SD_39 Death Penalthy

22 2 2
                                    

HAPPY READING 🐳

Seorang wanita dengan pakaian khas seorang maid masuk ke dalam sebuah gedung besar tempat di adakannya pesta bisnis besar. Wanita dengan softlen berwarna biru itu mencepol rapi rambut cokelatnya.

Kaki jenjang dengan balutan flat shoes putih, melangkah menuju area taman belakang. Setelah beberapa menit mengikuti breefing dari atasan, semua maid beserta pegawai di sana di bubarkan untuk menjalankan tugas masing-masing.

‘‘Aws, astaga maafkan saya tuan’’
Ucap seorang maid dengan wajah cantik dan mata biru yang sangat memikat.

Jemari lentiknya meraba, membersihkan noda alkohol di jas pria yang dia tabrak tadi. ‘‘Sekali lagi maafkan kecerobohan saya tuan’’ lanjutnya dengan membungkukan badan.

‘‘Tidak masalah’’ balas pria dewasa dengan setelan jas hitamnya. Tangan besar pria itu meraih dagu dan mengangkat perlahan wajah wanita di hadapannya.

Pandangan keduanya bertemu, saling beradu, menyelami bola mata masing-masing. ‘‘What's your name sweety? ’’ tanyanya dengan suara berat.

‘‘Winter’’ sahut wanita cantik dengan pakaian maidnya. Setelahnya dia kembali menunduk dan bergegas berpamitan untuk kembali bekerja.

Sembari tangannya dengan lincah merapikan gelas di salah satu meja, wanita bernama Winter itu mengamati sekelilingnya. Dimana para tamu undangan yang merupakan para pembisnis besar sudah berdatangan.

Berjalan dengan nampan di tangannya, Winter mencoba menawarkan minuman yang dia bawa kepada para tamu di sana. Tak ayal banyak tatapan menggoda dan menjijikan dari para bajingan tua yang terus memperhatikan gerak geriknya.

Saat di mana dia meletakan nampan yang sudah kosong dan mencoba menepi dari keramaian, sebuah tangan besar mencengkram pergelangan tangannya. ‘‘mari ikut denganku Winter’’

Winter yang terkejut hanya pasrah dan mengikuti langkah lebar dari pria yang beberapa saat lalu dia tabrak.‘‘Tuan ingin membawaku kemana? ’’ tanyanya sedikit bingung.

Tak ada sahutan apapun dari lawan bicaranya itu, membuat Winter sedikit takut dan waspada. Sampailah mereka di sebuah kamar yang cukup luas. Acara pesta yang sedang berlangsung ini, memang menyediakan fasilitas kamar untuk para tamu undangan.

‘‘T–tuan kenapa ki—’’

‘‘Syuttt, diamlah. Aku hanya ingin melindungimu dari tatapan lapar para bajingan di luar sana Sweety’’ jawab pria itu dengan jari telunjuknya yang masih menempel di depan bibir Winter.

Gadis itu hanya terdiam sembari memandang lekat pria tampan dengan tubuh kekar di depannya ini. ‘‘Terimakasih. Tapi ini terlalu berlebihan’’ balas Winter pelan.

Pria itu ikut membalas tatapan teduh wanita yang menarik perhatiannya itu, perlahan tubuhnya membungkuk dengan wajah yang semakin dia dekatkan pada wanita di hadapannya, ‘‘Kau sangat cantik’’ 

Winter bahkan hanya bisa diam dengan keringat dingin yang mulai membanjiri dahinya. ‘‘Tuan, aku takut ada yang melihat kita’’ ucap Winter dengan gugup.

‘‘Aku hanya seorang pelayan di sini. Bagaimana bisa diriku satu kamar dengan tuan yang merupakan pria terhormat’’ lanjut Winter dengan wajah yang menunduk takut.

Pria itu kembali meraih wajah Winter untuk dia hadapkan padanya, ‘‘Aku tidak peduli, bahkan kau sudah menarik perhatianku saat pandangan pertama’’ sahutnya dengan mencium pipi kanan Winter.

Wanita cantik bermata biru itu, mengangguk dan tersenyum hangat. Tangannya dia lingkarkan pada leher pria di depannya. ‘‘Tuan juga sangat tampan dan Seksi’’ balasnya dengan mencium dagu pria itu.

SEANDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang