Bab 10: Penggeledahan

1.1K 201 66
                                    

Note: yang kesel sama Karina sabar dl yaa 😌🙏🏻

Renner setengah berlari memasuki rumah sakit tempat istrinya bekerja. Ketika pintu IGD terbuka, ia menemukan Sabila sedang di stationnya, mempelajari sebuah dokumen.

“Ca…? Mana Om Dedi? Gimana keadaannya?” tanya Renner bertubi ketika ia sudah menggapai istrinya. Tak lupa ia memeluk dan mengecup kepalanya, tidak peduli dengan keadaan sekitar.

“Eh…Mas.” sahut Sabila. “Om Dedi udah pulang. Dia nggak mau diobservasi, haduh pusing deh.” lanjutnya.

“Tapi tadi Ega yang aku suruh anter pulang. Kebetulan dia selesai shift.” jelasnya lagi.

Renner melihat raut kecewa istrinya itu, agak menyesal ia tidak datang lebih awal.

“Hmm…tapi secara medis gimana?” tanya Renner, merangkul bahu Sabila dari samping.

“Tadi cuma dikasih oksigen sebentar, karena emang keluhannya sesek. EKG-nya normal sih. Aku X-Ray, emang ada pembengkakan jantung sedikit. Harus cek ke dokter jantung. Aku udah aturin, tapi ya, nggak tahu dia mau atau enggak..” jawab Sabila, nadanya lirih di kalimat terakhir.

Keadaan pamannya tidak gawat sama sekali, tapi ada indikasi bahwa jantungnya sudah tidak sekuat dulu. Namun rasa khawatir Sabila agak berlebih, mengingat beliaulah satu-satunya keluarga kandung yang ia kenal.

Om Dedi seorang marinir yang bergabung Akmil (Akademi Militer) dari sangat muda. Ia kemudian meniti karirnya hingga disekolahkan intelejen, dan resmi menjadi intel aktif Angkatan Laut. Selama bertahun-tahun ia menghindarkan negara dari teror luar. Karir tersebut juga membuatnya banyak ditugaskan di luar negeri, kadang dalam jangka waktu yang panjang. Di saat salah satu penugasan itu, Sabila lahir. Dan tak lama, adik serta adik iparnya—ayah dan ibu Sabila—meninggal dunia. Ketika kembali ke tanah air beberapa tahun setelahnya, Om Dedi sempat mencari Sabila. Ketika akhirnya bertemu, konflik Timor-Timor pecah, dan ia ditugaskan lagi ke luar Indonesia.

Lama kemudian ia di rotasi ke negara-negara lain. Saat ia akhirnya meminta untuk ditugaskan di tanah air, Sabila sudah berumur 14 tahun dan diadopsi oleh keluarga Dharmawan. Melihat ponakannya telah hidup dengan bahagia, ia urung menemuinya lagi. Ia merasa malu dan tak kuat hati—menelantarkan Sabila hanya karena pekerjaannya. Meski begitu, Om Dedi terus memantau Sabila dari jauh. Melihat keponakannya menjadi dokter yang sukses, menikah dengan seorang polisi kepercayaan Kapolri, sudah membuatnya bahagia.

Takdir mempertemukan mereka lewat kasus yang ditangani Renner–yang juga sekaligus diliput Karina, yang akhirnya membuat Om Dedi setuju untuk bertemu lagi dengan Sabila. Renner pikir pertemuan pertama itu akan canggung, tapi tidak sama sekali. Om Dedi langsung meminta maaf telah meninggalkan Sabila selama bertahun-tahun yang lalu. Sabila menampik maaf itu dan memeluknya hangat. Sejak saat itu, hubungan paman dan kemenakan itu menjadi erat.

“Yaudah, nggak apa-apa. Nanti kita coba bujuk sama-sama ya… Namanya bekas angkatan, pasti masih ngerasa kuat. Dulu papa juga gitu, paling males kalo harus ke dokter.” balas Renner, mencoba memberi pengertian kepada istrinya itu. Ia mengusap-usap punggung Sabila.

“Hm-mm.” ucap Sabila. “Kamu udah selesai kasusnya?” tanyanya kemudian.

Renner menggeleng, “Belom. Tapi ada leads kuat. Besok pagi bakal ada penggeledahan, dan kalo ketemu jejaknya Kopay, kita bisa tangkep dia.”

“Yaudah, kamu pulang? Tidur dulu? Aku baru selesai shift nanti siang. Terus libur sehari.”

Renner mengangguk, “Yaudah aku pulang dulu. Nanti sore atau malem ketemu lagi ya.”

Setelah memeluk istrinya erat, Renner pun meninggalkan RS Medika.

⏳⏳⏳

Shadows of Two Hearts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang