Bab 38: Pasar Minggu

936 189 104
                                    


Tim Shadow sedang dalam perjalanan ke Pasar Minggu ketika ponsel Iqbal bergetar.

Caller ID.
Karina Wijaya ☺️

Iqbal ragu mengangkatnya. Ia biarkan menjadi missed call. Anehnya, Karina menelpon lagi. Akhirnya setelah dering ketiga, ia mengangkatnya.

“Halo, Kar?”

“Bal…” suara Karina sangat pelan, juga terdengar takut.

“Kar…?! Lo kenapa?”

“Bal- tolong…plis.” suara Karina makin bergetar.

“Gimana? Tenang dulu. Lo dimana?”

Suara Karina makin teredam seperti ia menutup mulutnya sendiri, “Gue- pasar minggu. Mereka dateng…”

“Mereka siapa, Kar? Coba jelasin.”

Paul yang menyadari ada sesuatu yang tak beres, meminta Iqbal untuk memasang loud speaker.

“Gu- gue nelusurin kasus Poso. Rumahnya Bu Heni. Ta-tapi rumahnya aneh, gue masuk mau liat. Gue terlanjur di dalem pas ada segerombolan orang dateng. Jadi gue sembunyi di atas…” jelas Karina terbata.

“Share loc sekarang cepet. Jangan putusin telfonnya, ya?” ucap Iqbal.

“Bal.. they're coming.. Aku takut..” lirih Karina, ia terisak lalu hening. Iqbal yakin ia menangis dalam diam.

“Bang…! Ini lokasi yang sama???!” seru Iqbal ke Paul.

“Anjing, iya…?!” Paul terkaget melihat alamat yang sama dengan tujuan mereka.

“Kar, kita otw. Kamu dimananya rumah?”

“Di atas, di kamar. Pintu depan kebuka, mereka tau gue di sini, Bal..” lirihnya.

“Ada tempat tidur? Sembunyi di kolong. Hpnya taro di paling ujung biar aku tetep denger kamu sampe akhir. Oke? Kita…10 menit lagi. Sepuluh, Kar? Bisa, kan, bertahan?” tanya Iqbal.

“Ngg- iya bisa, Bal.” jawab Karina pendek, lalu mengikuti instruksi Iqbal. Ia merayap ke kolong tempat tidur dan meletakkan ponsel di pojok kolong.

“Bang buruan!!!” seru Iqbal.

Danil menyalakan sirine dan membelah lalu lintas Jakarta di malam yang baru mulai ini.

⏳⏳⏳

Satu jam sebelumnya.

Karina Wartawan J-News
Kak, masa rumahnya di perumahan yg gak jadi.
Aneh..
Tapi rumahnya ada sih.
Picture sent

Kak Sabila Dokter Medika
Ihhh kok sebelah2nya kyk gada yg tinggal.
Jgn masuk sendirian Kar
Udah magrib jg ini, besok aja, minta temenin Irfan

Karina Wartawan J-News
Tanggung deh Kak
Lagian nggak mungkin sarang penyamun kan?

Rumah milik Bu Heni itu cukup aneh. Terletak di perumahan yang terbengkalai. Mungkin hanya ada beberapa rumah yang berpenghuni, itu pun di sudut lain perumahan.

Rumahnya cukup modern, dua lantai dengan tembok abu-abu. Tanaman liar yang tumbuh di depannya menutupi tampak luar rumah, tapi rumahnya terlihat berpenghuni, ada barang-barang berserakan di dalam rumah.

“Permisi..!” ucap Karina di teras. Rumahnya tak berpagar, jadi ia cukup leluasa masuk hingga ke pintu depan.

Ia mengetuk pintu, keras. Tak ada jawaban.

Pintu rumah itu tertutup, Karina mencoba membukanya, agak sulit karena terkunci. Tapi hari ini mungkin hari keberuntungannya, karena kunci pintu itu tak sempurna, hanya setengah terkunci. Dengan sedikit hentakan ke bawah, Karina berhasil membuka pintu itu.

Shadows of Two Hearts [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang