SD_18 Markas Black Eagle

7 2 0
                                    

HAPPY READING🐳

‘‘KAK CEA, INI ELAN YANG TAMPAN, TOLONG BUKA PINTUNYA! ’’
Tangan kecil itu menggedor pintu putih di depannya, memanggil Sea yang masih berada di dalam kamar dengan suara cadelnya yang lantang.

‘‘AKAK BU—’’
Teriaknya terputus, saat pintu terbuka, menampilkan sosok pria tinggi dengan badan kekar bertattonya. Berdiri menjulang menatap Erlan si bocah itu dengan mata yang sayu khas bangun tidur.

Erlan mundur dengan kepalan tangan yang masih menggantung di udara. Matanya mengerjap polos dengan menatap takut Niel di depannya.

‘‘Ada apa? ’’ tanya Niel dengan suara seraknya.

Erlan langsung berlari menerobos masuk melewati tubuh Niel disana, dan berteriak memanggil Sea.

‘‘Hai boy’’
Sapa Sea yang duduk di meja rias. Bangkit lalu menghampiri Erlan. Bocah itu langsung menubruk tubuh Sea dan meminta di gendong.

Sea terkikik geli saat mendapat serangan ciuman dari Erlan di wajahnya.
‘‘Kak Cea sangat cantik. Mau tidak jadi pacal Elan? ’’
Tanya bocah itu polos, Sea terkejut dan melebarkan matanya.

‘‘Mau tapi Erlan harus jadi besar dulu oke’’
Jawab Sea dengan gemas dan mendapat anggukan dari Erlan.

Niel masuk dan melangkah berjalan menghampiri Sea dan adiknya.
‘‘No. She is mine. Kau tidak boleh merebutnya’’ sahut Niel memeluk Sea dengan erat.

Tangan kecil Erlan refleks memukul wajah Niel dengan tangan kecilnya.
‘‘Tidak. Kak Cea milik Elan.’’
Marahnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Niel semakin menyeringai dan menatap remeh si bungsu itu. Lucu sekali menjahili anak manja mommy nya ini, ucap Niel dalam hati.

‘‘Niel. Cukup, kau bisa membuatnya menangis’’ Sea menengahi kakak beradik ini, lihatlah wajah Erlan sudah tertekuk dengan bibirnya yang melengkung ke bawah.

Niel menggeleng pelan dan menicumi rambut Sea, ‘‘No baby, kau hanya miliku’’

Dan benar saja kan Erlan langsung menumpahkan tangisnya kencang dan memeluk tubuh Sea. Gadis itu menghela napas dan memandang tajam Niel dari cermin besar di hadapannya.

Niel tersenyum tipis dan berdiri tegak, mengusap rambut Erlan ‘‘Dasar cengeng, kau memang anak mommy yang manja boy’’ ucap Niel beranjak menuju kamar mandi.

‘‘Huaaa dasal monstel jahat. Elan tidak manja ya. Huaaa mommy abang Niel jahat, kejam, tidak berperasaan! ’’
Teriak Elan yang masih bisa di dengar oleh Niel di dalam sana.

Sea hanya terkekeh dan mengelap pelan air mata bocah itu, membersihkan ingusnya dengan tissu.
‘‘Sudah berhenti nangisnya’’

Sea membawa Erlan turun ke lantai bawah untuk sarapan. Minggu pagi ini, mbok Mur ijin menemani Alzea berkunjung ke salah satu panti asuhan.

Di meja makan sudah tersedia beberapa lauk yang mbok Mur masak.
‘‘Erlan mau makan pakai lauk apa? ’’
Tanya Sea mengambil nasi untuk bocah itu.

‘‘Emm.. Pakai sayul sop’’
Sahutnya dan memekik antusias.

Niel datang dengan wajah lebih fresh dan pakaian formal yang sudah melekat di tubuh kekarnya. Mendudukan diri bergabung sarapan dengan Sea dan Erlan.

Setelah acara sarapan selesai, mereka duduk di sofa ruang tamu.
‘‘Baby aku akan berangkat ke Milan 10 menit lagi’’
beritahu Niel melihat jam rolex yang melingkar di pergelangan tangannya.

‘‘Oke Safe flight. Aku dan Al akan menjaga Erlan dengan baik disini’’
Ucap Sea menatap Niel. Pria itu langsung mendekap hangat tubuh Sea dan mencium pucuk kepala gadis itu.

SEANDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang