Bab 28: Sandiwara Selesai

1.2K 187 177
                                    

"Breaking News. Jam 23.59 malam ini, Kadiv Humas Polda Metro Jaya, Irjen Pol Mahendra Wibowo baru saja menggelar konferensi pers terkait kasus penculikan Siera Dewantara, putri dari Jendral Polisi Dewantara Satrio yang menjabat sebagai Kapolri saat ini.

Dilaporkan, saudara, bahwa Siera disekap di apartemen di bilangan Pluit, setelah hilang dari rumah antara pukul 19.30 hinga 20.00. Jam 22.30 malam tadi, pelakunya sudah diringkus oleh Tim Buser Polres Pluit. Kanit Tim Buser, AKP Yan Pattynama memimpin penyergapan tersebut dan menangkap dua pelaku berinisial SA dan SA, dua bersaudara residivis penculikan. Siera dalam keadaan sehat dan aman, sekarang sudah kembali pulang ke rumah.

Sementara, motif dan metode pelaku belum dijelaskan oleh pihak polisi. Kami akan pantau terus perkembangan kasus ini. Demikian reportase saya langsung dari Polda Metro Jaya untuk Breaking News.

Karina Wijaya, J-News TV, melaporkan." ujar Karina sambil menggenggam mic berlogo J-News dan tersenyum datar ke kamera.

"Cut." sahut Irfan lalu mematikan kameranya.

"Gimana menurut lo?" tanya Karina, "Press con dua kali sehari? Progress yang cepet banget?"

"Ya namanya anaknya Kapolri, Kar. Itu Kapolda bisa dicopot kalo nggak nemu cepet." ujar Irfan.

"Hm." balas Karina, tak puas.

Tapi ia tak berdaya saat ini. Karina hanya bisa mewawancarai Yan Pattynama esok hari. Akses terhadap Pak Dewa maupun keluarga, apalagi Siera, ditutup rapat—dan ia memaklumi ini. Namun tetap saja, kejanggalan kasus ini membuat Karina merasa tak nyaman.

⏳⏳⏳

Tim X dan Tim Shadow, juga Clara, kembali berkumpul di rumah dinas Pak Dewa. Hadir juga Ferdi tanpa anggotanya, dan Gusti, tanpa Luki—tentu saja. Mereka semua menunggu atasannya untuk datang dan memulai rapat koordinasi terakhir.

"Oke, udah malem. Jadi saya cepet aja." ucap Pak Dewa ketika memasuki ruangan.

"Makasih banyak. Kerja kalian sangat, sangat baik. Istri saya dan Siera tentunya juga sangat berterima kasih kepada kalian." ucap Pak Dewa.

"Benar bahwa Pratikno adalah dalang dari ini semua. Luki sudah diperiksa oleh Pak Jeffry dan saya juga terpaksa ngomong langsung sama dia tadi. Dia ngasih tahu semuanya." jelas Pak Dewa, menahan amarah terhadap mantan ajudannya.

Pratikno, salah satu kader partai politik yang akan maju di Pilkada Oktober nanti, memang menyimpan dendam ke Pak Dewa. Pasalnya, dua bulan lalu, Satreskrim divisi Ekonomi Khusus bersama dengan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) menangkap anak sulungnya dengan gugatan korupsi. Hal itu mempengaruhi elektoralnya yang jeblok hingga hari ini. Menjelang Oktober, Pratikno berencana menculik Siera dengan tebusan penghapusan gugatan korupsi anaknya tersebut. Ia butuh mulai mengirim teror dan ancaman, sehingga merekrut Luki untuk melancarkan aksinya.

"Tapi...tetep yang kita share ke publik harus konsisten. Acho bersaudara pelakunya. Motifnya karena Siera nggak sengaja ngerekam aksi pencurian mereka waktu belanja di mall beberapa waktu lalu. Perkara pencurian perhiasan Tiffany & Co." jelas Pak Dewa.

"Masalah sama Pratikno, biar saya yang urus. Kalo sama dia, urusan politis aja. Biarpun dia nggak akan saya maafin." jelasnya lagi.

"Jadi, nggak dipenjara, Pak?" tanya Clara.

"Kan kita udah bicarain hal ini, Clara." jawab Pak Dewa.

Mereka tak bisa menjatuhkan hukuman apapun ke Pratikno kali ini, sebab bila diusut, kasus ini akan menjadi bumerang ke mereka. Jadi memang Pak Dewa sengaja menyimpan 'dosa' kriminal Pratikno agar ia tidak bisa berulah lagi di masa depan.

Shadows of Two Hearts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang