33

634 98 4
                                    

Siang itu, bengkel tempat Juan bekerja dipenuhi suara denting logam dan dengung mesin. Udara yang pengap bercampur aroma oli dan bensin tidak menghalangi Juan untuk tetap fokus pada pekerjaannya. Ia membungkuk di atas mesin mobil yang terbuka, tangannya yang terampil bergerak dengan presisi, mengencangkan dan menyetel setiap komponen dengan hati-hati.

Sesekali Juan menghentikan pekerjaannya untuk mengelap keringat yang mengalir di pelipisnya dengan lengan seragam kerjanya yang sudah bernoda oli. Matanya yang tajam memindai setiap detail mesin, memastikan tidak ada yang terlewat. Di tengah kesibukannya, sebuah suara yang familiar memanggilnya.

"Juan! Bisa ke ruangan saya sebentar?" Pak Aan, pemilik bengkel, berseru dari kantornya yang terletak di ujung bengkel.

Juan menegakkan tubuhnya, meregangkan punggungnya yang terasa kaku, lalu mengangguk ke arah Pak Aan. Ia meraih lap merah yang selalu tersampir di bahunya, berusaha membersihkan tangannya sebisa mungkin dari noda oli yang menempel. Sebelum menuju ruangan bosnya, Juan melirik sekilas jam dinding bengkel yang menunjukkan pukul 13.30. Ia sedikit menghela napas, berharap bisa pulang tepat waktu hari ini.

Di depan pintu ruangan Pak Aan, Juan berhenti sejenak. Ia merapikan seragam kerjanya yang kusut dan bernoda, berusaha terlihat sepresentable mungkin meski dalam kondisi kerja. Tiga ketukan halus di pintu, dan ia menunggu.

"Masuk!" suara Pak Aan terdengar dari dalam.

Juan melangkah masuk ke ruangan yang sejuk berkat pendingin udara. Kontras dengan suasana bengkel yang panas dan pengap, ruangan Pak Aan selalu terasa nyaman. Dinding ruangan dihiasi berbagai sertifikat dan foto-foto mobil klasik, menunjukkan passion pemiliknya terhadap dunia otomotif.

Pak Aan duduk di belakang mejanya yang dipenuhi berkas-berkas dan beberapa majalah otomotif. Ia tersenyum hangat melihat Juan masuk, gesture yang selalu ia tunjukkan pada karyawan kesayangannya ini. Juan segera mengeluarkan ponselnya, jemarinya bergerak cepat di atas layar untuk mengetik pesannya.

"Pak, maaf mengganggu. Boleh saya izin besok tidak masuk kerja? Saya hendak mengunjungi mertua."

Pak Aan melepas kacamatanya, meletakkannya di atas tumpukan berkas di mejanya. Matanya yang ramah menatap Juan dengan tatapan yang penuh pengertian. "Wah, akhirnya kamu mau ambil libur juga, Juan," ujarnya sambil terkekeh pelan. "Sudah berapa tahun ya kamu kerja di sini? Lima? Enam tahun?"

Ia berhenti sejenak, seolah menghitung dalam hati. "Yang aku ingat dengan jelas, bahkan waktu kamu nikah kemarin, cuma ambil cuti dua hari. Padahal harusnya enam hari. Tidak butuh bulan madu ya?" godanya dengan nada jenaka.

Juan hanya tersenyum tipis menanggapi candaan bosnya, matanya sedikit menerawang mengingat masa-masa itu. Ada setitik kesedihan yang coba ia sembunyikan, mengingat bagaimana hubungannya dengan Alby saat itu masih begitu canggung. Tangannya kembali bergerak di atas layar ponsel.

"Terima kasih, Pak. Saya ak—"

"Oh, tunggu sebentar!" Pak Aan tiba-tiba memotong, mengangkat satu tangannya. "Baru saja Pak Erwin telepon. Kamu ingat kan, pelanggan langganan kita yang mobilnya sering kamu tangani?" Juan mengangguk. "Nah, katanya mobilnya perlu diservis dan dia minta khusus kamu yang menangani. Bisa tunggu sebentar? Setelah itu kamu boleh pulang."

Belum sempat Juan merespon, terdengar suara mobil memasuki area bengkel. Dari jendela ruangan Pak Aan, mereka bisa melihat sebuah mobil silver yang familiar terparkir di halaman bengkel. Pak Erwin, seorang pria paruh baya dengan setelan rapi, keluar dari mobilnya dan langsung melambaikan tangan ke arah ruangan tempat Juan berada.

Juan menghela napas pelan, lalu mengetik cepat di ponselnya.

"Baik, Pak. Saya tangani dulu."

Ia keluar dari ruangan Pak Aan dan menghampiri Pak Erwin yang sudah membuka kap mobilnya. "Nah, Juan! Untung masih di sini," sapa Pak Erwin ramah. "Mobilku sepertinya ada masalah di bagian mesin. Tadi pagi susah starter, terus kadang-kadang seperti tersedak saat jalan. Kamu bisa periksa?"

Voiceless Ties [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang