Chapter 19

789 77 12
                                    

Pagi itu, suasana di kamar Zian masih sunyi. Cahaya matahari yang perlahan masuk melalui tirai jendela menyinari wajah-wajah lelah yang masih tertidur pulas. Zian, Gita, dan Christy masih terlelap di tempat tidur yang luas, dengan posisi Zian di tengah, tangan kirinya melingkar di atas kepala, sementara tangan kanannya dipeluk erat oleh Christy yang masih tenggelam dalam mimpi.

Pelan-pelan, pintu kamar terbuka, dan Bunda Shani melangkah masuk dengan langkah lembut. Senyumnya mengembang melihat ketiga anaknya yang tertidur dengan damai. Namun, waktu sekolah sudah dekat, dan Gita serta Christy harus bersiap-siap.

Dengan hati-hati, Shani berjalan mendekati sisi tempat tidur, mengarahkan tangannya ke pundak Gita terlebih dahulu. "Ka Gita... Sayang, bangun, udah pagi. Waktunya sekolah," ucapnya pelan, lembut, tapi cukup untuk membuat Gita bergerak sedikit.

Gita mengerang pelan, mencoba mengusir rasa kantuk yang masih kuat. "Sebentar lagi, Bunda... masih ngantuk," jawabnya, menutup wajah dengan selimut.

Shani hanya terkekeh pelan, lalu beralih ke sisi lain tempat tidur, kali ini ke arah Christy. Dia tahu adiknya ini lebih sulit dibangunkan, apalagi kalau masih nempel sama Zian. "Dedek Christy, ayo bangun, sayang. Kalo nggak sekarang, nanti terlambat."

Christy hanya meringkuk lebih erat di lengan Zian, membuat Zian sedikit terbangun. "Hmm... Sebentar lagi, Bunda," Christy merajuk dalam kantuknya, memeluk Zian semakin erat seolah-olah nggak mau dilepas.

Zian yang sudah setengah sadar, hanya bisa tersenyum kecil sambil menatap Bunda. "Biar Aku aja, Bun. Tenang, mereka pasti bangun," bisik Zian sambil perlahan menggerakkan tangannya yang masih dipeluk Christy.

Shani tersenyum lembut, lalu mengelus kepala Zian penuh kasih. "Baiklah, tapi cepet ya. Kasihan kalau telat."

Setelah Shani meninggalkan kamar, Zian menepuk pelan punggung Gita dan Christy, lalu lanjut mencium kedua pipi saudarinya. "Ayo, bangun... Kalo nggak bangun sekarang, kalian bakal ketinggalan sarapan bareng, lho."

Merasa ada yang menciumnya Gita langsung bangun " Ih adek, maen cium-cium aja"gumamnya , Zian hanya terkekeh melihat reaksi Kakaknya, sementara Christy mulai membuka matanya perlahan, masih memeluk lengan Zian dengan mata mengantuk. "Aku nggak mau sekolah... masih pengen tidur sama Zoya," rengeknya.

Di sisi lain tempat tidur, Gita udah bangun setengah, tapi dia lebih memilih buat duduk sambil nonton aksi adiknya yang selalu manja ke Zian. "Ayo bangun Dek, mau ditinggal zian ke jepang lagi?" ledek Gita sambil nyengir.

Christy membuka mata setengah, dengan tatapan malas ke kakaknya. "Ih kak gita mah gitu"

Gita mendengus sambil melipat tangan di dada. "Udah ayo bangun dek, nanti telat loh"

Melihat itu, Zian ketawa kecil. "Udah, jangan pada ribut. Gini aja deh, nanti ke sekolah zoya yang nganter. Sekarang mandi dulu biar nggak telat," bujuk Zian, ngusap kepala Christy lembut.

Christy mendongak ke arah Zian, ngerasa agak tenang. "Janji, ya, Zoy?" tanyanya dengan mata masih setengah tertutup.

"Iya, janji Toy," Zian nyengir, mencoba ngulur tangan Christy biar dia mulai bergerak.

Christy akhirnya menyerah, melepaskan pelukannya pelan-pelan dan mulai bangun dengan wajah cemberut. "Oke deh, tapi nanti minta Zoya yang nyuapin sarapan nanti."

Gita yang denger itu langsung ngakak kecil. "Dedek manja banget, asli."

Zian cuma senyum sambil nyengir, ngusap kepala Christy lagi. "Oke, zoya suapin nanti. Tapi  mandi dulu, biar kita nggak ketinggalan sarapan bareng Bunda sama Ayah."

Christy akhirnya mau juga bergerak, meskipun masih dengan muka ngantuk dan langkah pelan. Gita ngeliat itu sambil geleng-geleng kepala, "Dasar Zoytoy. Kalian itu udah kaya perangko nempel terus."

Dark WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang