Chapter 3

835 81 0
                                    

1 tahun kemudian

Satu tahun telah berlalu sejak kepergian Arzian Kenzie Natlan Ryuji ke Jepang. Tanpa pemimpin yang kuat, geng Dark Wolf mengalami masa-masa yang sulit. Mereka terombang-ambing, menghadapi ancaman dari geng-geng motor lainnya yang mencoba memanfaatkan kekosongan kepemimpinan.

~ Di Markas Dark Wolf

Suatu sore yang kelam, Gitan, Aldo, Ollan, Daniel, dan Floran berkumpul di markas mereka, sebuah gudang tua yang terpencil. Tempat yang dulu menjadi pusat segala aktivitas mereka kini terasa sepi dan suram.

"Gue gak ngerti lagi, Tan," ujar Revaldo dengan nada frustrasi. "Dulu kita selalu bisa hadapi siapa aja, tapi sekarang... kita jadi sasaran empuk."

Gitan mengangguk, matanya tampak sayu. "Iya, Do. Mereka tau kita nggak punya pemimpin lagi."

Ollan, yang biasanya ceria, kali ini duduk termenung di pojok ruangan. "Markas kita udah nggak aman lagi. Mereka nggak akan berani kayak gini kalau Zian masih di sini."

Daniel berdiri, menatap dinding yang penuh coretan. "Gue dapet kabar, geng Reaper dan beberapa geng lain mulai bersekutu. Mereka bahkan kerja sama sama mafia. Sekarang mereka bukan cuma geng motor lagi, udah jadi semacam sindikat."

Floran menghela napas panjang. "Gue pikir mereka mau ngelumpuhin kita sebelum Zian balik."

Keheningan menyelimuti mereka, masing-masing tenggelam dalam pikiran. Tanpa Zian, mereka merasa lemah dan terpecah belah.

"Kita harus ngelakuin sesuatu," kata Gitan akhirnya, suaranya penuh tekad. "Kalau kita nggak bertindak, mereka bakal ngancurin kita satu per satu."

"Masalahnya, apa yang bisa kita lakuin, Tan?" tanya Ollan dengan nada putus asa.

Sebelum Gitan sempat menjawab, terdengar suara langkah kaki mendekat. Mereka menoleh, menatap pintu gudang yang sedikit terbuka, menanti siapa yang akan muncul.

"Kalau kalian bener-bener mau bertahan," suara laki-laki terdengar dari balik bayangan, membuat mereka semua terpaku, "kalian harus siap ngebakar semuanya."

Mereka saling berpandangan, terkejut mendengar suara yang familiar namun tidak terduga. Dari bayang-bayang, sosok misterius itu akhirnya muncul, namun wajahnya tetap terselubung oleh cahaya remang-remang.

"Siapa lo?" tanya Gitan dengan nada curiga, meskipun di dalam hatinya, dia merasa mengenal suara itu.

"Gak penting siapa gue sekarang," jawab laki-laki itu dengan tenang. "Yang penting, kalau kalian nggak mau Dark Wolf hancur, kalian harus ngelakuin strategi bumi hangus. Bakar markas ini. Bikin mereka percaya kalau Dark Wolf udah musnah."

Mereka semua terdiam, terkejut dan bingung. Ide gila itu terdengar masuk akal, namun juga berisiko tinggi.

"Lo serius?" tanya Floran, berusaha mencari kejelasan.

"Itu adalah yang terbaik coba kalian pikirkan baik-baik," jawab laki-laki itu. "Kalau kalian nggak bertindak sekarang, mereka bakal ngancurin kalian satu per satu. Tapi kalau mereka mikir kalian udah habis, itu bakal jadi kesempatan buat bangkit lagi. Siapkan diri kalian, tutupi identitas, dan mulai latihan. Ini satu-satunya cara."

Mereka semua terdiam sejenak, saling berpandangan, merasakan campuran antara ketakutan dan harapan. Akhirnya, Gitan mengangguk pelan, diikuti oleh yang lain.

"Oke," kata Gitan dengan mantap. "Kita lakuin ini."

Laki-laki misterius itu hanya tersenyum samar sebelum berbalik, meninggalkan mereka dalam keheningan.

Mereka berlima saling pandang dan menganggukkan kepala tanda bahwa cara ini adalah yang terbaik untuk mereka saat ini. Mereka mulai menyusun rencana dimulai dari mengumpulkan seluruh anggota Dark Wolf yang saat ini mencapai 150 anggota yang tersebar di berbagai sekolah di Jakarta dan sekitarnya. Kesetiaan anggota Dark Wolf tidak perlu diragukan lagi. Hal ini karena meskipun mereka geng motor, mereka tidak pernah mengusik geng lain jika tidak diusik duluan, bahkan mereka melakukan kegiatan rutin bulanan menyusuri kota jakarta dan sekitarnya untuk memberikan santunan kepada orang-orang yang kurang mampu. Bahkan mungkin beberapa orang menganggap geng motor ini sebagai pahlawan bukan pembawa kekacauan. 

Dark WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang