38

600 102 5
                                    

Setelah pertemuan makan siang yang hangat dengan Juan, Nenek Mira semakin yakin dengan intuisinya tentang kemampuan luar biasa yang dimiliki menantunya itu. Sejak awal, ia telah melihat potensi besar dalam diri Juan, yang membuatnya meminta Pak Dharma untuk menguji kemampuan pemuda itu. Kini, setelah melihat sendiri bagaimana Juan beradaptasi dan berkembang, Nenek Mira merasa terdorong untuk melakukan lebih banyak untuknya.

Suatu malam, saat jam dinding menunjukkan pukul 11 malam, Nenek Mira masih terjaga di ruang kerjanya. Ia duduk di kursi goyang favoritnya, secangkir teh kamomil yang sudah dingin terlupakan di meja samping. Pikirannya terus melayang pada Juan dan kondisinya.

"Pasti ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk membantunya lebih jauh," gumamnya pada diri sendiri.

Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya. Dengan semangat yang tidak biasa untuk wanita seusianya pada jam selarut ini, Nenek Mira bergegas ke meja kerjanya. Ia menyalakan laptop dan mulai mencari informasi tentang dokter-dokter spesialis terbaik di dunia yang menangani kasus hilangnya suara.

Selama beberapa hari berikutnya, Nenek Mira menghabiskan waktu berjam-jam di depan laptopnya, mengirim email, dan bahkan melakukan panggilan video dengan beberapa dokter dari berbagai negara. Ia melakukan semua ini diam-diam, bahkan tanpa memberitahu suaminya, Kakek Hendra.

Akhirnya, setelah hampir dua minggu pencarian intensif, Nenek Mira menemukan seorang dokter spesialis dari Jerman yang memiliki pengalaman menangani kasus serupa dengan Juan. Dr. Klaus Schmidt, seorang ahli bedah saraf dan pita suara terkemuka, menunjukkan ketertarikan pada kasus Juan setelah Nenek Mira menjelaskan situasinya.

Pada suatu pagi yang cerah, Nenek Mira memutuskan untuk berbagi informasi ini dengan keluarganya. Ia mengundang Kakek Hendra, putra mereka Jonatan, dan menantunya Gebby untuk sarapan bersama di rumah mereka.

Saat mereka semua sudah berkumpul di meja makan yang besar, Nenek Mira memulai pembicaraan.

"Ada sesuatu yang ingin kusampaikan pada kalian," ujarnya dengan nada serius.

Kakek Hendra, yang sedang menyesap kopinya, mengangkat alis. "Ada apa, sayang? Kau terlihat serius sekali."

Nenek Mira menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Selama dua minggu terakhir, aku telah menghubungi beberapa dokter spesialis dari luar negeri. Aku... aku mencari kemungkinan pengobatan untuk mengembalikan suara Juan."

Hening sejenak. Jonatan, yang baru saja akan menyuapkan sepotong roti ke mulutnya, terhenti di udara.

"Mama serius?" tanya Gebby, matanya melebar karena terkejut.

Nenek Mira mengangguk. "Ya, dan aku telah menemukan seorang dokter di Jerman yang mungkin bisa membantu. Namanya Dr. Klaus Schmidt. Dia tertarik untuk memeriksa Juan."

Kakek Hendra meletakkan cangkir kopinya dengan hati-hati. "Tapi, sayang, bukankah dokter di sini sudah mengatakan bahwa kondisi Juan permanen?"

"Iya, tapi teknologi medis terus berkembang," Nenek Mira menjawab dengan antusias. "Dr. Schmidt memiliki pengalaman dengan kasus serupa. Dia mengatakan ada kemungkinan, meski kecil, untuk memperbaiki pita suara Juan."

Jonatan, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Mama, aku menghargai niat baik Mama. Tapi... apakah ini tidak terlalu terburu-buru? Maksudku, Juan sepertinya sudah mulai beradaptasi dengan kondisinya."

Gebby mengangguk setuju. "Benar, Ma. Lagipula, bagaimana jika ini hanya akan memberi harapan palsu pada Juan dan Alby?"

Nenek Mira menghela napas panjang. Ia sudah menduga akan ada perdebatan seperti ini. "Aku mengerti kekhawatiran kalian. Tapi bukankah kita harus mencoba segala kemungkinan? Juan masih sangat muda. Jika ada kesempatan, sekecil apapun, untuk mengembalikan suaranya, bukankah kita harus mencobanya?"

Voiceless Ties [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang