Sabila memandang ponselnya kecewa. Sudah dua malam berturut-turut Renner membatalkan kunjungan rutin makan malamnya ke RS Medika. Meski ia nanti akan dijemput di pagi hari, tapi rasanya akhir-akhir ini Renner kian sibuk.
"Kenapa kusut banget tuh muka?" tanya Novia sambil menyantap makan malamnya. "Eh- nggak usah dijawab. Aku tahu kok." lanjutnya lagi.
Sabila menoleh, "Emang apa?"
"Si kapten pasti lembur lagi. Ya, kan?" tanya Novia.
Sabila mengerucutkan bibirnya, "Masalahnya ini udah dua kali." sahutnya.
"Yah, pasangan sibuk. Mau gimana lagi? Kau juga nggak bisa kan, mangkir dari kerjaan?" tanya Novia retoris.
"Dia tuh lagi nanganin kasusnya Anggi. Bekas koleganya meninggal."
Novia menutup mulutnya, "Innalillahi..." tapi lanjut memperhatikan ekspresi sahabatnya, "Terus? Kau cemburu, gitu?" tanyanya sambil menaikkan alis.
Sabila terdiam. Perasaannya aneh. Gengsinya tak memperbolehkannya cemburu. Sebab, buat apa? Ia kenal Anggi. Renner juga bekerja bersama timnya. Tak ada waktu yang mengharuskannya berduaan dengan mantannya itu. Dan terlebih, seorang dokter telah meninggal. Kemana empatinya pergi?
"Enggak, eh- iya. Enggak sih." sahut Sabila.
"Mungkin bukan cemburu sama Anggi. Tapi cemburu sama perhatiannya Renner." ucap Novia, kembali sambil mengunyah makanannya.
"Iya, mungkin."
⏳⏳⏳
Sore tadi, situasi di Bintang memanas. Renner sedang naik pitam, dan tak satupun anggotanya yang bisa meredakan amarahnya. Pasalnya, J-News baru saja mempublikasikan artikel online bertajuk, "Pratikno, Sosok Dibalik Penculikan Anak Kapolri?"
Dan tentu saja, Iqbal yang menjadi bulan-bulannya. Padahal ia tak tahu apapun.
"Bang, di situ aja nama reporternya Yoga Widodo.. Nggak ada hubungannya sama gue dan Karina..." kesal Iqbal, "Lagian Karina lagi ngerjain berita tentang Poso."
"Ya siapa yang tahu kalo itu bukan tim reportasenya dia?!!" bentak Renner.
Iqbal tak bisa menjawab pertanyaan itu. Ia hanya kenal kameramen Karina, Irfan. Selebihnya, ia tidak tahu-menahu mengenai pekerjaan Karina. Karena Karina tidak boleh tahu pekerjaan Iqbal, ia merasa juga tidak berhak kepo atas pekerjaan calon pasangannya itu.
"Udahlah, Ren. Ini urusan humas. Dan lagi, banyak media yang berspekulasi. Nggak cuma J-News. Nama yang disebut selain Pratikno juga ada Indra kok." ucap Danil, mencoba memberi pengertian.
Renner baru ingin memulai meeting mengenai Bu Tami sore itu, tapi mood-nya sudah kacau duluan akibat artikel J-News. Ia memandang wajah juniornya itu, makin kesal dibuatnya karena Iqbal bersikeras ia tak bicara apapun ke Karina.
Ponsel Renner berdering dan menunjukkan nama Clara. Ia jadi mendapat ide.
"Bal, lu jalan deh sana temenin Clara nemuin mantan suaminya Bu Tami." perintah Renner.
"Loh, nggak jadi gue?" tanya Danil.
Renner menggeleng keras. Tak ingin didebat lagi.
"Hm." balas Iqbal pendek lalu mengambil kunci motornya. Pertama kali ia ditendang Renner dari ruang meeting atas perkara yang di luar kendalinya.
Ipda Iqbal 🫡
Ngapain si, J-News bikin berita sampah kyk gini?
Link sent.Karina Wijaya ☺️
Kan udh gue kasih tau, kl desas-desus itu kenceng banget di media.
Lagian itu kolom opini, Bal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows of Two Hearts [END]
ActionSekuel dari "Two Worlds Colliding": Ketika dua dunia yang berbeda pada akhirnya bersatu, rintangan apa yang akan ada di depan mereka? Dan apakah mereka bisa melewatinya? 🍣