Prolog

1.9K 101 4
                                    

Alby PranataLampu disco berkedip-kedip, memantulkan cahaya pada gelas-gelas kristal berisi champagne mahal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alby Pranata
Lampu disco berkedip-kedip, memantulkan cahaya pada gelas-gelas kristal berisi champagne mahal. Di tengah kerumunan, Alby tertawa lepas, rambutnya yang stylish bergoyang mengikuti irama musik. Putra tunggal keluarga terpandang ini hidup dalam gemerlap pesta tanpa henti. Kampusnya hanya menjadi latar belakang blur dalam potret hidupnya yang penuh warna. Uang mengalir seperti air, memenuhi setiap keinginannya tanpa perlu berpikir dua kali. Alby adalah definisi dari kemewahan dan kebebasan tanpa batas, tanpa pernah sekalipun memikirkan konsekuensi atau masa depan. Baginya, hidup adalah tentang hari ini, tentang kesenangan yang bisa diraih saat ini juga.

Juan AdityaSementara itu, di sebuah bengkel kecil di pinggiran kota, Juan mengelap keringat dari dahinya yang berdebu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan Aditya
Sementara itu, di sebuah bengkel kecil di pinggiran kota, Juan mengelap keringat dari dahinya yang berdebu. Tangannya yang kasar menggenggam kunci pas dengan erat, matanya fokus pada mesin motor di hadapannya. Suara dengung mesin dan denting logam adalah musik yang mengiringi hari-harinya. Sebagai anak bungsu dari keluarga sederhana, Juan memikul tanggung jawab untuk membantu perekonomian keluarga sejak lulus SMA. Meski impian kuliah harus dia kubur dalam-dalam, senyum ramah tak pernah lepas dari wajahnya yang bersahaja. Setiap malam, dia pulang dengan tubuh lelah namun hati yang puas, disambut oleh pelukan hangat ibu dan candaan ringan sang kakak. Bagi Juan, kebahagiaan sederhana bersama keluarga adalah harta yang tak ternilai harganya.

~♡~

Malam itu, dua dunia yang tak pernah bersinggungan mulai menari dalam orbit yang sama. Sementara Alby menenggak gelas terakhir champagne-nya, memutuskan untuk mengemudi sendiri ke pesta berikutnya, Juan menutup pintu bengkel, bertekad untuk membeli sebungkus nasi goreng sebelum pulang. Jalanan kota yang biasanya ramai kini lengang, seolah memberi ruang bagi takdir untuk bekerja. Angin malam berbisik lirih, membawa aroma hujan yang akan segera turun. Di kejauhan, lampu lalu lintas berkedip-kedip tidak beraturan, seperti menghitung mundur menuju momen yang akan mengubah hidup keduanya. Seekor kucing hitam melintasi jalan, berhenti sejenak untuk menatap ke arah di mana dua jiwa yang berbeda akan segera bertabrakan—secara harfiah dan kiasan. Tanpa mereka sadari, setiap detik yang berlalu membawa Alby dan Juan semakin dekat pada titik pertemuan yang telah digariskan semesta, sebuah pertemuan yang akan mengoyak kenyamanan, menguji prinsip, dan pada akhirnya, merajut benang takdir mereka menjadi satu.

Voiceless Ties [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang