Pagi itu di rumah Zian, suasana tidak terlalu baik. Zian tampak bolak-balik ke kamar mandi karena sakit perut. Wajahnya pucat, dan keringat dingin bercucuran di dahinya. Di ruang makan, Shani menyiapkan sarapan dan bertanya " Kamu kenapa bisa sakit perut nak?"
"Zian, makan bekal yang jatuh ke lantai kemarin Bund" Bukan zian yang menjawab melainkan gita.
Zian yang baru keluar dari kamar mandi, mencoba tersenyum walaupun jelas terlihat lemas. "Bunda, enggak apa-apa kok. Yang penting masakan Bunda enggak terbuang sia-sia. Lagian... ini cuma sakit perut, nanti juga sembuh." Shani menghela napas panjang. "Kamu memang anak yang keras kepala. Ya sudah, hari ini kamu istirahat saja di rumah. Bunda buatkan teh hangat nanti."
Gita dan Christy, yang sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, mendekati Zian yang terbaring di sofa ruang keluarga.
"Zoy jangan bandel, ya. Istirahat yang cukup, biar cepat sembuh."Ucap Christy
"Iya, Zian. Lain kali jangan makan makanan yang jatuh lagi. Enggak ada yang lebih penting dari kesehatan kamu." Lanjut GitaZian hanya tersenyum lemah sambil mengangguk, kemudian Gita dan Christy berpamitan untuk berangkat ke sekolah. "Zoy jangan lupa minum obat, ya!" Christy berteriak sebelum keluar rumah.
Di sekolah, suasana berjalan seperti biasa. Teman-teman Zian di kelas heran karena Zian tidak terlihat di tempat duduknya. Aldo, yang duduk di sebelah tempat Zian biasanya duduk, menatap kursi kosong itu. "Zian gak masuk, ya?" gumamnya, seraya melihat ke arah Ollan.
Ollan: "Iya, tumben banget. Pasti ada yang enggak beres."
Sementara itu, di sisi lain kelas, Chika merasa ada yang janggal. Biasanya, dia akan langsung bertemu dengan "si cupu" yang sering mengganggu pikirannya. Tapi hari ini, suasana terasa berbeda tanpa kehadiran Zian. Meskipun sering kesal karena tingkah Zian yang tampak lemah, tanpa dia, hari ini terasa sedikit sepi. Tiba-tiba, tanpa sadar Chika bertanya dengan nada acuh tak acuh, "Eh, si cupu itu kemana? Kok dia gak masuk?"
Pertanyaan itu sontak membuat teman-temannya yang mendengar langsung meledek.
Indah, yang duduk di sebelahnya, langsung tersenyum nakal. "Loh, kok tiba-tiba nanyain dia, Chik? Tumben perhatian. Kangen, ya?"Freya ikut menimpali sambil tersenyum jahil. "Iya, iya, pasti ada yang kangen nih! Biasanya tiap hari ribut sama si cupu, sekarang dia gak ada, Chika langsung nyariin!"
Chika menatap mereka dengan sinis, jelas kesal dengan candaan teman-temannya. "Halah, kalian ini ngomong apa sih?Gue cuma bingung, biasanya dia udah nongol di sini."
"Iya, iya, kita ngerti kok." Ucap Katrin sembaria menutup mulutnya seakan menahan tawa.
Chika mendengus pelan, memilih diam dan melanjutkan aktivitasnya, meskipun dalam hatinya dia tetap merasa ada yang aneh tanpa kehadiran Zian.
Saat ini Zian sudah tertidur lelap setelah minum obat yang disiapkan oleh ibunya. Shani, setelah memastikan putranya benar-benar terlelap, memutuskan untuk berangkat ke butik. Suasana di rumah pun menjadi tenang.
Di sekolah, suasana masih sama seperti biasa. Waktu istirahat tiba, dan semua murid berbondong-bondong menuju kantin. Di antara mereka ada Gita, Eli, Dea, dan Fiony. Mereka berjalan bersama, menikmati udara segar di luar kelas.
Saat sedang menuju kantin, Gita tiba-tiba merasa perlu ke toilet. "Gue ke toilet dulu, ya," katanya kepada teman-temannya. Fiony menawarkan diri untuk menemani. "Gue temenin, ya?" Gita tersenyum dan menolak dengan halus. "Enggak usah, Fio. Sebentar aja kok. Gue langsung nyusul ke kantin."
Fiony mengangguk meskipun sedikit khawatir. "Oke, tapi jangan lama-lama, ya."
Gita mengangguk dan berjalan menuju toilet sendiri. Namun, begitu sampai di belakang kamar mandi, tiba-tiba seseorang menariknya dengan kasar. Kaget, Gita mencoba melawan, tetapi ketika dia melihat siapa yang menariknya, amarahnya langsung memuncak. Alex, bersama dua temannya, Felix dan Hendra, berdiri di depannya dengan senyum licik. Tanpa ragu, Gita menampar Alex dengan keras, meninggalkan bekas merah di pipi pria itu. "Lo gila ya!" teriak Gita, menatap Alex dengan penuh kebencian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Wolf
ActionDark Wolf, geng yang dibangun sejak kecil oleh Arzian bersama sahabat-sahabatnya Aldo, Ollan, Daniel, Floran, dan Gitan-resmi berdiri saat SMP. Namun, setelah Arzian pergi dikirim ke Jepang karena sebuah insiden, geng ini menghadapi ancaman besar d...