Epilog

607 123 14
                                    

Setahun telah berlalu sejak hari kelulusan Alby. Banyak hal telah berubah dalam hidupnya, termasuk hubungannya dengan Juan. Awalnya, Juan hanya pergi ke luar negeri untuk menghadiri event sebagai perwakilan perusahaannya. Namun, tak disangka, Juan berhasil mendapatkan klien besar di sana, yang mengharuskannya tinggal lebih lama untuk menangani proyek tersebut.

Mau tidak mau, Alby harus menerima keadaan ini. Mereka terpaksa menjalani hubungan jarak jauh yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Komunikasi mereka terbatas pada pesan teks dan email, mengingat Juan yang bisu.

Sementara itu, Alby sendiri telah menemukan jalan karirnya. Ia berhasil mendapatkan pekerjaan impian sebagai presenter di salah satu saluran TV terkenal, menjadi host utama di acara gosip selebriti yang sangat populer.

Keseharian Alby kini dipenuhi dengan rutinitas yang padat. Setiap pagi, ia bangun pukul 5, bersiap-siap untuk syuting yang dimulai pukul 7. Di studio, tim make-up dan wardrobe selalu siap membuatnya tampil memukau di depan kamera.

Saat on air, Alby menjelma menjadi sosok yang berbeda. Ia ceria, bersemangat, dan selalu siap dengan komentar-komentar cerdas tentang berita selebriti terkini. "Selamat pagi, pemirsa! Kembali lagi bersama saya, Alby, di 'Gosip Pagi'. Hari ini kita punya berita seru tentang pernikahan mengejutkan dua selebriti papan atas!"

Di balik layar, Alby tetap profesional. Ia sering berdiskusi dengan tim produksi, mempersiapkan materi untuk episode berikutnya, atau sekadar mengobrol santai dengan kru.

Meski sukses dalam karirnya, Alby selalu pulang ke apartemen yang sepi dengan perasaan lelah. Saat-saat seperti inilah ia paling merindukan Juan. Setiap malam, Alby membuka aplikasi chat di ponselnya, berharap ada pesan dari Juan.

Malam ini, ia tersenyum melihat notifikasi yang muncul.

Juan: "Sayang, bagaimana harimu?"

Alby: "Melelahkan seperti biasa, tapi menyenangkan. Bagaimana proyekmu di sana?"

Juan: "Berjalan lancar. Masih banyak yang harus dikerjakan."

Alby: "Juan, kapan kira-kira proyekmu selesai?"

Ada jeda sejenak sebelum Juan membalas.

Juan: "Aku belum tahu pasti. Tapi aku janji akan pulang segera setelah semuanya beres di sini."

Alby: "Aku mengerti. Aku merindukanmu, Juan."

Juan: "Aku juga merindukanmu, Sayang. Selalu."

Setelah mengakhiri percakapan, Alby berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit kamarnya. Ia merasa bangga dengan pencapaiannya sejauh ini, tapi ada bagian dari hatinya yang masih merasa kosong.

"Sampai kapan kita harus seperti ini, Juan?" bisiknya pada keheningan malam.

Meski LDR bukanlah hal yang mudah, apalagi dengan keterbatasan komunikasi mereka, Alby bertekad untuk terus berjuang. Ia percaya bahwa cintanya dan Juan cukup kuat untuk melewati ujian ini.

Sambil memejamkan mata, Alby berharap Juan bisa segera menyelesaikan proyeknya dan kembali ke sisinya. Ia membayangkan saat mereka bisa bertemu lagi, berbagi pelukan hangat yang telah lama mereka rindukan.

Dengan pikiran itu, Alby terlelap, siap menghadapi hari baru yang menanti esok. Mungkin besok akan menjadi hari yang melelahkan lagi, tapi Alby tahu ia punya kekuatan untuk menghadapinya. Karena di balik semua kesibukan dan kerinduan, ada harapan dan cinta yang terus membakar semangatnya.

~♡~

Pagi itu, seperti biasa, Alby terbangun pukul 5 pagi. Ia menggeliat sejenak, meregangkan tubuhnya yang masih terasa lelah. Tangannya meraba sisi tempat tidur yang kosong, tempat Juan biasanya berbaring. Alby menghela napas, mengingat bahwa Juan masih jauh di negeri orang.

Voiceless Ties [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang