kecil mulai terdengar, namun semua anggota tampaknya siap mendengar penjelasan lebih lanjut .Aldo maju selangkah. "Dengerin dulu. Ini bukan akhir. Kita akan kembali. Tapi sebelum itu, kita harus hilang dari radar mereka. Kita sembunyi, latih diri kita jadi lebih kuat, dan saat waktunya tiba, Dark Wolf akan bangkit lagi lebih kuat, lebih solid, lebih siap dari sebelumnya."

Daniel menambahkan, "Ini adalah cara kita untuk reset segalanya. Musuh kita akan lengah, dan saat itulah kita akan kembali dengan kekuatan penuh."

Floran menguatkan pernyataan mereka. "Ini mungkin terdengar berisiko, tapi kita nggak bisa terus-terusan dalam posisi defensif. Kalau kita nggak bertindak sekarang, kita bakal habis. Gue yakin kita bisa lewatin ini bareng-bareng."

----

Setelah beberapa saat, salah satu anggota  maju ke depan. Dia menatap Gitan dan teman-temannya dengan tatapan serius.

"Kami percaya sama kalian," katanya. "Kalau ini yang harus kita lakukan, kami akan ikut. Dark Wolf bakal vakum, dan ingat kami selalu siap kapan pun kalian butuh kami lagi."

Semua anggota mulai mengikuti, satu per satu mengangguk, memberikan dukungan penuh pada keputusan ini.

"Oke deal" kata Gitan dengan nada penuh rasa terima kasih. "Besok malam, kita lakuin ini. Gue harap kalian semua siap. Kita akan kembali, dan waktu itu nggak akan lama lagi."

Malam Pembakaran

Keesokan malamnya, seluruh anggota Dark Wolf berkumpul di markas untuk terakhir kalinya dengan menggunakan atribut serba hitam dan masker untuk mengelabuhi mata-mata. Mereka mengemas barang-barang berharga dan dokumen penting sebelum menyalakan api di beberapa sudut markas, menyaksikan bagaimana api mulai melahap tempat yang penuh kenangan itu.

Gitan berdiri di depan markas yang terbakar, bersama Aldo, Ollan, Daniel, dan Floran. Mereka tidak bisa menyembunyikan perasaan campur aduk. Markas ini bukan hanya sebuah bangunan, tapi tempat di mana mereka membangun persahabatan, kekuatan, dan identitas mereka sebagai Dark Wolf. Kini semuanya berubah menjadi abu.

Air mata perlahan menetes di pipi Floran, yang meski berusaha kuat, tak mampu menahan emosi. "Gue nggak percaya ini harus terjadi," bisiknya, nyaris tak terdengar.

Ollan menepuk pundak Floran. "Kita bakal bangkit lagi, flo. Ini semua demi masa depan Dark Wolf."

Aldo, yang biasanya tegar, tampak tak mampu menahan rasa harunya. "Gue janji, kita nggak akan biarin ini sia-sia. Kita akan bangkit, lebih kuat dari sebelumnya. Dan kita akan balas tuntas mereka yang berani mengancam kita."

Gitan menatap api yang semakin membesar dengan tatapan penuh tekad. "Ini belum berakhir," bisiknya, seakan berbicara kepada dirinya sendiri dan teman-temannya. "Ini cuma awal dari kebangkitan kita."

Ketika mereka mulai melangkah menjauh, tiba-tiba suara motor terdengar mendekat. Mereka berhenti, menoleh, dan melihat sosok laki-laki yang familiar namun belum bisa dikenali karena bayangan malam.

Gitan, satu-satunya yang mengenali sosok ini, merasakan kekagetan yang mendalam. Namun, dia juga menerima isyarat untuk merahasiakan identitas orang ini untuk sementara waktu. Sosok ini mendekat dengan langkah tenang dan memandang Gitan.

"Ini belum selesai," katanya dengan nada rendah namun tegas. "Kalian akan kembali. Aku akan memantau seluruh anggota Dark Wolf selagi kalian vakum dan ketua kalian di Jepang."

Gitan mengangguk dengan penuh pengertian, meskipun rasa terkejut dan rasa ingin tahunya terpendam. Sosok misterius itu lalu melangkah pergi, meninggalkan Gitan dan teman-temannya dengan perasaan campur aduk.

Mereka berbalik dan melanjutkan perjalanan mereka menjauh dari markas yang kini sudah menjadi abu. Suara api yang membakar dan panas dari kobaran api menambah berat suasana.

Malam itu menjadi titik awal baru untuk Dark Wolf. Meskipun markas mereka hancur, semangat mereka untuk bangkit kembali tetap membara.


JANGAN LUPA VOTE YE GUYSSS!!!!

Dark WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang