9

659 95 6
                                    

Setelah Juan menanyakan apa yang terlewat selama ia tidak sadarkan diri, suasana di ruangan itu menjadi tegang. Ibu Juan dan Manuel saling bertukar pandang, seolah sedang memutuskan siapa yang harus menyampaikan berita mengejutkan ini.

Akhirnya, ibu Juan mengambil napas dalam dan menggenggam tangan putranya. "Juan, sayang," ia memulai dengan suara lembut. "Ada hal penting yang perlu kamu ketahui."

Juan menatap ibunya dengan tatapan penuh tanya, menunggu kelanjutan kata-katanya.

"Keluarga Alby... mereka yang bertanggung jawab atas kecelakaanmu," lanjut ibunya perlahan. "Dan mereka telah menawarkan untuk bertanggung jawab seumur hidupmu."

Mata Juan melebar, terkejut mendengar informasi ini. Ia meraih notes-nya dan mulai menulis dengan cepat. "Maksud ibu? Bagaimana caranya?"

Manuel, yang melihat kebingungan adiknya, memutuskan untuk mengambil alih. "Juan," ia berkata dengan hati-hati, "mereka menawarkan... pernikahan. Antara kamu dan Alby."

Juan terdiam, tangannya yang memegang pulpen terhenti di udara. Ia menatap kakaknya dengan tatapan tidak percaya, seolah menunggu Manuel mengatakan bahwa ini hanyalah lelucon.

Namun, melihat keseriusan di wajah keluarganya, Juan menyadari bahwa ini bukanlah candaan. Ia kembali menulis di notes-nya, kali ini dengan tangan gemetar. "Aku akan menikah dengan orang yang telah menghancurkan hidupku?"

Ibu Juan menghela napas berat. "Nak, ibu tahu ini mengejutkan. Tapi mereka menjamin masa depanmu. Biaya perawatan, rehabilitasi, semuanya akan mereka tanggung."

Juan menggelengkan kepalanya kuat-kuat, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia menulis dengan cepat, "Tapi Bu, bagaimana bisa aku menikah dengan orang asing? Apalagi orang yang telah membuatku seperti ini?"

Manuel meletakkan tangannya di bahu Juan, mencoba menenangkan adiknya. "Juan, kami mengerti perasaanmu. Tapi tolong pikirkan baik-baik. Ini mungkin kesempatan terbaik untuk masa depanmu."

Juan terdiam sejenak, matanya menerawang. Ia kembali menulis, "Tapi setelah menikah, bukankah Alby akan jadi tanggung jawabku juga?”

Mendengar kekhawatiran Juan, ibu Juan segera menggelengkan kepala. "Tidak, sayang. Kamu tidak perlu memikirkan itu. Keluarga Alby sudah berjanji akan menanggung segala kebutuhan kalian. Kamu hanya perlu fokus pada pemulihan dirimu."

Saat itulah, Juan menyadari kehadiran keluarga Alby di ruangan itu. Matanya bertemu dengan Alby, yang selama ini berdiri diam di sudut ruangan. Ada sesuatu yang aneh dalam tatapan mereka, seolah ada benang tak kasat mata yang menghubungkan keduanya.

Alby, yang merasa ditatap, justru menundukkan kepalanya dan bersembunyi di balik tubuh ayahnya. Entah mengapa, sikap Alby yang malu-malu ini membuat Juan merasakan getaran aneh di dadanya.

Juan kembali menatap keluarganya, lalu menulis di notes-nya, "Aku butuh waktu untuk memikirkan semua ini."

Ibu Juan mengangguk penuh pengertian. "Tentu, sayang. Istirahatlah dulu. Kita akan bicarakan ini lagi nanti."

Sementara keluarga Juan mulai beranjak keluar untuk memberi Juan waktu sendiri, Alby masih berdiri kaku di tempatnya. Juan menatapnya lekat, seolah ingin mengatakan sesuatu. Namun Alby, dengan wajah memerah, hanya bisa menunduk dan mengikuti orangtuanya keluar ruangan.

Sepeninggal mereka, Juan berbaring kembali di ranjangnya. Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan dan kekhawatiran. Namun di tengah kebingungannya, wajah Alby yang malu-malu terus muncul dalam benaknya, membuat jantungnya berdegup sedikit lebih kencang.

~TBC

Voiceless Ties [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang