SD 28 Camping

5 0 0
                                    

HAPPY READING 🐳

Sabtu pagi, Semua anak-anak kelas 11 SMA Bramasta sudah berkumpul di halaman sekolah. Mereka semua akan mengikuti kegiatan camping tahunan yang di umumkan dua hari yang lalu.

Udin selaku ketua kelas Ips 1, mengabsen teman sekelasnya. Pria itu mondar mandir mencari keberadaan anak kelas yang belum terlihat batang hidungnya.
‘‘Lapor pak, Sagara cs belum datang’’ beritahunya pada pak Kholil.

Tepat setelah Udin mengatakan itu, suara deruman mobil jeep terdengar dan memasuki pelataran SMA Bramasta. Sagara beserta ke empat sahabatnya turun dan mengambil tasnya. Ada Fanan juga yang ikut bersama mereka, katanya sih buat ngawal para sahabatnya.

‘‘Jika kelas sudah lengkap, silahkan masuk ke bus masing-masing’’ interuksi pak Kholil dan langsung di turuti oleh murid di sana.

Sebuah kebetulan, anak IPS 1 di gabungkan satu bus dengan IPA 1. Sea menarik lengan Caca untuk ikut bersamanya. Kedua gadis itu memilih duduk di kursi barisan ke tiga dari depan. Di sebelahnya ada Alzea dan juga Aisya—gadis cantik berhijab, anak kelas IPA 1. Sedangkan Mel mengajak Rara duduk di barisan belakang.

‘‘Ca, lo sama Aisya di panggil bu Yaya tadi’’ bohong Leon dengan wajah serius. Caca yang tadinya sedikit bingung, akhirnya mengangguk dan mengajak Aisya untuk ikut menemui bu Yaya.

Setelah kepergian mereka, Leon menoleh ke arah Sagara dan mengkodenya melalui tatapan mata. Dengan cepat, Leon mendudukan bokongnya di sebalah Alzea, membuat gadis itu menoleh heran.
‘‘Ini tempat Aisya’’ beritahu Alzea dan Leon hanya mengedikan bahunya acuh.

‘‘Ngapain lo duduk di sini? ’’ tanya Sea kaget, saat tiba-tiba Sagara duduk di sebelahnya. Pria itu hanya acuh dan memasang earphone di telinganya, kemudian bersender dengan memejamkan mata.

Sea yang geram, dengan kesal menabok lengan pria itu, namun hanya mendapat lirikan malas dari Sagara. ‘‘Berisik. Suka-suka gue’’ gumamnya pelan dan kembali memejamkan matanya kembali.

Caca dan Aisya datang dengan wajah kesal, pasalnya Leon benar membohongi dirinya. Mengambil tasnya dan tas milik Aisya, Caca melangkah menuju ke belakang bus. ‘‘Bilang aja pada mau modus, dasar tembok’’ gerutunya tanpa melepas gandengan tangannya dengan Aisya.

‘‘Gandengan terus kayak mau nyebrang Ca’’ seloroh Jay mendapat tatapan malas dari Caca.

‘‘Duduk di situ. Cuma sisa kursi itu yang kosong’’ sahut Zayn memberi tahu, ‘‘Kalau lo mau yang lebih nyaman, sini di pangkuan gue aja’’ lanjutnya, Caca hanya mendelik dan menggumamkan kata amit-amit.

Akhirnya dengan terpaksa, Caca dan Aisya duduk di kursi barisan ke tiga dari belakang, di sana di penuhi anak laki-laki. Tapi untung saja, masih ada Mel, Rara dan anak perempuan lain di sekitarnya.

‘‘Masya allah, adem banget liat wajah Aisha’’ celetuk Jay pelan. Zayn di sebelahnya hanya memutar bola mata dan mendengus kasar.

Bus mulai melaju meninggalkan kawasan SMA Bramasta, di awali dengan doa bersama untuk meminta kelancaran dan keselamatan dalam perjalanan mereka.

Tidak ada kata tenang dan hening dalam bus nomor 1 yang di huni anak-anak IPS 1 dan IPA 1. Celotehan random dari Jay dan Fanan serta genjrengan gitar dari Zayn, mengiringi perjalanan mereka.

Zayn mulai memetik senar gitarnya. dengan gaya coolnya, bibirnya mulai mengeluarkan suara serak basah khasnya,

~Cinta menyatukan kita yang tak sama~

~Aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam~

Lantunan lirik yang Zayn nyanyikan, sontak membuat Genta dan Mel menoleh ke belakang.

SEANDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang