╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮
“Boss, saya sudah membereskan semuanya tanpa tersisa, sesuai perintahmu.”
Bram tengah bertukar suara dengan seseorang di balik earpod di telinganya. Diego, satu-satunya tangan kanan kepercayaannya di dalam organisasinya.
“Good.” sahut Bram seadanya.
“Ada lagi yang perlu saya urus, boss?” tanya Diego.
“Tidak perlu. kembali ke markas.” jawab Bram dengan nada datarnya seperti biasa.
“Baik. tapi, boss. apa kau sudah pergi ke markas lebih dulu? saya tidak melihatmu di sini.” tanya Diego.
Bram terdiam sejenak.
“Ada hal yang harus di urus. kalian kembali saja duluan.”
“Baik boss.”
Bram menutup sambungan teleponnya lebih dulu. Tangan kirinya itu begitu lihai menyetir, dengan kedua matanya yang fokus ke depan melihat keluar kaca mobil.
Tatapan matanya amat sibuk menatapi punggung Scarlett yang tengah mengendarai motornya di depan sana. Ia mengendarai mustang miliknya itu tepat di belakang Scarlett.
Scarlett yang mengetahui itu lewat kaca spionnya hanya bisa berdecak. Saat ini rasanya ia seperti sedang menjadi buronan dadakan.
‘Kenapa harus di belakangku?! ’ batin Scarlett ketus.
Dengan memakan waktu sedikit lama, pada akhirnya Scarlett dan Bram sampai di parkiran sebuah restoran malam bernama ‘Redarose ’ bernuansa vintage yang terkenal di kalangan para konglomerat.
Bram memarkirkan mobilnya tepat di samping motor Scarlett. Scarlett yang melihat itu hanya memutar kedua bola matanya, diiringi dengan hela nafasnya yang sudah begitu pasrah.
Scarlett menatapi restoran di depannya. Tujuan awalnya adalah kembali ke mansionnya. Ia masih tidak mengerti bagaimana bisa dia berakhir pergi ke restoran ini.
“Pakailah.” ucap Bram, ia memberikan Scarlett sebuah gaun malam berwarna hitam.
Scarlett terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ia hanya menatap datar gaun malam itu yang masih tergantung di genggaman Bram.
“Aku tidak sudi pakai gaun bekas.” cetus Scarlett dengan amat pedas. Bram yang mendengar itu menghela nafas.
“Ini baru.” ucap Bram.
“Lalu apa aku harus percaya? aku tidak mau.” Scarlett menatap pria di sampingnya itu dengan amat datar.
“Menurutmu dengan baju setelanmu yang seperti itu mereka akan percaya kalau kau pasanganku?” balas Bram mencoba sabar.
Seketika Scarlett langsung melihat dirinya sendiri. Bram benar. Sekarang ia memang tengah mengenakan setelan hitam yang biasa ia pakai untuk menyusup. Ia juga tahu, jika dirinya masuk ke dalam sana dengan penampilannya yang seperti ini, semua orang yang melihatnya tentu akan merasa curiga.
Lagi-lagi Scarlett hanya bisa pasrah.
“Okay, fine. kalau begitu aku pinjam mobilmu.” Scarlett merebut gaun itu dari tangan Bram. Ia meraih pegangan pintu mobil Bram dan membukanya. Bram yang sudah mengetahui apa yang dimaksud Scarlett pun langsung membelakangi mobilnya sendiri.
“Aku akan menyumpahimu kalau kau berani mengintip.” tegas Scarlett dengan nada yang begitu menekan.
Bram menghela nafas untuk kali kedua, sembari memejamkan matanya. “Just get in, i won’t peek.”
Sejak kecil ia sudah tak berhati. Ia tidak pernah sedikitpun merasa peduli pada wanita selain ibunya sendiri. Wanita manapun itu tidak pernah ada yang berhasil membuatnya tertarik. Sekalipun ia berurusan dengan seorang wanita, ia hanya memanfaatkannya semata hanya untuk kepentingannya sendiri.
Satu-satunya yang memenuhi isi pikirannya itu hanyalah membunuh dan menghabisi semua yang menjadi parasit di hidupnya. Entah itu musuh atau siapapun yang berani mengusiknya.
“Ck! gaunnya kekecilan. aku sulit bergerak kalau begini!” setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Scarlett turun dari mobil Bram, dengan mulutnya yang sudah nampak menggerutu.
“Apa tidak ada gaun lain?” tanya Scarlett yang masih tetap sibuk membenahkan gaunnya itu.
Bram mematung dengan wajah datarnya.
Ia tak menjawab pertanyaan dari Scarlett satu katapun. Ia hanya diam tak bergeming mengamati Scarlett yang sudah mengenakan gaun malam tadi.
Gaun malam selutut dengan warna hitamnya yang nampak elegan. Sebenarnya itu adalah gaun baru milik ibunya yang sudah lama tertinggal di mobil Bram. Gaun itu sudah berdiam cukup lama di mobilnya tanpa ia hiraukan sama sekali.
“Excuse me? i’m asking you, Mister.” Scarlett menatap Bram yang tengah sibuk memperhatikannya. Ia merasa tak nyaman dengan tatapan Bram yang terasa tak ramah dan cukup mengganggu.
Bram hanya terdiam. Melihat Scarlett dari kakinya hingga ujung kepala. Ia sudah banyak bertemu dengan berbagai macam wanita. Semuanya ia abaikan tanpa peduli. Tapi entah mengapa kali ini, kenapa ia menahan nafasnya sendiri? Ia sendiri tak mengerti.
“Already like a bitch.” cetus Bram amat datar.
Seketika Scarlett terkejut dengan matanya yang langsung terbuka lebar. “What did you say?! ”
“But.....” Bram menahan ucapannya. Ia menatap Scarlett amat lekat tanpa ekspresi.
“What?! ” tanya Scarlett ketus.
Bram menyeringai.
“Come on. bersikaplah layaknya wanitaku.” ucap Bram sembari melangkah meninggalkan Scarlett lebih dulu.
Scarlett mengernyitkan dahinya. “I know.”
Pria di depannya itu sungguh membuatnya geram sekaligus merasa heran. Bram benar-benar pria datar kelahiran kutub utara yang tak bisa ia baca apa isi pikiran yang ada di dalam otaknya. Sungguh pria merepotkan. Malam ini menjadi malam paling sial baginya.
Scarlett berjalan menyusuli langkah kaki Bram. Dan tanpa basa-basi, tangannya ia lingkarkan pada lengan kiri milik Bram.
Bram menoleh menatap Scarlett.
“Kenapa? aku hanya mengikuti sandiwaramu ini. apa maksudmu meninggalkanku di belakang setelah menyuruhku menjadi wanita palsumu? menyebalkan sekali.” ketus Scarlett tanpa membalas tatapan Bram.
Kedua alis Bram terangkat. Apa yang dilakukan Scarlett ia tak pernah menyangkanya. Biasanya ia selalu geram setiap kali ada wanita yang berani menyentuhnya tanpa seiizinnya. Namun ketika Scarlett yang melakukannya, entah mengapa dirinya seolah-olah merasa seperti memenangkan sesuatu.
Bram membiarkan tangan Scarlett melingkar di lengannya. Dengan senyuman picik yang sudah terbentuk sempurna di bibirnya.
⚊ ⚘⨳ ⚊
You’ve fallen into my trap,
Ms. Red Roses.• • • •
╰───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╯
= To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Wine Cigarette Lighter
RomanceIroninya dari kata 'Cinta', adalah satu-satunya belati pembunuh paling terbaik yang pernah ada di dunia. • • • • Kehidupan nyaris sempurna, milik keluarga Madison yang merupakan kepala Mafia paling ditakuti di kota. Berakhir kandas seketika dalam se...