Perjalanan panjang yang memakan waktu hampir 11 jam seharusnya membuat Jungkook merasa kelelahan, namun beruntung hal itu tidak terlalu membuatnya terlalu lelah karena penerbangan kali ini dia tidak perlu menggunakan pesawat komersial. Pihak penyelenggara FIFA telah mengakomodasi Jungkook dengan sangat baik agar Jungkook bisa merasakan kenyamanan selama perjalanan dengan memberikan penerbangan menggunakan jet pribadi.
Tidak hanya itu, sesaat setelah datang di bandara internasional Hamad pun dia segera di jemput menggunakan mobil mewah serta penjagaan yang sangat ketat demi kenyamanan dan keamanannya. Normalnya orang akan merasa senang dengan perlakuan seperti ini, namun sayang hal ini tidak berlaku untuk Jungkook. Sejak menyentuhkan kaki di bandara dia merasakan banyak tekanan disana, mengingat ini adalah penampilan pertamanya seorang diri. Selama di perjalanan Jungkook hanya menghabiskan waktunya dengan mendengarkan lagu yang akan dia bawakan nanti untuk pembukaan FIFA WORLD CUP.
Begitu sampai di hotel Jungkook memilih untuk segera masuk ke kamarnya, dia ingin segera istirahat mengingat waktu juga sudah menunjukkan hampir tengah malam. Jungkook segera melempar barang barangnya di atas meja yang terletak di ruang tamu kamar hotelnya. Hobum yang saat itu menemani Jungkook itu segera membantu Jungkook untuk menata barang barangnya agar tidak tercecer begitu saja.
Kini Jungkook sudah duduk bersandar di kepala ranjang, sendirian karena hobum juga sudah kembali ke kamarnya sendiri. Jungkook kini sibuk dengan ponselnya, melihat pesan pesan yang masuk. Banyak juga notifikasi masuk dari media sosialnya namun Jungkook tidak menghiraukannya, dia hanya fokus mencari nama orang yang sejak tadi di pikirannya.
"Hemm, kenapa dia tidak menghubungiku sama sekali? Sedang apa dia? Apa aku harus menghubunginya dulu? Aaaahhh..."
"Eoh? Panjang umur. Kekeke" senyum Jungkook melebar saat melihat nama sang kekasih di layar ponselnya.
"Eoh, kenapa layarnya gelap sekali? Jin? Yoebo?" Jungkook mencoba berulang kali memanggil jin, di layar hanya terlihat gelap dengan tidak ada suara sama sekali membuatnya bingung.
"Hooaaaahhh.. Jungkook aaa" setelah beberapa saat akhirnya layar jin menunjukkan wajah jin, terlihat jika dia baru saja bangun dari tidurnya dengan wajah bantalnya.
"Kekeke, bersihkan dulu liurmu yoebo."
"Emmm, jangan bohong Jungkook sii, tidak mungkin aku memiliki itu di wajahku." Ucap jin dengan tangan mengusak wajahnya, merasa kesal dengan ucapan sang kekasih.
"Kekekeke, kau baru bangun?"
"Emm, bagaimana penerbanganmu?" Tanya jin dengan mata masih setengah tertutup.
"Hemmm, cukup menyenangkan. Tapi apa kau tau yoebo? Tidak pernah aku merasakan perjalanan sepanjang ini kecuali bersama para member. Huufft, aku sudah mulai merindukan kalian."
"Kekekeke, ini bahkan belum 24 jam Jungkook sii. Oh aku baru ingat, bukankah Jimin dan Tae akan menemui mu disana?"
"Entahlah, sepertinya mereka membuat janji dengan teman temannya untuk jalan jalan disini." Sepertinya jin bisa merasakan kekecewaan dari suara Jungkook, dia sudah pasti berharap jika kedatangan Jimin dan Tae kesana tidak lain untuk menemaninya, nyatanya Jimin dan Tae kesana karena memang ada janji dengan teman temannya.
"Hei, coba kau pikir dulu, dari sekian banyaknya negara destinasi liburan yang bagus kenapa mereka memilih untuk kesana? Apa kau pikir Hyung hyungmu itu akan mengabaikan mu? Percayalah Jungkook sii, mereka berdua itu definisi sahabat serta saudara terbaik untukmu." Terlihat mata Jungkook berputar kesembarang arah, mencoba menutupi wajah memerahnya.
Yah, dia tau sekali jika kedua Hyungnya itu memanglah orang yang akan menjadi orang pertama ada untuknya. Tidak seperti sang kekasih yang akan lebih sibuk dengan urusan pekerjaannya, bahkan tidak jarang jika Jungkook akan lebih memilih pergi dengan teman satu gengnya demi menghilangkan rasa kesepiannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold || Jinkook
Short StoryMungkin seharusnya jungkook dan jin lebih terbuka dengan perasaanya, tapi mereka sadar jika perasaan mereka ini tidak akan bisa diterima oleh semua orang, lalu apa yang mereka lakukan selanjutnya?