Chapter 36

858 96 6
                                    

Setelah meninggalkan ruang kepala sekolah, Zian berjalan kembali ke kelasnya dengan langkah yang tenang dan sikap yang dingin. Saat ia memasuki ruangan, suasana menjadi hening sejenak. Di dalam kelas, Aldo, Ollan, Arshel, dan Indah sudah menunggu dengan wajah cemas. Mereka semua penasaran dengan apa yang terjadi di ruang kepala sekolah tadi.

Aldo, yang duduk di dekat pintu, langsung bertanya, "Gimana, Zi?"

Zian melirik sekilas, dengan sikap tenang dan tak menunjukkan banyak emosi. "Aman," jawabnya singkat, sebelum melanjutkan dengan sedikit lebih jelas, "Gue diskors tiga hari."

Semua teman-temannya mengangguk, meskipun masih ada tanda tanya besar di benak mereka. Reaksi Zian yang terkesan datar membuat suasana sedikit canggung. Chika, yang berada di sudut kelas, hanya melirik Zian sekilas dan pura-pura tidak peduli, meskipun dalam hatinya ia ingin tahu lebih banyak.

Arshel, yang selalu kepo, tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya lebih lanjut. "Terus, gimana sama Alex dan temen-temennya?"

Zian, yang sedang duduk di bangkunya dengan tenang, menjawab dengan santai, "Dikeluarin."

Sontak, semua di kelas terkejut. "Dikeluarin?! Serius? Kenapa bisa mereka dikeluarin, sedangkan lo cuma diskors?" tanya Katrin dengan nada heran, mewakili pertanyaan semua orang di kelas.

Zian hanya mengangkat bahu dengan sikap tenang. "Yah, dia berurusan dengan orang yang salah. Ada bukti yang kuat, tadi gue minta Floran nunjukin rekaman CCTV-nya."

Mendengar jawaban Zian yang datar, Freya yang dari tadi ikut penasaran, ikut menimpali, "Tapi kok sampai dikeluarin, Zi? Serius banget ya kasusnya?"

Sebelum Zian bisa menjawab, Arshel yang terkenal suka pamer informasi langsung menimpali dengan nada bangga, "Yah, coba dipikir aja. Mereka ganggu siapa? Putri pertama yang punya sekolah ini. Gimana ceritanya dibiarkan begitu aja."

Indah, yang sebelumnya sempat melihat sosok Shani di ruang kepala sekolah, ikut menambahkan, "Iya sih, apalagi tadi aku liat... Tante Bidadari. Wajahnya manis banget tapi waktu marah... serem." Zian hanya tersenyum tipis mendengar ibunya disebut "Tante Bidadari." Dia tidak berkomentar, tapi ada sedikit kebanggaan yang terlihat di wajahnya.

Arshel, yang senang mendapat kesempatan untuk pamer lagi, menepuk dadanya dengan bangga. "Iyalah! Tante gue gitu loh. Gimana pun, nggak ada yang bisa ngalahin Bunda"

Semua yang mendengar Arshel hanya bisa memutar bola mata dengan malas. 

"Ya, ya, kita semua tahu, Arshel," ujar Freya, menepuk pundak Arshel dengan senyum masam.

Suasana di kelas akhirnya kembali normal, meskipun topik tentang insiden itu masih menjadi perbincangan hangat di antara mereka. Zian tetap tenang dan menjaga sikap dinginnya, namun senyuman kecil yang sesekali muncul di wajahnya menunjukkan bahwa ia merasa lega.

---

Zian baru saja tiba di rumah setelah hari yang panjang di sekolah. Ketika ia membuka pintu dan masuk ke ruang tamu, ia melihat Bundanya, Gita, dan Christy duduk di sofa sambil menonton TV. Christy sibuk bermain dengan ikan-ikan peliharaannya di aquarium kecil, sementara Gita terlihat asyik membaca novel.

Zian berjalan mendekat dan mencium tangan Bundanya dengan penuh hormat. Shani, yang selalu peka terhadap perubahan, bertanya dengan lembut, "Kenapa hari ini pulangnya telat, Nak?"

Zian tersenyum tipis sebelum menjawab, "Tadi mampir ke toko buku, Bund. Beli beberapa peralatan sekolah."

Shani hanya mengangguk, menerima jawabannya dengan tenang. "Yaudah nggapapa, asal bukan buat keluyuran yang nggak jelas ya."

Dark WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang