Bab 5

121K 6.4K 59
                                    

Sebenarnya Kia juga punya sejumlah uang untuk pindah rumah, apalagi ia juga memakai cincin berlian yang dibeli oleh Marco dan ia bisa menjual cincin ini. Hanya saja Kia pergi terlalu mendadak, besok ia akan mulai mencari rumah yang lebih bagus untuk ia tinggali bersama anaknya.

Baru saja akan terlelap, rumahnya ada yang ketuk. Kia yang sudah merebahkan tubuhnya memilih untuk kembali duduk, ia tidak berani keluar, jam pun sudah menunjukkan pukul dua malam. Apa itu Marco? Kia menggeleng pelan dan menepuk kepalanya pelan. "Tidak mungkin pria itu."

Akhirnya pintunya tidak terdengar suara ketukan lagi, tapi selang beberapa saat suara gedoran semakin kasar. Karena penasaran, Kia membuka pintu kamar dan melihat ke arah luar. Dengan langkah pelan ia mencoba menuju ruang tamu dan mengintip di dekat jendela. Di sana pria bertubuh besar sekitar tiga orang, dan Kia dapat melihat di leher belakangnya ada tato seperti akar kayu yang melilit senjata api. Ia seperti pernah melihat tato itu, dan jantungnya langsung berdetak cepat saat ingat jika tato itu ada di lengan suaminya.

Kia terduduk lemas di atas lantai saat ia tahu siapa mereka, mereka suruhan Marco. "Secepat itu," ucap Kia pelan, bahkan belum sehari ia di sini tapi Marco sudah menemukan jejaknya. Bahkan ia tidak membawa ponsel atau apapun yang bisa dilacak, tapi kemampuan suaminya itu membuat Kia seakan tidak punya jalan keluar.

"Buka pintunya, atau kami bakar rumah ini." Ancaman pria bertubuh besar itu semakin membuat Kia ketakutan, orang dengan watak sejenis Marco memang mengerikan, dan saat Kia ingin mengintip ke arah luar kembali, ia langsung tertegun saat salah satu dari mereka melihat ke arahnya yang mengintip, dengan tangan yang memegang korek api seakan menantang dirinya.

Kia menahan napas saat ia ketauan, habis lah dia saat ini. Kia beranjak bangun menuju kamar hendak mengambil anaknya, ia akan berusaha melarikan diri lewat pintu belakang saja. Dan saat ia melewati pintu belakang dari luar juga terdengar pintunya dipaksa buka.

"Apa yang akan terjadi setelah ini," gumam Kia pelan dan tidak lama pintu belakang terbuka. Karena pintu belakang tidak terbuat dari besi hanya kayu jadi mereka dengan mudah membukanya. Dan saat itu dua orang masuk ke rumahnya.

"Apa Marco yang menyuruhmu melakukan ini?" tanya Kia pelan, padahal ia tahu jawabannya.

"Wanita sialan, kau membuat kerjaan kami bertambah saja. Apa kau tahu tuan kami akan marah jika kau membuat ulah lagi," ucap pria yang tubuhnya lebih kurus dari temannya di samping. Dan setelahnya pria berjumlah lima orang ikut masuk ke dalam. Kia hanya wanita sendiri di sini, ia tidak akan bisa menang melawan mereka.

Kia hanya bisa terkekeh pelan. "Itukan memang tugas pembantu seperti kalian. Butuh makan? Nurut sama Marco."

Tepat setelah itu, salah satu bawahan lainnya bergerak lebih dekat dan menamparnya.

"Lihat! Banci pun dengan mudah melayangkan tangannya ke arah wanita." Kia kembali berbicara tanpa takut sama sekali, karena apapun yang ada di sekitarnya saat ini tetap saja yang paling menakutkan adalah suaminya sendiri.

Dan ternyata salah satu dari mereka membawa sebuah balok kayu, melihat senjata itu Kia mundur dua langkah. Semua bawahan Marco memang tidak punya otak sama seperti boss mereka. Saat Kia akan dipukul, ia langsung menutup matanya erat.

"Apa aku menyuruhmu memukul dia?"

Suara barat dan sangat khas itu membuat Kia semakin bergetar. Suara itu, ternyata pria itu telah datang. Kia dengan pelan membuka kembali matanya dan melihat ke arah Marco yang berdiri menjulang di depannya.

"Dia kurang ajar Boss."

"Apa aku ada menyuruh kau memukul dia?" Sekali lagi Marco bertanya karena bawahannya ini tidak menjawab sesuai pertanyaannya.

"Tidak."

Setelah jawaban itu keluar, Marco langsung meninju pria itu dan mengambil balok kayu itu dan memukuli pria itu beberapa sekali tapi bunyi dari pukulan itu sangat terdengar mengerikan. Dan selama itu pula Kia kembali memejamkan matanya ketakutan.

"Keluar kalian semua." Perintah Marco pada bawahannya, semua bawahan Marco dan pria yang terluka itu dibantu temannya untuk keluar.

Suasana menjadi sunyi, Kia maupun Marco sama-sama berdiri seperti awal tanpa bergerak. Suasana yang mencekam ini membuat Kia tidak tahu harus berbuat apa, hingga setelah beberapa menit Marco mengeluarkan suaranya.

"Apa kamu mau main-main denganku?"

Pertanyaan Marco sama sekali tidak bisa dijawab oleh Kia. Ia ingin berteriak bahwa dirinya sudah tahu semuanya, tapi jika ia mengatakan semua itu pada Marco yang ada semua kejahatan yang direncanakan oleh Marco akan langsung terjadi saat ini juga.

"Aku hanya ingin jujur saja, bahwa kita bisa berakhir saat ini juga. Karena kamu pasti mau punya anak laki-laki kan? Tapi aku nggak bisa punya anak lagi." Kia terus mengatakan maaf pada anak yang ada di dalam kandungannya saat ini, ia berdoa dalam hati agar anaknya selalu sehat walaupun ia mengatakan hal yang tidak benar saat ini.

"Apa yang membuatmu mengira aku sangat ingin anak." Marco yang memang sangat teliti hingga menjadi curiga dengan penjelasan Kia saat ini. Padahal sebelumnya ia tidak pernah membahas tentang anak laki-laki. "Dan lagi pula dari mana kamu tau anak kita laki-laki? Bukannya masih dua bulan."

Kia tersentak kaget, ia lupa tentang hal itu. Tentu saja ia tahu anak laki-laki karena di kehidupan sebelumnya ia sudah melahirkan. Bahkan Kia tidak berani mengangkat kepalanya untuk hanya melihat wajah Marco.

Marco berjalan mendekat ia memegang belakang kepala Kia, dan mendorongnya agar lebih dekat ke arahnya. "Lihat ke arahku sekarang juga! Apa yang ada dipikiranmu saat ini? Bagaimana bisa kamu menebak anak laki-laki?"

"Aku, aku cuman." Kia diam beberapa saat untuk memutar otaknya mencari jawaban.

"Aku apa?" tanya Marco lagi saat melihat Kia yang semakin menunduk dengan tangan saling tertaut, Marco menarik tangan kanan Kia hingga tautan tangan Kia sendiri terlepas. "Berhenti berpura-pura cepat ceritakan sekarang."

"Aku tau anak kita laki-laki karena mimpi, iya aku mimpi anak laki-laki di sana."

Marco tidak habis pikir, apa wanita ini kira ia akan percaya dengan cerita yang tidak masuk akan? Mimpi? Tapi Marco ingin melihat sejauh mana Kia menjawab semua pertanyaan dengan jawaban yang bodoh. "Lalu tahu dari mana kalau aku ingin anak laki-laki?" tanya Marco lagi yang butuh jawaban yang logis sekarang.

"Iya aku tahu bukannya semua pria ingin anak laki-laki?"

Marco mundur beberapa langkah, sambil tersenyum miring tidak habis pikir. "Kamu sakit jiwa sepertinya, hanya karena itu ingin cerai."

"Tentu saja aku ingin cerai, kamu juga pasti senangkan kita cerai kamu kan bisa bebas nggak sama aku yang selalu nyusahin kamu."

***

Target 30 Vote + 20 Komen = langsung Up

Kalau kalian suka cerita ini jangan lupa dimasuin dalam perpustakaan kalian ya, di share juga keteman-teman kalian.

Makasih semuanya 😊😊😊

Minggu, 17 November 2024

Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang