Mbak Aira tidak keberatan?
Pertanyaan macam apa itu? Dia bertanya seolah-olah akulah yang mempersulit dirinya untuk bertugas padahal yang sebenarnya dia sendiri yang pasti ogah. Jika ada yang bilang perempuan mahluk membingungkan, tarik kata-kata itu karena manusia bernama Kalla Raharja ini jauh lebih membingungkan. Tidak, bukan hanya Bang Kalla yang membingungkan, Papi pun sama membingungkannya, Papi sendiri tahu jika Bang Kalla sangat tidak menyukaiku, tapi diantara banyaknya anggota Papi beliau justru mengirimkan orang yang tidak menyukaiku ini untuk mengantarkanku.
Aku menatapnya sekilas, meredam semua perasaanku sehingga wajahku berubah menjadi datar.
"Seharusnya pertanyaan itu buat Abang! Abang kalau sekiranya keberatan sama permintaan Papi untuk mengantarku, lebih baik Abang menyuarakannya."
Suara hela nafas terdengar dari Bang Kalla, pria itu tampak sangat tertekan, namun dia tetap mengikutiku untuk masuk ke dalam mobil. "Saya tidak pernah keberatan dengan permintaan tolong dari Jendral Wibawa, apalagi saya tahu beliau meminta tolong kepada saya karena beliau menganggap saya yang paling bisa beliau percaya untuk menjaga Anda."
Aku mencibirnya, iya-iya karena perintah Papi, berbeda dengan anggota Papi yang akan menyodorkan dirinya untuk hal semacam ini, Bang Kalla melakukannya karena perintah Papi. Jika seperti ini aku curiga Papi yang justru tengah mengujiku apa aku masih akan mengusik ajudan kesayangannya ini saat Ajudannya dikirimkan tepat ke hadapanku.
"Jadi dimana studio tempat Mbak Aira akan shooting?" Memberikan maps dimana aku akan mengerjakan campaign untuk lip serum yang menjadikanku model iklan mereka, selanjutnya tidak ada obrolan yang terjadi diantara kami. Suasana sunyi tercipta, hanya ada musik yang mengalun memecah kecanggungan yang tidak nyaman. Aku tidak berbicara apapun lagi, salah-salah berbicara saja akan dianggap mengganggu dan mencari perhatiannya.
Alhasil 45 menit perjalanan karena terjebak macet bersama dengan Kulkas berkaki ini, tidak ada obrolan diantara kami sama sekali. Aku tegaskan, tidak ada obrolan sama sekali, sepatah kata pun tidak ada. Bisa kalian bayangkan bagaimana crancky-nya aku.
Alhasil saat sampai di kantor Brand tempatku akan bekerja sama, aku buru-buru segera turun karena aku sudah tidak tahan lagi terjebak kecanggungan yang hampir membuatku tidak bisa bernafas. Biasanya aku yang akan mengacuhkan anggota Papi yang dimintai tolong untuk mengantarku, tapi sekarang sepertinya aku yang terkena karma umpatan mereka yang pernah aku abaikan.
Aku tidak pernah menyangka diacuhkan seseorang bisa sangat tidak menyenangkan. Tanpa menoleh lagi, aku berjalan masuk ke dalam kantor yang merangkap studio tersebut, ini bukan kali pertama aku bekerja sama dengan mereka, awalnya hanya endorsement biasa tapi karena produk mereka kualitasnya bagus dan tidak kalah dengan brand luar negeri yang pernah aku pakai juga, alhasil aku selalu repurchase sendiri yang berujung dengan kesepakatan menguntungkan ini.
Saat aku turun dari mobil, aku bertekad tidak akan berbalik untuk melihat ke belakang lagi, lagipula tidak mungkin seorang yang antipati kepadaku akan mengikutiku, namun rupanya aku keliru, tepat saat aku cipika-cipiki dengan Ci Shandy Owner Lips Beauty, wanita keturunan Tionghoa tersebut berdeham sembari mengedikkan dagunya ke belakang.
"Cieeee, Ajudan apa pacar, nih?"
Saat aku berbalik, aku mendapati Bang Kalla rupanya mengikutiku, dia sudah tidak mengenakan seragamnya tadi pagi, namun dengan kemeja dan celana jeansnya tidak bisa menyembunyikan tubuh tegapnya, wajah pria itu datar saat digoda Ci Shandy, mengangguk pelan karena tahu jika dirinya yang dimaksud pria ini langsung menjawab.
"Saya ajudan Papinya Mbak Aira, Ci."
Sontak aku memutar bola mata malas, sealergi itu Bang Kalla terhadapku, nggak ada yang namanya nyerempet dikit, semuanya langsung di koreksi dan ditegaskan nggak boleh ada salah paham.

KAMU SEDANG MEMBACA
KAIRA
RomanceSaat Tuan Putri kesayangan Sang Panglima yang pecicilan dan manja bertemu dengan Ajudan yang dingin. Aira Sekar, perempuan manja mahasiswa Hubungan Internasional tersebut nyatanya harus menjilat ludahnya sendiri, satu waktu dia pernah berkata jika d...