╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮
“Jangan keras kepala.” tegas Bram.
Scarlett menyilang rapat kedua lengan miliknya di dada. “Aku tak mau kelinci buruanku direbut. kau sendiri yang mengatakan itu padaku.. apa kau.. lupa tentang hal itu?”
Dengan nada bicaranya yang amat tenang. Namun tegas. Intonasinya yang terdengar santai.. Namun cukup sarkas. Ditambah bahasa tubuhnya yang angkuh seakan hendak melindas siapapun yang menghalanginya melintas.
Dan juga matanya yang biru terang layaknya kilap laut di bawah kilauan mentari. Menyorot dengan teramat tajam, seolah memberitahu lawan bicaranya tentang siapa yang di sini sedang memimpin.
Sisi dominan, dari wanita pemilik nama Scarlett Madison. Sisinya yang kuat, dan kokoh seperti ini... Yang selalu saja berhasil membuat Bram merasa tertantang hebat hingga berapi--api. Melihat Scarlett, rasanya seperti menemukan cerminan dirinya sendiri pada versi lawan jenisnya.
Untuk Bram, yang sejak kecil tak sekalipun melirik wanita di sekitarnya.. Scarlett adalah satu dari sekian banyaknya wanita, yang berhasil menghidupkan sebuah emosi yang sudah lama mati di dalam dirinya. Scarlett, sudah seperti wine merah favoritnya... Dan juga seperti pemantik rokok bagi dirinya.
This ocean—eyed woman.... The only real ‘Red Wine’ and ‘Cigarette Lighter’ just for him. She’s the only one woman who always manages his ‘wild side’.. To the point of being completely crazy.
Seringaian sempurna sudah terbentuk di bibir Bram. “Ya, baiklah. kalau itu maumu aku bisa apa? tapi.. bagaimana jika aku tak mau? aku juga punya dendam padanya.”
“Kriminal sepertimu ini, sudah pasti punya dendam pada para agent kepolisian sepertinya. lagipula, hidupmu akan selalu dikejar mereka jadi untuk apa dendam?” balasnya.
Bram mengalihkan fokus matanya menatap Dyrgan yang tengah berdiri begitu angkuh di sana. “Melihatmu terluka dan menangis seperti itu, kau kira aku tak punya dendam pada sampah sepertinya?”
Scarlett tertegun. Seketika. “What?! ”
Rahang Bram mengejang. Memaparkan segala urat yang ada di wajah dan di kepalan tangannya, menegang amat kuat sembari menahan amarahnya yang kian merambat. “Hanya membuatnya babak belur seperti itu.. masih jauh dari kata balasan sepadan untuknya.”
Scarlett semakin dibuat terperangah.
‘Tunggu–– apa?! Drygan babak belur itu... ulahnya?? jadi, orang yang dia sandera itu... Dyrgan?? ’ batinnya berpikir.
“Harusnya kubakar saja sampah busuk itu!” geram Bram.
Mendengar hal itu Scarlett terdiam sesaat. Lalu menghela nafasnya sepanjang mungkin. “Ck! sudah kubilang untuk tidak usah ikut campur, kan. kau tak mendengarkanku??”
Kini pandangan Bram kembali terfokuskan pada Scarlett. “Jika bukan karenamu sepertinya si busuk itu sudah mati lebih dulu di tanganku.” sahutnya.
Scarlett tersenyum tipis. “Baguslah kalau begitu. ternyata pendengaranmu itu sangat baik.” seraya mulut cantiknya berucap seperti itu, ia membuka satu sisi jas yang saat ini tengah membalut tubuh besar Bram.
Nampaklah satu belati, beberapa senjata api, dan juga isi pelurunya yang menggantung ber–sejajar dengan rapi di balik jasnya itu. Dan yang dipilih Scarlett adalah belati itu tentunya.
Dan Bram... Yang melihat hal itu... Seringaiannya kembali terbentuk dengan teramat sempurna. Ia pun meraih satu senjata apinya lalu menaruhnya di tangan Scarlett.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Wine Cigarette Lighter
RomanceIroninya dari kata 'Cinta', adalah satu-satunya belati pembunuh paling terbaik yang pernah ada di dunia. • • • • Kehidupan nyaris sempurna, milik keluarga Madison yang merupakan kepala Mafia paling ditakuti di kota. Berakhir kandas seketika dalam se...