Chapter 30

1.1K 104 23
                                    

Dalam sekejap, pertarungan pecah. Mereka berlima bergerak dalam sinkronisasi yang sempurna, seperti tim yang sudah terbiasa bertempur bersama-sama. Meskipun mereka hanya berlima melawan puluhan anak-anak Black Bull, mereka tak gentar sama sekali. Setiap pukulan yang dilemparkan, setiap tendangan yang mengenai sasaran, adalah hasil dari pengalaman bertahun-tahun bertarung bersama. Zian tetap tenang, memimpin teman-temannya dengan insting yang luar biasa. Sesekali dia melirik teman-temannya, memastikan semua dalam kondisi baik, dan terus melawan dengan taktik yang terukur. Dari kejauhan, terdengar sorakan dan ejekan siswa-siswa lain yang menonton. Banyak yang masih menganggap Zian dan teman-temannya hanya sekumpulan siswa cupu yang tak akan mampu melawan geng brutal seperti Black Bull.

"Hei! Lihat aja nanti, si cupu-cupu itu pasti dihajar habis-habisan!" seru seorang siswa dari kerumunan.
Sebuah pukulan pertama datang dari salah satu anggota Black Bull ke arah Zian.

"Bugh!"

Zian dengan cepat menghindar, berputar, dan mengirimkan tinjunya tepat ke rahang si penyerang.

"Brak!"

Anggota Black Bull itu jatuh seketika, tidak bergerak lagi. Seluruh lapangan terdiam.

Ferrel dengan hati-hati membawa Christy dan Gita ke kelas. Gita, tangannya lembut memegang pundak adik kecil itu yang masih terlihat terguncang setelah kejadian sebelumnya. Sesampainya di kelas, mereka disambut oleh Freya, Arshel, Indah, Chika, dan Katrin yang sudah menunggu di sana. Freya yang penasaran tak bisa menahan diri untuk langsung bertanya. "Ferrel, sebenarnya siapa sih Zian? Kenapa kamu, sama anak-anak itu, terlihat begitu patuh sama dia?" tanyanya dengan nada bingung, sambil melirik ke arah Christy yang duduk dengan kepala tertunduk.

Ferrel tampak ragu, matanya terarah pada Gita yang duduk diam. Dia tahu ini bukan rahasia yang bisa diceritakan sembarangan, terlebih karena keluarga Zian ada di sini. Ferrel tampak bergulat dengan pikirannya, tak yakin apakah ia harus menjawab pertanyaan Freya.

Gita, yang menyadari kebingungan Ferrel, menghela napas pelan. Tatapannya lembut namun tegas ketika dia mengangguk, memberi isyarat kepada Ferrel bahwa tak apa-apa untuk memberitahu.

Ferrel mengangguk pelan kembali ke arah Gita sebelum beralih menatap Freya dan yang lainnya. "Zian itu... dia ketua geng kami, Dark Wolf. Geng yang selama ini aku ikuti Kak," ujarnya dengan tenang namun jelas.

Mendengar hal itu, ruangan terasa sunyi. Mata semua orang langsung membesar karena terkejut. Hanya Christy, Gita, Arshel, dan Indah yang tetap tenang, seolah-olah mereka sudah lama mengetahui hal ini. Suasana semakin tegang, terutama bagi Chika, yang sejak tadi mencoba mengumpulkan potongan-potongan kenangan tentang Zian.

Chika, yang tak percaya, langsung menatap Ferrel dengan tajam. "Zian... ketua geng? Gue kira dia orang cupu yang cuma sabar doang selama ini." Freya yang masih syok tidak bisa menutupi keterkejutannya, "Apa? Dia yang selama ini dipandang lemah dan nggak berani melawan? Ketua geng?"

Ferrel hanya mengangguk, namun kali ini ia tampak lebih tenang. "Iya, Zian itu beda sama yang kalian lihat selama ini. Yang tadi kalian lihat di lapangan... itulah dia sebenarnya." Arshel menambahkan dengan nada penuh keyakinan, "Zian itu bukan anak biasa. Dia memang nggak banyak omong, tapi dia selalu melindungi orang-orang yang dia sayang. Dan nggak ada yang bisa ngelawan dia kalau dia udah serius."

Katrin masih tak bisa memproses informasi itu. "Tapi kenapa selama ini dia diem aja? Kayak nggak mau terlibat?" Gita yang akhirnya angkat bicara, suaranya tenang namun penuh perasaan. "Zian bukan tipe yang suka menunjukkan dirinya. Selama nggak ada yang ganggu kita, dia lebih milih diem. Tapi kalau ada yang sentuh keluarga atau orang-orang yang dia sayang... dia nggak akan tinggal diam."

Dark WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang