Saat Zian masih sibuk beres-beres barang di kamar, pintu kamarnya terbuka perlahan. Opa Keynal dan Oma Ve masuk dengan senyum lembut di wajah mereka. Zian langsung berhenti merapikan tasnya dan menoleh, sedikit kaget melihat kedatangan mereka.
"Opa, Oma? Masuk aja."
Opa Keynal mengangguk sambil berjalan perlahan menuju tempat tidur, sementara Oma Ve tersenyum hangat dan mendekati Zian. Ada rasa haru di mata Oma saat melihat cucunya yang sudah tumbuh dewasa dan siap pulang ke Indonesia.
"Gimana, Zian? Udah siap buat pulang?"Tanya Opa Keynal
Zian tersenyum tipis, meski ada sedikit perasaan berat di dadanya karena harus meninggalkan opa dan omanya yang sudah menjaganya 3 tahun belakangan ini.
"Udah, Opa. Barang-barang juga hampir selesai di-packing. Tinggal beberapa aja."*
Opa duduk di kursi dekat meja, memandang cucunya dengan penuh kebanggaan.
"Tiga tahun sudah kamu di sini, Zian. Banyak hal yang kamu lalui, dan Opa lihat kamu sekarang jauh lebih matang. Kamu berhasil mengendalikan emosimu, dan itu bukan hal mudah."
Zian mengangguk, berusaha menahan emosi yang mulai muncul. Ia tahu, ini adalah perpisahan yang berat bagi mereka semua.
"Iya, Opa. Semua yang Opa dan Oma ajarin selama ini... banyak berarti buat Zian. Zian belajar banyak di sini."
Oma Ve, yang sejak tadi hanya diam sambil memperhatikan, mendekati Zian dengan perlahan. Tatapan lembutnya penuh kasih sayang, dan saat Zian berdiri, Oma langsung memeluknya erat.
Oma Ve (dengan suara lembut)"Zian, Oma bangga sama kamu. Kamu udah melalui banyak hal, dan sekarang waktunya pulang. Tapi ingat, Oma selalu di sini buat kamu. Kamu akan selalu jadi cucu Oma yang spesial."
Zian terdiam dalam pelukan Oma, merasakan kehangatan yang selalu ia dapatkan selama tinggal di Jepang. Air matanya hampir menetes, tapi ia berusaha menahannya. Dia tahu betapa besar kasih sayang Oma dan Opa selama ini
Zian (suara bergetar)"Makasih, Oma. Zian juga sayang banget sama Oma. Gue gak bakal pernah lupa apa yang Oma dan Opa lakuin buat gue di sini."
Oma melepaskan pelukannya dengan perlahan, menatap wajah Zian yang sudah lebih dewasa. Sementara Opa Keynal berdiri dari kursinya, ia menepuk bahu Zian dengan lembut.
"Sering-sering main ke sini kalau kamu butuh sesuatu, atau sekedar pengin ketemu lagi. Kami selalu ada buat kamu, Zian dan jangan lupa ajak Gita dan Kitty."
Zian mengangguk kuat, merasakan kehangatan keluarga yang selama ini membuatnya kuat menjalani hari-hari di Jepang.
"Pasti, Opa. Zian janji bakal sering-sering main ke sini sama Kak Gita dan Dedek."
Opa Keynal tersenyum tipis, lalu mengeluarkan sebuah kartu dari saku jasnya—sebuah kartu hitam mengkilap yang terlihat sangat eksklusif. Dia menyerahkannya kepada Zian dengan tenang.
"Ini, Zian, buat kamu."
Zian memandang kartu tersebut dengan sedikit kebingungan, mengernyit sambil mengambilnya. "Apa ini, Opa?".
Opa Keynal membalas"Itu Black Card. Isinya... cukup buat kamu hidup nyaman, atau mungkin buat memulai sesuatu yang lebih besar di Indonesia."*
Zian mengangkat alis, sedikit terkejut. "Serius Opa? Berapa isinya?"
Opa tersenyum tipis, kemudian menjawab dengan nada ringan.
"2,5 Triliun rupiah Zian. Anggap aja sebagai hadiah karena kamu udah lulus dari semua ujian di sini dan jadi lebih kuat, baik secara fisik maupun mental."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Wolf
ActionDark Wolf, geng yang dibangun sejak kecil oleh Arzian bersama sahabat-sahabatnya Aldo, Ollan, Daniel, Floran, dan Gitan-resmi berdiri saat SMP. Namun, setelah Arzian pergi dikirim ke Jepang karena sebuah insiden, geng ini menghadapi ancaman besar d...