Bab 9: Risiko

1.1K 198 75
                                    

"Gue nggak salah denger, kan...?" tanya Paul ke Danil dan Syarla.

"Ssst!!" ucap Syarla setengah membentak. Ia masih mencerna apa yang terjadi. Dan lagi, mereka masih memantau si satpam yang baru saja sampai di lantai dua.

Lewat kamera Renner, mereka menyaksikan satpam tersebut sampai di ujung tangga dan menyalakan senternya. Beruntung, si satpam hanya memeriksa ruangan dari jauh saja. Ketika senternya mengitari ruangan dan ia tak menemukan apapun, ia lantas melangkah lagi menuruni tangga.

"Aman, Sur!!" teriak si satpam sembari turun.

"Hah....astaga." sahut Danil menghela nafas lega.

"Tapi iya Paul, gue juga tadi dengernya Karina sih." lanjutnya lagi.

Sementara itu, Iqbal yang masih meringkuk di bawah meja, membuka topeng itu. Tidak bisa disangkal lagi sekarang, sosok itu memang Karina, ekspresinya kaget setengah mati. Warna kulitnya yang putih terlihat pucat akibat darah yang meninggalkan kepalanya.

"Bal...!? G-gue..." ucap Karina terbata. Ia sendiri bingung harus menjelaskan dari mana, dan harus tetap berbisik pelan.

Iqbal menatapnya tajam tapi kemudian sadar situasi mereka, ia meletakkan jari telunjuknya di mulut. "Nanti aja. Sekarang ikut gue."

Mereka berdiri, keluar dari kolong meja, dan menemukan Renner yang sudah bersiap keluar jendela. Renner menatap Karina dingin, dan hanya menolehkan kepalanya ke arah jendela. Kode agar Karina cepat keluar.

"Le-lewat jendela?" tanyanya bingung tapi tetap mengikuti, jendela itu terletak di samping gedung.

"Udah, cepet. Ikutin gue. Pelan-pelan tapi ya." balas Iqbal. Ia lantas membuka jendela, lompat ke teralis besi, dan menunggu Karina sebelum ia menuruni tangga.

Karina awalnya ragu karena teralis besi itu tidak terlalu lebar, dan dari tangga untuk turun ke dasar juga cukup tinggi. Tapi Iqbal mengangkat tangannya, "Cepet. Nggak bakal jatoh." sahutnya. Karina menuruti Iqbal.

Setelah Karina melompat, Iqbal menuruni tangga dan meluncur sampai ke tanah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah Karina melompat, Iqbal menuruni tangga dan meluncur sampai ke tanah. Karina kembali mengikuti, tapi pendaratannya kurang sempurna sehingga Iqbal harus menangkapnya-ya, bak adegan FTV di layar kaca.

Sedetik kemudian, Renner menyusul dan memerintahkan agar mereka berjalan ke parkiran ruko, menjauh dari kantor J&D.

"Gue kasih lo semenit buat jelasin." tajam Renner ke Karina.

Herannya (atau tidak?), Karina sama sekali acuh dengan sikap Renner. "Gue lagi cari tahu tentang adek sepupu gue yang dipecat sepihak. Kemarin-kemarin gue coba wawancara sebagai wartawan, kelihatan banget mereka nutupin sesuatu. Yaudah, gue mau cari tau sendiri." jawabnya datar. Perusahaan sepupu Karina, tak lain dan tak bukan, adalah J&D Matraman.

"By breaking and entering?" tanya Renner. Karina hanya angkat bahu, "Kalian sendiri? Polisi tapi kok sembunyi-sembunyi?"

"Ada hal-hal yang lo nggak perlu tahu. Terutama, wartawan kayak lo." balas Renner.

Shadows of Two Hearts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang