SD_19 Keputusan Sagara

7 2 0
                                    

HAPPY READING🐳

‘‘Tadi culutnya mati makan pelmen Kala’’
Sahut Erlan menatap polos Sagara.

Sagara, pria itu menatap bingung bocah tampan dengan mata bulatnya. Alisnya terangkat dan mengalihkan pendangan ke Jay dan Sea.

Sebuah tangan kecil memegang jemari Sagara, membuat pria itu berjongkok dan menyunggingkan senyum tipis,
‘‘Kenapa Kara? ’’ tanyanya pada Karamel.

Gadis kecil yang usianya satu tahun lebih tua dari Erlan itu, menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
‘‘Bang Gara, tadi kita main sama Titik dan Koma, tapi—’’ cicit Kara terputus. Sebab mulutnya di bekap pelan oleh tangan Erlan.

Bocah laki-laki itu maju dan mendekati Sagara yang masih berjongkok, ‘‘Syutt. Bial Elan aja yang bicala Kala.’’
Ucap bocah itu kembali memandang Sagara.

‘‘Kakak tampan maaf ya, tadi culutnya dikasih makan pelmen, eh malah pingsan terus sekalang mati. ’’
Beritahu Erlan dengan menunjuk ke Jay.

Sagara menukikkan alisnya bingung, mencerna kalimat yang tadi bocah ini katakan. Sedetik kemudian dirinya bangkit dan melebarkan matanya.
‘‘Maksudnya apa? ’’

Sagara menatap tajam Jay dan Sea bergantian, Jay kalang kabut di tempatnya, di taruhnya hamster yang sedari tadi dia genggan di belakang tubuh kepada Sea.
‘‘Santai bos’’ Ucap Jay menyengir polos dan mengangkat kedua telapa tangannya.

Sea menganga tak percaya pada Jay, kurang ajar pasti setelah ini dirinya lah yang akan mendapat amukan singa di hadapannya ini.

Sea menghela napas berat dan perlahan tangannya di bawa ke depan tubuh,
‘‘Nih hamster lo udah koid.’’
Ucap Sea tanpa beban.

Sagara semakin melebarkan matanya, tangannya terulur memegang tubuh Koma yang sudah terbujur kaku.
‘‘Kenapa bisa mati? ’’ Cicit Sagara pelan dengan suara tertahan.

‘‘Udah takdir’’
Sahut Sea lagi mendapat pelototan dari Jay.

Diluar ekspetasi, Sea dan Jay pikir Sagara akan mengamuk saat tahu hewan kesayangannya itu tidak sengaja mati. Tapi yang mereka liat, pemimpin Black Eagle itu justru berjongkok dan mengelus sayang hamsternya sambil mengeluarkan air mata.

‘‘Hikss kenapa lo mati? kenapa lo tinggalin gue koma.’’ Sagara berbicara sendiri sembari mengelap air matanya.

Sea dan Jay menganga tidak percaya pemandangan di depannya ini. Bahkan Jay sampai mengucek matanya berkali-kali, siapa tahu itu Fanan bukan Sagara. Tapi memang kenyataannya itu Sagara.

Erlan maju dan ikut berjongkok di hadapan Sagara, memandang iba pria itu dan ikut mengelus tubuh Koma.
‘‘Sabal ya kak, culutnya udah telbang ke sulga.’’
Ucap bocah itu menatap polos Sagara.

Sagara hanya mengangguk dan meletakan hamsternya itu ke tangan Erlan. Dirinya bangkit lalu menubruk tubuh Sea kencang,
‘‘Huaaa Sea hamster kesayangan gue mati.’’ adu Sagara seperti anak kecil.

Sea yang tidak siap, terdorong ke belakang. Untung saja keseimbangannya bagus, jika tidak maka mereka akan terjengkang ke belakang.

‘‘Kenapa makhluk seimut itu di kasih permen Se, siapa yang berani bunuh Koma.’’ ucap Sagara menyembunyikan wajahnya di pundak Sea.

Jay mendengus kasar, dasar Sagara kang modus. Tahu aja tempat bersandar yang empuk. Menatap malas, Jay membopong tubuh Erlan dan menggandeng tangan kecil Karamel untuk pergi dari sana.

Erlan tadinya berontak, kala melihat Sea di peluk orang lain. Tapi rayuan Jay yang mengatakan dia punya burung tanpa bulu membuat bocah itu mengangguk antusias.

SEANDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang