SD_30 GOA KUNTI BOGEL

19 1 0
                                    

HAPPY READING 🐳

Di bawah pohon besar, ke tujuh remaja dengan wajah pias bercampur lelah, duduk dengan pasrah. Entah sudah berapa kali mereka mengistirahatkan diri dan berakhir di tempat yang sama.

‘‘Guys, kita berdoa lebih khusyu lagi yuk. Semoga kali ini kita di kasih petunjuk sama Allah’’ Ajak Aisha tak kenal lelah.

Mereka semua duduk melingkar dengan tangan yang mengadah merapalkan doa yang bisa mereka ingat. Kecuali Jono, pria itu menggenggam tangannya dengan mata terpejam erat, memohon bantuan pada Tuhannya.

‘‘ssttt, Fan. Lo doa apaan? ’’ bisik Jay pelan.

Fanan menggeser tubuhnya dan berbisik kepada Jay, membuat Jay mengerutkan kening bingung, ‘‘emang bisa gitu ya? ’’

Fanan langsung mengangguk mantap.
Leon mengajak yang lainnya berdiri dan melanjutkan perjalanan mereka kembali.

Hari sudah menjelang sore, matahari kian bergerak turun menyembunyikan diri. Di ambang batas kekuatan, ketujuh remaja yang sudah mencapai titik terlelahnya, menemukan hamparan danau dengan air jernih.

‘‘Ini danau air tawar kan ya? bisa kita minum? ’’ tanya Jono dan di angguki temannya.

Mereka bergegas mencuci wajah dan juga mengambil air untuk persediaan minum yang hampir habis.

Di hamparan rumput hijau di pinggir danau, mereka semua kembali duduk termenung dengan pikiran masing-masing.

‘‘Kayaknya ada yang ngerjain kita dengan sabotase papan petunjuk arah’’ celetuk Sagara membuat semua temannya menoleh ke arahnya.

Fanan dan Jay langsung merebahkan tubuh mereka dengan wajah mengadah ke langit yang mulai menggelap.

‘‘kelompok di belakang kita siapa si bang?’’
Tanya Fanan penasaran.

Jay yang di sebelahnya memejamkan mata, ‘‘Kelompok si Fergi, kalau nggak salah sama si Anya dan antek-anteknya juga’’ beritahu Jay.

‘‘Atau Jangan-jang—’’ perkataan Jono terpotong, kala netranya menangkap protesan dari si cantik Aisha.

‘‘Kita tidak boleh shuhudzon Jon’’ peringat Aisha dan Jono mengangguk kikuk.

Semak-semak yang bergoyang, serta suara aneh dan geraman yang juga berasal dari sana, membuat mereka semua menatap waspada. Saling merapatkan diri dan memfokuskan pandangan ke arah semak di sudut danau.

‘‘Anjir, suara apaan tuh Le? ’’ tanya Jay di berlindung di balik punggung Leon.

Sedangkan Fanan dan Jono saling menempel di samping tubuh kekar Sagara.
‘‘Bang, kalau itu macan gimana? ’’bisik Fanan nanar.

‘‘Ya terpaksa lo gue dorong buat umpan’’
Jawab Sagara asal, dan membuat Fanan mendelikan matanya.

Sea yang tadinya bergandengan tangan dengan Aisha, berjalan pelan maju ke depan. Gadis itu memgambil senter dari dalam tasnya, dan menyorotkan ke arah semak-semak tadi.

Semakin cahaya dari senter Sea mengarah kesana, suara itu justru semakin jelas terdengar. Semua orang dibuat membeku dengan panas dingin di tempat.

‘‘Sea, jangan kesana’’ cicit Aisha di belakangnya.

Bukannya merasa takut dan mundur, Sea justru semakin melangkahkan kakinya mendekat, membuat yang lainnya menahan napas.

GUK.. GUK.. GUK

Sea sempat terlonjak kaget dan refleks melemparkan senter di tangannya. Tubuhnya di tarik mundur dan menabrak dada bidang Sagara, ‘‘Fan, bawa Sea sama Aisha menjauh’’  titahnya pada Fanan.

SEANDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang