Saat Tuan Putri kesayangan Sang Panglima yang pecicilan dan manja bertemu dengan Ajudan yang dingin.
Aira Sekar, perempuan manja mahasiswa Hubungan Internasional tersebut nyatanya harus menjilat ludahnya sendiri, satu waktu dia pernah berkata jika d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hollllaaaaaa Aira dan Kalla sudah bisa kalian baca full part di playbook, KbM dan Karyakarsa ya. Happy reading semuanya
"Apaan dah! Ngeselin banget. Nggak ada ya aku ngorok......."
Dengan rasa sebal dan malu yang mendominasi aku meraih cangkir minuman yang dibawa oleh Bang Kalla, menyembunyikan wajahku yang sudah tidak karuan aku mendahuluinya berjalan namun pria tersebut mengikutiku.
"Kok ngorok sih Mbak Aira, ngorok itu kalau kerasnya kayak suara kerbau!"
Haruskah Bang Kalla mengoreksinya segala? Tidak bisakah dia mengakhiri obrolan tentangku yang ngorok ini sampai disini? Tidak tahukah Bang Kalla jika aku kepalang malu dengan acara ketiduran yang tidak sengaja terjadi karena aku kekenyangan?
"Bisa diem nggak, Bang?!"
Dengan kesal aku berbalik, menatapnya dengan pandangan sebal terkeji yang aku miliki, namun kalian tahu, Bang Kalla justru menahan senyuman tampak geli sendiri.
"Iya diem! Ini diem, Mbak Aira! Tenang saja, rahasia Mbak Aira aman ditangan saya." Dengan sangat menyebalkan Bang Kalla menggerakkan tangannya seolah dia tengah mengancingkan bibirnya agar hal memalukan tersebut tidak tersebar, asal Bang Kalla tahu, caranya tersenyum-senyum penuh pengertian tersebut justru membuat jantungku kebat-kebit.