Scarlett : 07

77 12 2
                                    

╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮

Kedua mata milik Scarlett sibuk berkeliling. Tatapannya menyorot tajam mengamati lawan yang sekarang tengah mengerumuni dirinya dan juga Bram.

Jumlah mereka cukup banyak memenuhi seisi ruangan. Dengan penampilan mereka yang nampak menakutkan seperti halnya sekelompok gangster berangasan yang kerjanya urak-urakan membuat berbagai kegaduhan.

Namun meskipun begitu, tidak ada satupun dari mereka yang mampu membuat Scarlett merasa takut. Mendapati dirinya dikerumuni yang mengartikan nyawanya sebagai taruhan, hatinya itu tetap tidak gemetar sedikitpun.

“Kau takut?” goda Bram sembari mengangkat kedua lengan kemejanya hingga sikut.

Scarlett yang mendengar itupun bibirnya langsung menyeringai terkekeh. “Aku bukan pengecut.”

Tiga patah kata itu berhasil membuat sudut bibir Bram menyeringai puas. Ternyata menarik Scarlett untuk ikut bersamanya itu benar-benar menjadi pilihan yang paling tepat baginya. Karena saat ia melihat Scarlett menghabisi Linus tanpa berkedip sedikitpun, ia sudah tahu bahwa Scarlett akan sangat berguna untuknya.

SREEEKKK!!!!

Dengan begitu tiba-tiba dan tanpa memikirkan situasi di sekelilingnya. Scarlett langsung merobek paksa gaun yang tengah membalut tubuhnya itu dengan kasar dari ujung rok hingga sampai pada pangkal pahanya.

Sebenarnya ini gaun macam apa? kenapa mudah sekali untuk dirobek.’ batin Scarlett merasa heran sendiri.

Bram yang mendengar suara sobekan itu langsung menoleh terkejut. Ia menatap heran wanita yang sedang berada di sampingnya itu. Dan semua yang ada di dalam ruangan ini sama halnya seperti Bram, mereka terkejut dengan apa yang baru saja Scarlett lakukan.

Scarlett melirik ke arah Bram sesaat.

“Sudah kubilang aku sulit bergerak. gaun ini mencekikku. bagaimana aku bisa melawan mereka jika gaun sialan ini menghalagi pergerakanku.” raut wajahnya datar seakan ia sama sekali tak merasa bersalah karena telah merusak gaun yang bahkan bukan miliknya.

Wajah Bram yang sama datarnya hanya terdiam tanpa ada satu katapun ia menanggapi ocehan Scarlett. Wanita bermata biru terang satu ini memang benar-benar di luar dugaannya. Apapun itu yang dilakukan Scarlett ia tak pernah menyangkanya.

Namun karena hal itulah yang mampu membuat Boss Mafia satu ini semakin dibuat merasa tertarik olehnya.

Scarlett meraih belati di dalam sebuah kantong kecil yang khusus untuk menyembunyikan berbagai benda tajam. Kantong itu mengikat erat di salah satu pahanya. Awalnya keberadaan kantong itu tersembunyi, namun sekarang tidak lagi karena rok dari gaun yang menutupi pahanya itu sudah ia robek dengan sungguh sempurna.

“Belati?” Bram mengangkat alisnya.

“Aku butuh sesuatu untuk melindungi diriku sendiri.” jelas Scarlett tanpa basa-basi.

Walaupun Scarlett memiliki kemampuan bertarung, tapi ia tahu betul bahwa kekuatan milik wanita akan tetap kalah jika dibandingkan dengan pria. Karena itu ia selalu membutuhkan alat untuk bisa mengimbangi kemampuan bela dirinya.

Alright. then show me all your abilities, Ms. Madison.” seru Bram dengan senyuman miring di sudut bibirnya.

Scarlett sudah mengambil posisi ancang-ancangnya tanpa rasa ragu sedikitpun. “Don’t look down on me.”

Bram dengan otot di rahangnya yang sudah nampak mengenjang, ia mengkretekan semua jari tangannya yang sudah terasa gatal itu hingga berbunyi renyah. Wajahnya tak lagi menunjukan ekspresi yang ramah untuk dipandang.

Red Wine Cigarette LighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang