Hanya sekedar makan pun Aira harus menahan dirinya, entah kenapa mendengar cerita Aira membuat Kalla merasa terenyuh, dibalik sikap pecicilan dan mulutnya yang seringkali berbicara seenaknya, siapa yang menyangka jika Aira adalah sosok yang perasa dan seorang yang memerhatikan dengan baik ucapan orang di sekitarnya.
Menjadi putri seorang Sura Wibawa ternyata bukan hal yang mudah apalagi dia putri satu-satunya. Semua orang memperhatikannya, menjadi acuan tentang bagaimana oranhtuanya mendidiknya. Bahkan bentuk badan pun di komentari orang-orang yang membuat Aira takut makan.
Astaga, hal sesederhana makan saja sampai dia harus berpikir ribuan kali untuk menyantapnya, sampai Kalla harus bersikap konyol yang sangat bukan Kalla untuk membujuk Aira agar membuka mulutnya. Kalla melihat sendiri bagaimana tadi pagi Aira tidak makan dengan benar karena ditegur Papinya, berlanjut tadi siang mereka bergegas ke rumah sakit, mengurus ini dan itu, menghadapi masalah dengan grubak-grubuk hanya berbekal kopi yang Kalla berikan tadi sore, Kalla yakin dirinya pasti sudah badmood karena lapar.
Aira memang tidak mengeluh, tapi mendapati wajahnya yang sayu tanpa semangat sembari menyantap anggur dan air mineral sembari berulangkali menelan liur saat Kalla menyuap makanannya, Kalla sudah cukup mengerti. Apalagi Kalla yakin Aira pasti sungkan kepadanya mengingat sikapnya yang keterlaluan tadi pagi. Jadi, saat akhirnya Aira mau menyantap dua piring Gultik meski Kalla harus menyuapinya, ada perasaan lega yang Kalla rasakan mendapati rona merah segar mulai merambat di wajah Aira.
Perempuan yang tampak layu ini seperti hidup kembali, apalagi saat Kalla meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Kalla terlalu terbawa dengan penilaian orang lain terhadap Aira sehingga lupa bagaimana seseorang tidak bisa dinilai hanya dari pandangan orang.
Aira, wanita yang ada di hadapannya ini memang sosok yang peduli. Caranya bersikap dengan angkuh adalah bentuk perlindungan dirinya dari mereka yang ada disekelilingnya, sosok-sosok yang mendekati hanya demi keuntungan pribadi. Aira, wanita itu jauh dari semua perkiraan buruk Kalla. Perlahan mengenal Aira membuat Kalla mengerti jika buku bagus tidak bisa hanya diketahui dari kovernya semata.
Tidak ada jawaban yang Aira berikan atas permintaan maaf Kalla, wanita tersebut hanya mengangguk sebelum akhirnya meraih kembali anggurnya, menjadikan buah itu sebagai pencuci mulut. Bahkan diemperan ruko saja wanita yang dibesarkan dengan banyak pantangan ini terlihat patuh dengan martabat yang sepertinya sudah melekat. Tampak anggun bahkan hanya saat dia memakan buah anggurnya.
Katakan, mungkin Kalla sekarang sudah gila. Pagi dan petang penilaiannya berubah secara drastis.
"Jangan bilang ke Mami kalau aku makan sampai dua piring loh, Bang. Mami bisa kena serangan jantung kalau sampai tahu."
Apa yang dikatakan Aira sama sekali tidak lucu namun sulit bagi Kalla untuk tidak tertawa kecil, bukan hanya tawa geli namun penuh dengan rasa miris. Seorang yang seharusnya tidak perlu khawatir soal makanan harus sebegitunya menahan diri demi penampilan dan penilaian orang. Aira meminta Kalla untuk tetap diam seolah dia baru saja melakukan kecerobohan padahal yang Aira lakukan hanya makan.
"Mbak Aira bisa mengandalkan saya untuk menjaga rahasia ini, lagipula Mbak Aira tidak makan apa-apa, yang makan sampai 10 piring itu saya."
Kalla mengedipkan mata, menandakan isyarat akan rahasia yang baru saja mereka sepakati, Aira yang mendapati kedipan friendly dari seorang Kalla yang kaku seketika mengerjap, sesuatu yang membuat Kalla tersadar jika dia tidak seharusnya flirting terhadap perempuan yang 10 tahun lebih muda darinya, seorang wanita yang seharusnya dia jaga dengan baik.
Bukan hanya Aira yang mendadak membeku, Kalla yang sadar akan sikap bodohnya barusan buru-buru berdeham. Tidak ingin terjebak dalam kecanggungan, Aira buru-buru bangkit sembari mengemasi anggur dan juga air mineralnya.
"Tolong bayarin Bang."
Mengulurkan tangannya Aira meminta kunci, usai menerimanya bergegas Aira meninggalkan Kalla menuju mobil terlebih dahulu, mungkin sekarang Aira akan berpikir jika Kalla adalah bipolar karena sikapnya yang sangat berbeda. Bisa-bisanya Kalla mengedipkan matanya kepada Aira, kebiasaan yang Kalla lakukan untuk menyapa seseorang yang sudah akrab dengannya justru dia lakukan kepada gadis muda yang bisa saja menyalahartikan sikapnya.
Jangan tanya bagaimana malunya Kalla sekarang, mengikuti arah pandang Aira yang berjalan mobilnya, Kalla membayar semua yang sudah Kalla makan.
"Cewek tuh kalau bilang nggak mau makan karena diet waktu jalan sama kita itu artinya dia sedang badmood, Bang. Buktinya Abang suapin mau-mau saja kan cewek Abang! Ceileeeeh, si Abang lama nggak kelihatan sekalinya nongol langsung bawa cewek, mana cakep lagi. Artis ya, Bang?! Duh nasib cowok ganteng ya Bang laris manis cewek-cewek ngumpul!"
Aira memang sok tahu, tapi kesoktahuan wanita itu belum ada apa-apanya dibandingkan kesoktahuan Tukang Gultik yang sangat sok akrab ini.
Mengeluarkan dua lembar uang seratus dan lima puluh ribuan, Kalla memberikannya kepada Tukang Gultik yang menggodanya, jika bukan langganan sudah Kalla gibeng ini manusia yang cengengesan."Muncung Kau, Bang! Dia anak Komandan saya, Bang. Jika di dunia ini hanya tersisa dia satu-satunya wanita di dunia ini, saya tetap nggak akan berani ngawinin!"
Abang Gultik langganan Kalla tersebut tertawa, diberikannya kembalian Kalla tidak menyerah untuk menggoda Duda tanpa anak tersebut. "Jangan ngomong kayak gitu, Bang Kalla. Jodoh nggak ada yang tahu, siapa tahu beneran jodoh, kan? Saya lihat kalian berdua cocok loh, yang satunya manja, yang satunya punya jiwa ngemong yang luar biasa. Jodoh itu kayak plus minus, harus yang bertentangan biar berwarna, biar hidup nggak membosankan."
Nasib seorang single yang nggak pernah bawa pasangan, bawa perempuan sekali yang godain sampai minggu depan. "Halah, apa sih Bang. Makin diladeni makin ngelantur! Ya sudah Bang, saya balik duluan, sebelum si Nona muda ngamuk-ngamuk nunggu kelamaan."
Bukan tidak mungkin Aira akan mengamuk saat menunggu Kalla terlalu lama, namun rupanya perkiraan Kalla salah, Aira sama sekali tidak mengamuk karena saat Kalla membuka pintu mobil yang sudah menyala, Kalla menemukan Aira yang tertidur di kursinya.
Tidak, Aira sama sekali tidak berpura-pura tidur dengan berbagai alasan yang Aira miliki. Aira benar-benar tidur, terbukti dari dengkuran lembut yang keluar dari bibirnya yang sedikit terbuka. Aira tampaknya benar-benar lelah dengan semua masalah PA-nya yang tidak bisa dia abaikan begitu saja. Dengan perut kenyang, Aira dengan mudahnya tertidur, tidak bisa Kalla pikirkan bagaimana caranya Aira tidur dengan perut yang kelaparan, itu pasti sangat menyiksa.
Tanpa sadar tangan Kalla terangkat, hampir saja Kalla merapikan anak rambut Aira yang melekat di dekat bibirnya, bibir mungil dengan bentuk mirip hati, berwarna merah alami semerah buah kersen yang sudah matang, untunglah disaat yang tepat Kalla mampu menghentikan dirinya sendiri sebelum terjadi kebodohan yang selanjutnya.
"Jaga dirimu tetap dibatasmu, Kal!"

KAMU SEDANG MEMBACA
KAIRA
RomanceSaat Tuan Putri kesayangan Sang Panglima yang pecicilan dan manja bertemu dengan Ajudan yang dingin. Aira Sekar, perempuan manja mahasiswa Hubungan Internasional tersebut nyatanya harus menjilat ludahnya sendiri, satu waktu dia pernah berkata jika d...