32. Kesombongan yang pantas

1.5K 262 20
                                    

"Ya sudah kalau begitu, ayooo!"

Menutupi salah tingkahnya Aira kembali berbalik, dengan bersedekap dan dagu yang terangkat tinggi Aira berjalan di depan Kalla menuju mobilnya. Layaknya seorang Princess tengil, tepat saat sampai di mobil, wanita itu hanya berdiri di samping pintu mobil dengan pandangan matanya yang mengisyaratkan Kalla untuk membukakan pintu.

Benar Kalla sendiri yang meminta Aira untuk tahu batasan antara seorang Putri Komandan dengan ajudan Ayahnya, tapi apa yang Aira lakukan benar-benar penghayatan bahkan sampai ke sikap sombongnya, tercabik diantara rasa geli dan sebal sendiri, apa lagi yang bisa Kalla lakukan selain menuruti apa yang Aira minta, sembari menghela nafas panjang Kalla membuka pintu mobil tersebut mempersilahkan Aira untuk masuk dengan wajah tengilnya.

"Tolong agak cepat, Bang. Aku khawatir sama Amanda."

Meminta cepat di jam pulang kerja? Kalla rasa Aira tengah bercanda atau tengah sarkas atas sesuatu yang mustahil, tapi meski demikian kekhawatiran Aira kepada asistennya yang menurut Kalla sedikit tidak berguna karena menolong atasannya sendiri yang tenggelam saja dia tidak bisa, jangankan menolong, mendekati kolam renang saja perempuan bertubuh gempal itu tidak berani, cukup menarik perhatian Kalla.

Kalla tahu jika Aira sepertinya tipe orang yang selalu berlebih dalam segala hal, termasuk rasa sok tahunya yang kemarin membuat Kalla jengkel karena merasa seperti dikasihani, tapi untuk sebuah kekhawatiran terhadap orang yang bekerja kepadanya, Kalla tidak bisa mencibirnya.

Apalagi kekhawatiran itu bukan sekedar basa-basi atau pencitraan untuk membalas kata-kata tidak mengenakan Kalla tadi pagi, berulangkali Aira mencoba menelpon managernya yang ujung-ujungnya berakhir dengan Aira yang misuh-misuh sendiri karena tidak diangkat, setelahnya Aira akan sibuk mengirimkan pesan, dan berulangkali dengan mencoba meneleponnya.

Sikap Aira yang gelisah dan gedubrak-gedubruk ini mau tidak mau mengusik ketenangan Kalla dibalik kemudi, Kalla ingin mengabaikan Aira, namun kepeduliannya tidak bisa dibendung.

"Sebenarnya adiknya PA mbak itu sakit apa? Tadi Mbak Aira bilang ada dugaan bullying, kan?"

Aira yang sebelumnya sibuk dengan ponselnya tampak tersentak dengan pertanyaan Kalla, wanita itu sepertinya terkejut karena Kalla tiba-tiba bertanya, wanita itu melihat Kalla sekilas sebelum akhirnya dia kembali fokus dengan ponselnya seolah enggan menatap Kalla lama-lama. Sikap Aira ini yang seolah takut dengan Kalla ini membuat Kalla sedikit tersentil, kalimatnya tadi pagi ditambah dengan teguran dari Jendral Wibawa benar-benar membekas untuk Aira.

Kalla sendiri yang berucap, dan dia sendiri juga yang menyesalinya sekarang.

"Adiknya Amanda jatuh dari tangga makanya harus dilarikan ke rumah sakit."
Mendengar jawaban Aira seketika dahi Kalla mengernyit tidak paham. Aira yang melihatnya buru-buru menambahkan. "Iya, tau kalau anak sekolah kecelakaan di sekolah itu normal, sering terjadi, yang namanya apes nggak ada di kalender, kan? Tapi Adinda itu berbeda, adiknya Amanda itu sering ngeluh ke aku kalau sebenanrnya dia nggak suka bersekolah ditempatnya sekarang, sekolah elite itu ambisi Amanda yang nggak kesampaian, yang dipaksakan ke adiknya. Agak miris sebenarnya, tapi wajah cantik, otak pintar, tapi ekonomi kurang itu bukan kombinasi yang baik. Seringkali jika tidak kuat justru akan dibully oleh mereka yang lebih punya kuasa. Menyedihkan, tapi memang itu kenyataannya."

Pandangan Aira menerawang jauh, perempuan itu juga terlihat menggigit bibirnya kuat, sosoknya ada di sebelah Kalla tapi terlihat jelas jika pikirannya melanglangbuana kemana-mana.

"Jangankan Adinda yang punya banyak faktor untuk dibully, kadang nama orangtua yang diluar kuasa kita  saja bisa bikin masalah! Diejek, dikatain nothing nggak peduli seberapa besar usaha yang sudah kita lakukan untuk berdiri di kaki sendiri. Buruk dikatain nggak pantas, bagus dicurigai KKN. Setiap anak nggak bisa milih terlahir dari mana, tapi orang-orang seenaknya bully kita karena hal itu."

KAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang