Pergumulan Rony dan Renner tak disaksikan jelas oleh timnya di luar ruangan, tapi mereka cukup tahu apa yang terjadi. Pintu kaca ruang ICU itu memang dibuat sedikit buram untuk privasi, juga dibuat bulletproof untuk melindungi pasien, tapi fitur-fitur keselamatannya justru menjadi bumerang untuk mereka hari ini. Ditambah lagi, locking mechanism pintu sudah diubah oleh Rony, sehingga tak bisa dibuka dari luar.
Suara tembakan itu berasal dari pistol Renner, yang tadi ia raih dari holsternya di pinggang, namun Rony begitu cepat untuk menahannya. Mereka sama-sama memegang benda itu, lalu peluru tak sengaja melesat asal ke tembok belakang Rony.
Setelah pintu tertutup, Iqbal dan Syarla buru-buru mengakses program keamanan Medika yang penuh dengan firewall. Prioritas utama mereka membuka pintu ICU. Sementara Ari langsung membuat rencana penyelamatan di depan pintu dengan tim-timnya. Ari hanya bisa merutuki dirinya yang terlalu patuh dengan perimeter 10 meter, padahal jika dekat sedikit, ia bisa saja ikut masuk atau sempat menghentikan Karina yang muncul dari arah samping koridor ICU.
Panik mendengar letusan senjata, Karina berjingkat menggeser medical tray beroda yang ada di samping ruangan, lalu menariknya agak mereka dapat duduk bersimpuh di belakangnya. Tak begitu berguna sebagai tameng sebab benda itu ringkih, tapi daripada tidak ada sama sekali. Ia masih memeluk Sabila erat sambil duduk berjongkok.
Renner berusaha melumpuhkan Rony. Namun teknik grappling-nya dibaca mudah oleh Rony dan kini ia malah kesulitan untuk mendominasi keadaan.
"Mas, luka op-nya di perut bawah!" instruksi Sabila. Renner menendangnya dengan dengkul, tepat di titik lukanya.
Rony mengerang, genggamannya terlepas dari tubuh Renner. Tapi refleksnya mengambil alih ketika Renner menodongkan pistolnya, ia menendang tangan Renner dan pistol itu terlempar ke pojok ruangan. Kini tak bersenjata, Renner murka. Ia meninju wajah Rony yang setengah tiduran di lantai, tapi ia mengelak, lalu menggulingkan badannya ke bawah kolong tempat tidur.
Renner menarik tubuh lawannya itu, berusaha menahannya untuk kemudian memberikan bogem yang sebenarnya. Ketika Rony berbalik, ia mengibaskan pisau bedah yang entah ia dapat dari mana ke wajah Renner. Pisau itu hanya terkena pipinya, tapi pertahanan Renner lengah sekarang, Rony lantas menancapkan pisau itu ke area leher Renner, dekat belikatnya.
"AGH!!" Renner berteriak.
Di luar pintu, Ari sudah siap dengan formasinya. Tim X dan satu tim Buser akan menyergap Rony, sementara satu tim Buser lainnya menemani Tim Shadow untuk menyelamatkan Sabila dan Karina. Satu tim lagi ia tempatkan di belakang untuk mengawal tenaga medis-Dokter Bayu, Ega, Anna, Dokter Nami sudah siap dengan perlengkapannya.
Iqbal meninggalkan Syarla yang terduduk di samping ICU dengan laptopnya ketika celah firewall telah tertemukan. Kini ia hanya perlu mengetik beberapa baris kode agar pintu bisa terbuka.
"Bang, nggak boleh ikut!!" ingat Syarla sambil terus mengetik.
"Gua dibelakang Bang Ari. Tenang aja, ikut instruksi." sahut Iqbal sambil mengambil posisi di belakang Tim X. Ari tak ambil pusing sebab dalam semenit ke depan mereka sudah harus siap menyergap.
Sabila melihat suaminya yang tertusuk pisau dalam horor. Refleks, ia bangkit, berlutut setengah berdiri, "Mas jangan dicabut!!" teriaknya. Renner masih mengerang kesakitan, akhirnya membiarkan benda yang tertancap itu di lehernya dan bergegas mengikuti Rony.
Rony dengan gerakan cepat mengambil pistol di ujung ruangan, lalu melesatkan tembakan ke arah Sabila yang kini terekspos dari persembunyiannya. Pistol itu teracung ke arahnya.
DOR!!
Sabila mematung. Tapi tak merasakan sakit apapun padahal jelas peluru itu lepas ke arahnya. Namun ia merasakan badannya berat. "Kakak..." lirih Karina. "Kar...!!!" teriak Sabila, begitu keras hingga suaranya pecah. Karina jatuh meniban Sabila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows of Two Hearts [END]
ActionSekuel dari "Two Worlds Colliding": Ketika dua dunia yang berbeda pada akhirnya bersatu, rintangan apa yang akan ada di depan mereka? Dan apakah mereka bisa melewatinya? 🍣