Chapter 43

967 114 24
                                    

Suasana senja mulai menyelimuti kota ketika satu persatu anggota Dark Wolf berkumpul di markas mereka yang terletak di sudut kota. Bangunan tua dengan dinding yang kusam dan jendela yang terlihat sudah berkarat dari luar memberikan kesan menakutkan, terutama bagi yang baru pertama kali melihatnya. Namun, begitu melewati pintu depan, atmosfer berubah drastis.

Di dalam, markas Dark Wolf menampilkan pemandangan yang jauh berbeda. Ruangan-ruangan di dalamnya didesain dengan gaya modern dan elegan, penuh dengan perabotan mahal dan teknologi canggih yang terpasang di setiap sudut. Lampu-lampu halus berpendar di langit-langit, memberikan sentuhan mewah yang kontras dengan eksterior gedung yang tampak usang. Semua ini membuat siapa saja yang pertama kali datang ternganga, termasuk tiga tamu yang baru saja tiba.

Chika, Freya, dan Katrin melangkah masuk dengan ekspresi tak percaya. "Gila, gue kira bakal kayak film horor," gumam Freya, matanya terbelalak saat menatap sekeliling ruangan.

Katrin menoleh ke Chika yang juga masih terpana. "Keliatan seram banget dari luar, ya? Tapi di dalemnya... Wah!" dia menggeleng-gelengkan kepalanya takjub.

Arshel dan Indah, yang sudah biasa dengan suasana ini, hanya tersenyum kecil melihat reaksi mereka. "Kalian kira bakal kayak gedung berhantu?" tanya Arshel sambil tertawa pelan. "Markas ini nggak jauh beda dari yang dulu, sih. Gue sama Indah sering main ke markas mereka yang dulu."

Chika mengerutkan kening, masih belum bisa sepenuhnya menerima kontras antara eksterior dan interior gedung itu. "Seriusan, lo pernah main ke markas geng motor? Dulu juga kayak gini?"

Indah mengangguk sambil tersenyum. "Iya, cuma lokasinya dulu beda. Desainnya tetap sama, mewah dan modern. Anak-anak Dark Wolf emang seleranya mantap sih."

Sementara itu, di bagian lain ruangan, anggota Dark Wolf lainnya sudah berkumpul. Gitan, Ollan, Aldo, Floran, Daniel, dan semua anggota lain duduk di sofa besar yang melingkar. Mereka sedang berbicara serius tentang beberapa rencana ke depan. Saat Chika melihat Daniel, ia berjalan mendekatinya bersama indah dan yang lainnya.

"Niel, Zian mana? Kok belum keliatan?" tanya Chika, penasaran karena belum melihat sosok yang ia nanti-nantikan.

Daniel tersenyum tipis dan menjawab singkat, "Nanti juga ketemu, kok. Dia langsung ke lokasi. Katanya dia kangen sama anak-anak panti."

Chika mengangguk, meski rasa penasaran masih ada di wajahnya. "Oh, oke deh. Gue kira dia bakal datang bareng kalian."

Arshel, yang mendengar percakapan itu, ikut menimpali. "Zizi pasti datang chik, nggak mungkinlah dia nggak datang."

Chika hanya tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan rasa penasaran yang tiba-tiba mengusik pikirannya. Nama Zian memang sudah tidak asing lagi di telinganya. Meskipun dia tidak pernah mengakui secara terang-terangan, ada sesuatu yang terasa berbeda setiap kali nama itu disebutkan.

Freya dan Katrin juga mulai mengobrol dengan para anggota Dark Wolf lainnya, sementara suasana semakin santai. Gitan berdiri di tengah ruangan, memeriksa daftar barang-barang yang akan dibawa untuk kegiatan bakti sosial. Di hadapannya ada tumpukan kardus berisi alat tulis, buku-buku bacaan untuk anak-anak panti, sembako, serta sejumlah amplop berisi uang yang sudah dipersiapkan. Gitan mengecek setiap item dengan seksama, memastikan tidak ada yang terlewat.

Setelah yakin semuanya lengkap, Gitan berdehem untuk menarik perhatian semua orang. "Oke, guys. Semua kumpul dulu sebentar," ujarnya tegas. Semua anggota Dark Wolf, bersama dengan Chika, Indah, Arshel, Freya, dan Katrin yang ikut serta, mulai mendekat.

Gitan melanjutkan dengan nada serius, "Hari ini kita akan bakti sosial ke Panti Asuhan Kasih Ibu, dan juga bantu warga di sekitar panti yang membutuhkan. Jadi gue mau ingetin, kita nggak pakai atribut Dark Wolf. Gak ada jaket, emblem, atau apapun yang bisa nunjukin kita dari Dark Wolf. Paham?"

Dark WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang