Bab 3

297 41 19
                                    

Marco sejak awal memang sudah melarang Kia untuk menyiapkan keperluannya, hanya saja Marco tidak terbiasa saja tidak diperdulikan secara selama empat tahun menikah Kia sangat berlebihan dalam memberikan perhatian.

Tidak ingin melanjutkan sarapan, Marco memilih untuk lanjut makan saja. Tapi saat matanya melirik sekilas ke arah Kia yang sedang menyuapi Vina makan membuat Marco jadi berdiri tidak melanjutkan langkahnya. Ia merasa ada yang berbeda dari istrinya itu dan Marco sadar jika Kia tampak sederhana seperti awal mereka bertemu dulu.

Kia sejak awal memang terlahir dari keluarga yang menengah, pakaiannya juga sangat sederhana dan jarang memakai dress. Marco yang malu dilihat rekannya memaksa Kia untuk selalu berpenampilan berkelas dan memaksa Kia mengikuti kelas berpakaian.

"Kenapa pindah ke sini?"

Kia sedikit membeku mendengar suara itu, tangannya jadi lemas seketika. Ia meletakkan piring makanan anaknya dan berpikir keras agar bisa pergi dari sini. "Mama mau ke toilet dulu ya sayang."

Marco menahan lengan Kia ia menggenggam tangan itu dengan erat. Kia yang panik mencoba melepaskan tangan Marco tapi Marco tidak melonggarkan tangannya yang membuat Kia semakin panik dan saat Marco melepas tangannya Kia hampir jatuh lagi dan Marco langsung menahan tubuh Kia.

"Kamu lagi hamil, bisa bahaya jika jatuh terus."

Kia mundur dua langkah, ia baru ingat jika Marco memang sedang menunggu kelahiran anaknya yang berjenis kelamin laki-laki.

"Ada apa?" tanya Kia sambil menundukkan pandangan ke arah bawah.

"Aku akan ke Amerika selama tiga hari."

Kia hanya mengangguk yang membuat Marco semakin heran, ia jadi mencurigai Kia. Wanita itu tampak berbeda, bukannya biasanya Kia akan memaksa minta ikut. "Tidak mau ikut?" Marco tidak serius dalam bertanya, ia hanya penasaran dengan respon Kia.

"Tidak, aku di rumah saja."

Marco malas untuk memperpanjang pembahasan ini, ia berbalik dan memilih untuk pergi saja. Melihat kepergian Marco, Kia akhirnya bisa bernapas dengan tenang.

"Benar-benar gila, kehidupan apa yang sebenarnya aku jalani," gumam Kia sambil menatap punggung Marco yang bidang itu. Tubuh Marco memang sangat bagus, bahkan ototnya sangat pas dan tinggi badannya dengan Kia juga terlalu jauh. Dan Kia merasa semakin kecil jika berhadapan dengan Marco, bagaimana ia bisa ke luar dari rumah ini. Tentu saja tidak akan mudah, apalagi ia sudah menjadi target Givano.

Kia harus meminta bantuan setidaknya pada orang yang punya koneksi agar bisa menutupi kepergiannya. Tapi dengan siapa ia bisa meminta tolong. Kia tidak akan diam saja menunggu ketidakpastian ini, ia setidaknya harus melakukan sesuatu.

***

Kia tidak bisa menunggu lagi, ia akan lari saja langsung dari rumah ini, setelah berpikir selama dua minggu pilihannya hanya pergi dan Marco sendiri juga sudah dua minggu tidak pulang, padahal katanya pergi hanya tiga hari . Dan Kia pergi tanpa membawa barang apa pun kecuali dompetnya agar orang rumah tidak curiga. Rumah ini ia memang sangat banyak pekerja yang berkeliaran.

Setiba di depan rumah ia bertemu dengan supir.  "Mau diantar dengan mobil yang mana Nyonya?" tanya Mandar.

"Aku bawa sendiri aja ya, lagi pengen berdua aja." Mandar tampak keheranan karena biasanya Kia memang selalu mau diantar, tapi ia langsung menyerahkan kunci mobil.

Setelah mengambil kunci Kia langsung pergi, ia membawa serta anaknya yang sedang tertidur dalam gendongannya. Padahal Kia sedang hamil tapi ia tetap harus kuat mengendong anaknya. Setiba di pertengahan jalan, ia memberhentikan mobil. Kia membangunkan Vina agar anaknya berjalan saja ia tidak sanggup menggendong anaknya yang sudah berat.

Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang