Bab 2

250 39 6
                                    


Kepalanya seakan terhempit oleh dua batu yang hingga membuat Kia dengan terpaksa harus membuka kedua matanya, rasa sakit membuat Kia menggigit bibirnya tanpa sadar hingga berdarah. Matanya seakan dipaksa untuk terbuka dengan rasa sakit yang ia derita.

Pandangan matanya tidak jelas semuanya terlihat samar-samar, ia memejamkan mata beberapa saat, lalu kembali membuka mata sekali lagi dan setelahnya baru semuanya tampak lebih jelas. Pikirannya saat ini sangat berantakan, semua perasaan takut dan panik masih terasa ditubuhnya apalagi bayangan rasa sakit saat tubuhnya jatuh ke lantai yang keras.

Bukannya rumah sakit atau dialam lain tapi ia malah berada di sebuah kamar dengan nuansa putih bercampur abu-abu. Ini kamarnya dengan Marco, tapi bukannya Kia seharusnya sudah meninggal. Kia jatuh dari lantai tiga ia bisa dengan jelas mengingat kejadian itu, tapi ia bisa selamat itu sungguh keajaiban. Karena Kia rasa saat jatuh itu, kepalanya pecah.

Ingin kembali memastikan, Kia mencoba duduk dan semuanya tampak normal. Ia memegang kepalanya dan terlihat tidak ada luka, tubuhnya sekarang juga terasa sehat. Bahkan tubuhnya terasa tidak ada yang patah. Jatuh dari lantai tiga tapi selamat dengan keadaan tubuhnya yang tidak ada patah tulang ini luar biasa.

"Aku serius masih hidup?" Bibirnya berucap lirih sambil kebingungan.

Kia berusaha bangun dengan pandangan mata melihat ke segala arah, saat beranjak bangun dari duduknya, ada sedikit nyeri di perut.

Kia yakin kejadian mengerikan itu memang ada, karena ia bisa merasakan betapa sakitnya tubuh saat sudah menapaki lantai dasar rumahnya dari ketinggian dan semuanya ia bisa ingat.

"Ini semua tidak mungkin mimpi."

Kia tidak mungkin saat itu bermimpi, ia tau itu semua terjadi dengan nyata. Pandangan Kia ke samping kanan, tepat di mana ada kaca besar dengan beberapa guci diatas meja samping kasur. Dan pandangan matanya langsung membeku beberapa saat, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa perutnya sedikit membesar.

Ia memegang perutnya yang sedikit membesar dan hal itu semakin membuat Kia membeku beberapa menit. Kia kesulitan bernapas ia bahkan tidak bisa mengatur wajahnya yang memerah. Hingga pintu kamarnya diketuk dibarengi dengan suara tangisan yang memekakkan telinga.

"Nyonya boleh saya masuk, Vina terus menangis."

"Masuk," balas Kia dengan suara yang pelan nyaris tidak terdengar, tidak lama Vina masuk dengan pengasuh yang menggendongnya.

Dan benar sepertinya ada yang tidak beres, Kia mengambil anaknya yang masih kecil, seingatnya anaknya lebih besar dari ukuran yang sekarang. Ia melihat ke arah ponsel dan membukanya untuk melihat tahun berapa hari ini. Air mata tidak bisa ia tahan saat ia melihat bahwa saat ini tahun 2023.

Bagaimana bisa ia hidup kembali satu tahun sebelum kejadian mengerikan itu. Pantas saja ia belum melahirkan dan tubuh anaknya masih berusia tiga tahun.

Seakan paham dengan kondisi mamanya, Vina kembali langsung tenang dan tertidur dalam pelukannya. Kia meletakkan anaknya dengan pelan ke samping. Kia kembali merebahkan kepalanya di atas bantal. Kia tidak bisa menutup matanya untuk sebentar saja, ini semua seperti mimpi. Ia masih ingat bagaimana sakitnya melahirkan anak keduanya nanti, lalu apa dia harus mengulangi rasa sakit melahirkan itu. Ini seperti dogeng, dan Kia tidak sanggup menahan semua pemikiran aneh yang bersarang di kepalanya. Tidak lama pintu kembali terketuk.

"Ibu ini saya bawakan makanan."

"Masuk," balas Kia, tidak lama pelayan itu masuk dan meletakkan makanannya di atas meja. Kia tidak memperhatikan tingkah pelayan itu yang dengan sembunyi-sembunyi manatap dirinya.

"Apa kepalanya masih sakit Bu?" Pelayan itu sedikit kasian dengan bosnya itu yang pingsan karena terlalu lelah mengejar Marco dan saat tersandung mengenai batu, syukurnya kandungannya baik-baik saja.

"Aku ingat adegan ini, kamu pernah menanyai hal itu." Kia sudah mendapatkan ingatan mengapa ia bisa begini. Kia mengidam ingin makan masakan Marco hanya saja Marco tidak peduli dan malah langsung pergi dengan mobilnya. Kia yang tetap mau dituruti mengejar mobil itu. 

Pelayan itu semakin bingung, takut salah bicara ia langsung meninggalkan kamar, takut jika salah bicara dan akan menjadi masalah nantinya. Karena jika melakukan kesalahan istri tuannya itu akan marah-marah dan terkadang memotong gaji pelayan di sini. Semua pelayan di sini tau jika Kia suka melampiaskan rasa marah akibat masalah dengan Marco pada mereka.

"Gimana caranya aku melanjutkan hidup, aku takut." Kia terus menangis tampa berhenti sambil menutup mulutnya, ia pindah menuju kamar mandi untuk menangis sepuasnya agar tidak membuat anaknya terbangun.

Terlalu lama menangis membuat Kia mengantuk dan kembali merebahkan tubuhnya di samping anaknya hingga tidak lama ia juga ikut tertidur, tapi suara langkah kaki membuat Kia kembali membuka matanya dan di sampingnya ada Marco yang berdiri menjulang di depannya.

Pria itu meletakkan jamnya, lalu menganti baju dan Kia memperhatikan semuanya. Apalagi saat Vina diangkat ke kamar sebelah membuat perasaannya tidak nyaman.
Tubuhnya yang ditutup selimut bergetar dengan hebat, ketakutan yang sulit ia tahan. Kia membalikkan tubuhnya dan pura-pura tidur.

Marco yang sudah kembali ke dekat ranjang menatap aneh ke arah Kia yang tidak berbicara apa pun. Apa marah? Biasanya wanita itu akan marah-marah, setelah marah-marah dia juga yang akan menyesal. Mungkin karena tertidur, biasanya Kia akan menunggunya pulang.
Marco masuk ke dalam selimut, ia melihat tubuh Kia bergetar. Marco tidak mau peduli ia langsung menutup matanya.

"Kemana?" Ntah kenapa mulutnya bertanya seperti itu, tapi ia heran dengan Kia yang beranjak bangun dari tidurnya. Marco juga melihat wajah Kia yang sangat bengkak.
Kia yang masih syok dengan hal yang menimpanya tidak bisa menjawab, ia langsung berjalan keluar menuju kamar Vina meninggalkan Marco yang tidak perduli dan melanjutkan tidurnya.

***

Pagi ini sudah sedikit membuat Kia membaik, setidaknya ia bisa menahan tangis. Ia di kasih kesempatan untuk hidup sekali bukankah itu pertanda bahwa tidak boleh membuang kesempatan ini. Kia beranjak bangun dari kasur, jika selama ini Kia selalu memperhatikan penampilannya agar selalu terlihat cantik dan menawan agar bisa dilihat oleh suaminya. Tapi kali ini Kia akan menjadi dirinya sendiri.

Kia memakai kaos kebesaran berwarna putih dipadukan dengan celana santai selutut dan tidak memakai makeup ia hanya menggunakan perawatan muka. Pri mengerikan itu, pasti sudah ada di ruang makan.

Walaupun hanya tersisa waktu selama setahun sebelum kejadian mengerikan itu terjadi, Kia tetap akan berusaha mencari jalan ke luar. Kia langsung turun ke bawah untuk makan.

"Nyonya, makanan sudah siap, nona Vina juga sudah siap untuk masuk sekolah." Kia memang mendaftarkan anaknya sejak dini sekolah, sekolah yang memang khusus untuk anak seumuran Vina.

Kia mengalihkan pandangannya ke arah Vina yang sejak tadi tersenyum menatap ke arahnya. "Anak Mama sudah kenyang?"

"Sudah." Vina sangat pandai berbicara, diumurnya yang sekarang sudah banyak kosa kata yang diketahui.

Kia mencium pipi kemerahan anaknya yang mirip dengan Marco, mau semirip apa pun tidak akan mempengaruhi rasa sayangnya pada anak yang berasal dari rahimnya. "Mama bakalan temanin Vina hari ini ya."

"Serius?" tanya Vina gembira.

"Jangan berisik!" Suara bass membuat Vina dan Kia langsung berhenti bicara. Marco membuat suasana yang awalnya hangat menjadi buyar. Tidak ingin mencari masalah, Kia mengangkat Vina ke dalam gendongannya dan membawa ke luar.

"Ada apa dengan wanita itu?" tanya Marco pada para pelayan yang saling melirik ketakutan, mereka tidak tau tuannya bertanya pada siapa. Karena jika salah menyaut juga akan berdampak masalah.

"Apa semua orang di rumah ini tuli?" Marco membentak dengan kasar, lalu juga menendang kursi. Ia beranjak bangun dari kursi, tidak tau kenapa tapi Marco kesal saat Kia tidak mengajaknya bicara sejak semalam bahkan tidak menyiapkan kopi atau pun pakaian kerjanya. Apa masalah kemarin membuat wanita itu marah? biarlah lagi pula jika Marco minta maaf, maka Kia akan seenaknya.

Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang