Scarlett : 27

113 9 0
                                    

╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮

Madison’s Mansion. 17:48 pm.

“Berhati-hatilah, Ryujin. dan jangan gegabah. kau akan merepotkan nona jika melakukan hal bodoh. jadi tahan emosimu dan jangan ceroboh. kau mendengarku, kan?”

Cyrus mengomeli Ryujin yang kini tengah bersiap untuk pergi. Cara berbicaranya bak seorang ayah yang sedang sibuk menasihati sikap keras kepala dari anaknya sendiri.

Mendengar ocehan Cyrus saat ini, ia merasa deja vu. Pria paruh baya itu terlihat begitu mirip seperti salah seorang kakek yang telah membesarkan dirinya sejak kecil. Ryujin hanya bisa terkekeh seperti halnya anak kecil tanpa dosa.

“Sejak kapan kau jadi mirip seperti kakek? jangan-jangan kau akan menua seperti dia?” kekehnya. “Haish, ck ck ck. Cyrus, dengar aku. jangan jadi seperti dirinya. dia itu tua bangka paling menyebalkan yang pernah ku kenal, tahu.”

“Baiklah. akan ku sampaikan itu padanya.” timpal Cyrus.

“Hei hei okey, baiklah. aku dengar kok. jadi tolong jangan sampaikan perkataanku tadi padanya, ya? mengerti? aku akan membelikanmu arloji antik! bagaimana, kau mau?”

“Aku sudah punya lima. tiga dari tuan Ragnar... dan dua dari nona.” sahut Cyrus. Ia sedikit mengangkat dagunya.

“Cih! dasar sombong! oke. asal kau tahu saja... aku juga pernah dicium nona!” balasnya masih tidak ingin kalah.

“Maksudmu, di dalam mimpi?”

Kalah telak. Ryujin bungkam seketika. Sedangkan Cyrus, terkekeh puas. Aretha yang berdiri diam di tengah debat konyol itu hanya bisa menggelengkan kepalanya disertai helaan dari nafasnya yang panjang.

“Hei... Ryujin.” panggil Aretha. Sang algojo pun menoleh. “Kau yakin akan mencari nona dengan kondisi tubuhmu yang seperti itu? seharusnya.. sekarang kau istirahat saja. kau bisa menyerahkan pencariannya pada anak-anak....”

“Bersantai di atas kasur? tidur seharian dan membiarkan nona kesulitan sendirian di luar sana, itukah maksudmu? maaf.. itu bukan aku, Aretha.” seru Ryujin. “Lagipula luka ini sama sekali tidak ada apa-apanya.”

Aretha memangut paham. “Ya, oke. baiklah. aku percaya padamu. kalau begitu sana... cepat, bawa nona kembali.”

“Tenang saja. tanpa disuruh pun aku akan membawanya kembali ke rumah ini, secara utuh.” sahut Ryujin, sembari melangkah pergi ke arah gerbang menuju mobil di depan sana yang sudah disiapkan sejak tadi.

“Ryujin.” suara Cyrus menghentikan langkah kaki Ryujin.

“Apa? mau mengejekku lagi??” ketusnya.

“Soal... mereka berdua. kau jangan menghukum mereka terlalu keras seperti itu... mereka tidak sepenuhnya salah. mereka hanya melakukan apa yang diperintahkan nona.”

“Baik. mereka memang tidak sepenuhnya salah. tapi aku tak pernah mengajarkan mereka untuk jadi bodoh. kalau bukan karena kecerobohan mereka, sekarang nona pasti di sini. bukan malah menghilang tanpa kabar seperti ini!”

“Tapi, tetap saja. kau terlalu kasar menghukum mereka.”

“Jikalau menyangkut keselamatan nona, aku tidak akan pernah bisa bersikap lembut. sudahlah... soal mereka itu urusanku. kau tidak usah ikut campur.” jelas Ryujin tegas.

Cyrus menghela nafasnya. “Hei.”

“Apalagi?”

Cyrus terdiam beberapa saat. Menatapi tampang Ryujin dengan lamat-lamat. Ryujin mengernyitkan dua alisnya, menunggu kalimat ucap apa yang akan Cyrus lontarkan.

Red Wine Cigarette LighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang