Scarlett : 40

138 22 1
                                    

╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮

Hening... Namun, hangat. Suasananya yang kosong, juga familiar... Namun terasa lembut sehingga begitu nyaman. Rasanya seperti sedang berada di kamar tidurnya sendiri. Sampai-sampai ia tak ingin membuka matanya dan terus tertidur sepuasnya seperti ini.

Namun sialnya.. Alam semesta kini sedang tidak berpihak padanya. Padahal yang ia inginkan di saat ini hanya tidur dengan tenang. Tidak ada hal lain yang ia inginkan selain hanya ingin meredam rasa lelah letihnya selama ini.

Oh God, please lemme sleep.’ batinnya mendengus.

Perlahan Scarlett membuka dua matanya yang terpejam. Guna mencari tahu, siapa yang sebenarnya detik ini tidak mengizinkan dirinya untuk tertidur sedikit lebih lama.

Morning, beautiful.”

Well, of course. She forgot that this man was still alive.

Scarlett terdiam membungkam. Menatap nanar tampang Bram yang entah itu sedari kapan pria ini sudah bertekuk lutut tepat di hadapan wajah, menontoni dirinya tertidur.

Prasasti psikopat gila satu ini, sebuah perkara besar yang mampu membangunkan dirinya, tanpa harus melakukan apapun itu. Bahkan alam bawah sadarnya tahu bahwa ia harus tetap waspada dan jangan lengah sedikitpun.

Satisfied enough watching me sir? ” tanyanya ketus.

Enough? who said that? ” Bram menarik tipis senyuman di sudut bibirnya. “Sorry.... but i can’t get enough of you.”

Wanita itu membisu, tidak menanggapi sepatah katapun. Yang ia dapatkan hanyalah tatapan mata khas seseorang yang baru saja tersadar dari alam mimpinya.

Bram menaruh satu telapak tangannya tepat ke atas dahi Scarlett. “Baguslah.. demamnya sudah mereda. aku akan panggil Stevan untuk memeriksamu secara keseluruhan.” ia beranjak dari tempatnya.

Demam...? aku demam?? ’ batin Scarlett bertanya–tanya.

“Tunggu, bagaimana dengan Ryujin? dimana dia?” tanya Scarlett. Ia mendudukan tubuhnya yang masih terbaring.

“Di ruang praktek Stevan.. kau ingin pergi menemuinya?” jawabnya. Tanpa menghentikan langkah kakinya menuju pintu ruangan. “Tunggulah—”

Stop there! ” seru Scarlett.

Spontan langkah Bram terhenti di ambang pintu.

Scarlett membeku sejenak... Matanya sibuk memandangi dirinya sendiri. Pakaian yang ia kenakan sebelumnya kini sudah berganti dengan kemeja hitam milik Bram.

“Siapa.. yang mengurusku tadi malam?” tanyanya serius.

Bram terdiam dalam waktu yang singkat. Lalu seringaian nakal pun terbentuk begitu sempurna, sesaat setelahnya.

“Stevan sibuk menangani Ryujin...” jawab Bram tertahan.

Scarlett mengangkat wajahnya. Menatap.

“Kau pikir siapa lagi... kalau bukan aku?” sambung Bram.

Scarlett tertegun.

“Aku tak mau berterimakasih.”

Bram terkekeh seraya pergi menghilang dari pandangan. “Aku tak butuh itu.”

Scarlett terdiam. Suara Bram sudah tidak lagi berdenging di dalam telinganya.. Semuanya kembali hening seketika. Yang terdengar sekarang ini.. Hanyalah detak jantungnya yang kian cepat menggema di sekujur tubuhnya.

Red Wine Cigarette LighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang