20

899 114 2
                                    

Bagaimana rasanya mencium Juan? Apakah bibirnya selembut yang ia bayangkan?

Alby menggelengkan kepalanya kuat-kuat, berusaha mengusir pikiran itu. Ia tidak seharusnya memikirkan hal seperti itu tentang Juan.

"Nah, Alby," suara Rico membuyarkan lamunannya. "Party kemana kita hari ini?"

Alby terdiam sejenak. Tiba-tiba, ia merasa tidak begitu bersemangat. "Rico... kurasa aku tidak bisa menginap hari ini."

Rico mengerutkan dahi. "Kenapa? Biasanya kau selalu siap untuk party."

"Aku... ada urusan," jawab Alby ragu. "Mungkin lain kali?"

Rico mengangkat bahu. "Yah, terserah kau lah. Tapi jangan bilang kau mulai berubah jadi anak baik-baik ya?"

Alby tertawa hambar. "Tentu saja tidak. Aku masih Alby yang dulu."

Namun, saat ia keluar dari apartemen Rico dan kembali ke mobilnya, Alby tidak yakin dengan ucapannya sendiri. Apakah ia masih Alby yang dulu? Atau pernikahannya dengan Juan telah mulai mengubahnya tanpa ia sadari?

Dengan pikiran berkecamuk, Alby memutuskan untuk pulang ke rumah Juan. Sepanjang perjalanan, ia terus memikirkan tentang hidupnya yang sekarang. Tentang sandiwara yang harus ia mainkan di rumah Juan, tentang kenyamanan yang ia rasakan bersama teman-temannya, dan tentang perasaan aneh yang mulai tumbuh setiap kali ia memikirkan Juan.

Saat mobilnya memasuki halaman rumah Juan, hari sudah mulai gelap. Alby mematikan mesin dan duduk diam di dalam mobil selama beberapa saat. Ia menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk kembali mengenakan topeng 'suami yang baik'.

Namun, saat ia melangkah keluar dari mobil dan melihat lampu rumah yang menyala hangat, Alby merasakan sesuatu yang berbeda. Ada rasa rindu yang aneh, seolah ia telah pergi terlalu lama dan akhirnya pulang ke rumah.

Alby menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir perasaan itu. Ia mengeluarkan kunci barunya dan membuka pintu. Suara tawa Bu Ita dan suara robotik Juan menyambutnya dari arah ruang keluarga.

"Aku pulang," ucap Alby pelan, setengah berharap tidak ada yang mendengarnya.

Namun, Juan muncul dari ruang keluarga, senyum hangat menghiasi wajahnya. Ia mengetik sesuatu di ponselnya, dan suara robotik berkata, "Bagaimana kuliahmu hari ini?"

Alby merasakan sebersit rasa bersalah mendengar pertanyaan itu. Ia telah berbohong tentang kuliahnya, dan kini Juan menanyakannya dengan tulus.

"Baik," jawab Alby singkat, berusaha tersenyum. "Aku... aku mau mandi dulu."

Juan mengangguk, masih tersenyum. Alby bergegas ke kamar mandi, menutup pintu di belakangnya. Ia bersandar pada pintu, memejamkan mata.

Hari ini seharusnya menjadi hari di mana ia bisa kembali menjadi dirinya sendiri, lepas dari sandiwara di rumah ini. Tapi kenapa justru ia merasa lebih lelah dari biasanya? Dan kenapa, meski hanya sejenak, ia merasa lega bisa kembali ke rumah ini?

Alby membuka mata dan menatap bayangannya di cermin. Ia melihat seorang pemuda yang tampak bingung dan tersesat. Seorang pemuda yang tidak lagi yakin siapa dirinya sebenarnya.

"Siapa kau sebenarnya, Alby?" bisiknya pada bayangannya sendiri. "Dan apa yang sebenarnya kau inginkan?"

Pertanyaan itu menggantung di udara, tak terjawab. Alby tahu, cepat atau lambat, ia harus menemukan jawabannya. Tapi untuk saat ini, yang bisa ia lakukan hanyalah menjalani hari demi hari, berharap suatu saat nanti, ia akan menemukan jati dirinya yang sebenarnya.

Dengan helaan napas panjang, Alby mulai membuka pakaiannya, bersiap untuk mandi. Hari ini telah berakhir, tapi ia tahu, perjalanannya masih panjang. Dan entah bagaimana, pikiran tentang Juan terus menghantuinya, bahkan saat air mulai membasahi tubuhnya.

~TBC

Voiceless Ties [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang