Kia mencoba mundur selangkah, setelahnya membalikkan tubuh hendak berjalan menuju kamar, tapi Marco menahan tangannya. Dan reflek Kia langsung menghempaskan tangan Marco sekuat tenaganya hingga pegangan itu terlepas.
"Kita belum selesai bicara," lanjut Marco yang kesal dengan Kia yang ingin melarikan diri lagi.
"Kan sudah aku bilang mau cerai, kamu ngerti nggak sih?" Kia membesarkan nada suaranya, hingga tidak lama suara rengekan Vina terdengar, dan Kia langsung terdiam, ia baru sadar sudah berteriak sekencang itu, seharusnya ia bisa lebih bisa mengontrol nada suaranya karena anaknya lagi tertidur.
"Cerai? kau kira setelah masuk kehidupanku ini kamu bisa keluar?"
"Bisa!" balas Kia,
"Kamu bisa keluar tapi dengan kematianmu. Apa kamu mau menegosiasi kematianmu padaku?" Marco tidak bisa menahan kesabarannya, ia seperti melihat sosok lain pada Kia, wanita ini seperti orang lain. Bahkan Kia dulu hampir tidak pernah bertingkah seperti ini, padahal Marco tidak tahu apa kesalahannya.
"Mau," jawab Kia dan menatap wajah Marco yakin.
Marco tertawa pelan dia tidak menyangka jawaban seperti itu yang keluar dari mulut kecil Kia.
"Kamu ingin gimana memangnya?"
Dan Kia terdiam ia berpikir beberapa saat. "Jangan bunuh aku, biar aku mati ditangan tuhanku. Bukankah itu negosiasi?"
Marco tertawa keras bahkan seperti orang gila. Kia yang melihat suami gilanya yang tertawa seperti orang terpengaruh oleh obat terlarang itu ingin sekali mengeluarkan aksi yang berputar di kepalanya. Ia ingin rasanya menusuk jantung Marco hingga mati saat ini juga.
"Kamu gila," ujar Kia dengan suara yang ia tekankan hingga membuat Marco berhenti tertawa.
Disaat itu juga, Marco meletakkan tangannya di leher Kia, mendorong Kia hingga mentok di dinding rumah ini. "Kamu seperti orang yang yang tidak berotak. Berhenti main-main Kia, pulang!"
"Iya aku tidak punya otak, karena kamu! Pria gila, aku yakin di kepalamu itu buntu, tidak ada isinya. Isinya cuman taik undang. Bahkan aku yakin pembagian otakmu itu sisa punya orang lain. Pria bajingan, brengsek bahkan bumi pun jijik kamu tempati."
Tiba-tiba suasana menjadi aneh, Marco mencoba mencerna apa yang keluar dari mulut Kia, ia melepaskan tangannya yang tadi berada di leher Kia. Sebelumnya mereka tidak pernah berada diposisi seperti ini. Ini pertama kali Kia mengatainya bahkan sampai mengatakan kata-kata aneh seperti itu. Marco tidak pernah merasa berbuat kesalahan sebesar itu bukan sampai Kia mengatainya seakan sangat membencinya.
Entah keberanian dari mana yang Kia punya sampai seberani ini, tapi mulutnya memang gatal untuk menghujat Marco.
"Bisa ulangi?" tanya Marco dengan suara yang lebih rendah.
"Orang gila, nggak punya otak, bajingan, bina-." Belum selesai berucap bibirnya sudah disumpal oleh Marco.
Seakan tidak seperti biasanya, Kia seakan menolak ciumannya. Marco semakin merapatkan tubuh mereka menarik pinggang Kia dan semakin menghempit tubuhnya ke dinding hingga tidak ada akses bagi Kia untuk lepas darinya.
Kia semakin tidak nyaman saat Marco meremas area pribadinya, ia mencoba untuk melepaskan diri. Makin ke sini Kia semakin risih dengan suaminya yang dulu sangat dipujanya. Tetesan air mata jatuh dari matanya, kenapa takdirnya menjadi seperti ini. Perlawanan seperti apa lagi yang bisa ia lakukan, saat lawannya sendiri terlalu kuat.
Lalu kenapa semua menjadi hancur tidak sesuai dengan keinginannya selama ini. Mengapa suami yang sangat ia cintai ternyata mempunyai niat jahat padanya. Ia masih ingat saat dua hari tidak bisa tidur hanya karena gugup dan sangking bahagianya akan menikah dengan Marco. Tapi semuanya ternyata hanya kebahagian yang sesaat, kenapa harus kembali satu tahun sebelumnya? Kenapa tidak kembali saat sebelum ia menikah?
"Berhenti!" ucap Kia dengan susah payah, ia mengangkat tangannya dan menarik rambut Marco agar berhenti untuk menciumnya. Seakan tidak perduli dengan permintaannya membuat Kia semakin sesak napas dan dengan sekuat tenagannya ia mengigit lidah Marco hingga pria itu mundur dan menatapnya dengan penuh amarah.
Plak!
Marco menampar Kia hingga Kia yang tidak siap hampir terjatuh, tetapi ia tidak jatuh karena sempat memegang meja.
"Jalang tidak tahu malu!" Marco tidak bisa menahan marahnya, ia benar-benar habis tenaga meladeni wanita didepannya ini.
"Memang! puas kamu?" jawab Kia dengan suara yang sangat pelan, sudut bibirnya mengeluarkan darah.
Pria kejam itu menarik rambut Kia dengan kasar untuk menghadap dengan jelas ke arah wajah pria itu. "Kamu seharusnya bersyukur dengan aku tidak membunuhmu saat ini juga, berhenti berbuat ulah, sekarang pulang! Atau mau mati di sini?"
Kia yang masih gemetaran sambil berusaha mengatur nafasnya agar lebih tenang ia menatap benci ke arah Marco.
"Besok aku akan pulang, tapi bukan ke rumahmu! Aku mau cerai!"
"Lupa dengan apa yang aku bilang tadi?" Marco yang memang tidak punya kesabaran, ia tidak tahan melihat wanita yang terlalu membangkang. Semua usaha nya untuk menetralkan emosi juga akan sia-sia, jika Kia terus mencoba memancing amarahnya bisa-bisa Marco akan langsung menembak Kia sekarang juga.
"Mati maksudmu?" tanya Kia memastikan.
"Iya kematian yang akan membuatmu lepas dariku."
Suasana yang sangat Kia benci, di mana saat Marco bisa dengan mudah bisa terus menekannya. "Lebih baik mati bukan?"
Marco yang kesal dengan Kia yang terus membantahnya mengambil kursi dan dan tali yang berada di atas meja lalu mengikatnya di atas kayu yang menggantung di atas. Marco turun dari atas kursi. Lalu menatap remeh ke arah Kia yang menatap ke arahnya dengan pandangan kosong.
"Berdiri di sini, ikat tali itu dilehermu. Lalu kamu tahu kan adegan selanjutnya?" tanya Marco sambil tersenyum miring melihat Kia yang membeku.
"Kamu menyuruh aku bunuh diri? Gila kamu!" Jantungnya berdetak lebih kencang saat ini, ia tahu jika Marco itu pembunuh hanya saja rasa terkejut ada karena ternyata memang sebelumnya ia tidak pernah melihat ada orang seperti Marco ia kira semua ini hanya ada di drama aja. Marco memang akan sangat mengerikan saat marah seperti ini.
"Kalau tidak mau ya sudah pulang! jangan mengertakku."
Kia yang memiliki keinginan bebas dari Marco melihat tali itu seperti harapan terakhir, setelah ini juga kehidupannya tidak tentu akan semakin membaik. Entah setan mana yang merasukinya tapi Kia memilih naik ke atas kursi dan melingkarkan tali itu di lehernya. Pikirannya seolah kosong saat ini, ia seperti memang tidak ada semangat lagi untuk melanjutkan kehidupannya yang memang sudah sangat hancur saat ini. Kia juga tidak tahu maksud Tuhan memberikannya kehidupan kedua saat ia harus mengulang penderitaan ini.
Setelah mengikat dengan kuat, ia menutup mata dengan erat dan menendang kursi itu agar jatuh. Dan saat kursi itu terbalik rasa sakit luar biasa ia rasakan, hanya saja tubuhnya seperti ditangkap dan diangkat lebih tinggi hingga sesak napas dan rasa sakit di lehernya berkurang hanya saja kesadarannya menghilang saat itu juga.
***
Target 85 Vote + 50 Komen = langsung Up
Kalau kalian suka cerita ini jangan lupa dimasuin dalam perpustakaan kalian ya, di share juga keteman-teman kalian.
Makasih semuanya 😊😊😊
Minggu, 20 November 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Love
RomanceSebuah pernikahan yang menyiksa bagi Kia, yang harus menikahi pria paling mengerikan yang pernah ia jumpai. Tapi bukannya melepaskannya, pria itu malah menjadi terobsesi dengannya. Marco benar-benar pria yang tidak ada belas kasihan, dia bisa membun...