Scarlett : 17

41 6 2
                                    

╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮

Welcome back, boss.”

Diego menyambut hormat pemimpinnya itu yang baru saja kembali. Bram tak menghentikan langkah kakinya, ia tetap berjalan dengan Scarlett yang terkulai lemah di kedua tangannya.

Where’s Stevan?

His room.” jawab Diego. Fokus matanya teralihkan ke arah Scarlett. “Boss, wasn’t she a woman at that time?

As you can see.” jawabnya dengan kalimat seadanya. “You, go call Stevan. he had something to take care of.”

Diego mengangguk patuh.

Bram terus berjalan membawa Scarlett hingga sampai di ruangan praktek Stevan. Ia menidurkan wanita yang digendongnya itu ke atas ranjang pasien.

Mulutnya membungkam. Ia diam menunggu kedatangan Stevan, seraya memperhatikan paras Scarlett yang begitu pucat terbaring lesu di depannya.

Akhir-akhir ini kepalanya di penuhi banyak tanda tanya. Itu bukan tentang ada apa dengan dirinya. Melainkan ia bertanya-tanya, ada apa dengan wanita di depannya ini hingga semakin hari semakin mengganggu pikirannya.

Tak seperti wanita yang lainnya.. Ia membiarkan Scarlett untuk mengganggui isi pikirannya. Hari pertama dimana matanya bertemu pandang dengan mata Scarlett, dalam sekali hembusan wanita itu berhasil membangunkan sisi gelap yang baru di dalam dirinya.

Who is this gorgeous woman, boss? ” entah sejak kapan Stevan sudah berdiri tepat di samping Bram. “This is the first time you brought a woman here.” lanjutnya.

She was poisoned. you already know what you have to do, don’t you? ” tak sepatahpun Bram menanggapi keheranan Stevan.

Dokter berkacamata itu terkekeh. “Of course, boss.”

Then quickly do something to her. if it doesn’t work and she dies, just replace it with your life.”

Understood.” sahutnya mengangguk paham.

Setelah mengatakan itu dengan sangat datarnya, Bram pun pergi meninggalkan Stevan dan Scarlett begitu saja.

Stevan berjalan mendekati Scarlett. Bak memandangi sebuah karakter tak nyata. Bagi dirinya, ini adalah kali pertama dia menemukan sosok bernyawa yang begitu jelas nyaris sempurna.

Cantiknya serasa sulit dipercaya.

“Selera boss luar biasa.”

~ ~ ~

Di dalam ruangan kerjanya, yang bernuansa modern ditambah sedikit sentuhan kontemporer dengan interior minimalisnya yang serba hitam. Bram melepas long coat  yang dikenakannya itu lalu melemparnya ke atas sofa.

Ia pun duduk di kursi besarnya. Di depan meja panjang yang selalu saja dihiasi beberapa tumpukan berkas dan juga laptop miliknya.

Kerjanya tidak semata hanya membunuh orang di sana sini saja. Ia juga mempunyai sejumlah perusahan ilegal maupun legal yang berdiri di berbagai tempat di bawah pimpinannya.

Mau tak mau ia tetap saja ditemani banyaknya berkas dokumen yang semakin menumpuk di setiap harinya.

Tok tok tok...

“Masuklah.”

Diego membuka pintu. Ia melangkah masuk sembari membawakan sebotol Red Wine terbaik favorit Bram di genggaman tangannya. Wine itu ia tuangkan ke dalam gelas cantik yang telah ia bawa di satu tangan lainnya.

Red Wine Cigarette LighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang