Scarlett : 06

53 10 2
                                    

╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮

• • • •

Alright... It turns out I’m the target here.

⚊ ⚘⨳ ⚊

“Maaf, tapi sepertinya aku tidak pantas mendapatkan teh spesial ini.” Scarlett menatap Abigail dengan begitu lekat sembari terkekeh sinis. “Terimakasih.... untuk racunnya.”

Abigail langsung tertegun bungkam. Wajahnya nampak terkejut sempurna. Begitu pula ayahnya. Rencana busuk mereka sudah diketahui lebih dulu oleh targetnya sendiri.

Bram yang menyaksikan itupun menghempaskan punggungnya ke bahu kursi yang tengah didudukinya. Dilipatlah kedua tangan miliknya itu di dada, bibirnya menyeringai dengan ekspresi menyeramkan layaknya seekor harimau yang mendapati mangsanya bersembunyi.

You’re smart as i thought, Scarlett.’ batin Bram terkekeh kecil sembari memejamkan matanya.

Scarlett melempar kasar gelas teh di tangannya itu.

Trying to kill me with a classic trap like this? how boring.” Scarlett ikut melipatkan tangannya di dada. Ia terkekeh sembari bersandar manis di sandaran kursinya.

How dare you make my woman as your target, Wilson.” cetus Bram dingin. Abigail berdecak.

How did you know it was poison?! ” ekspresi kecewa sudah nampak begitu jelas di wajahnya Abigail.

Scarlett tersenyum sinis. “Kau kira aku tidak tahu tentang teori ‘poison teapot ’ yang dipakai para assassin untuk meracuni targetnya? that’s an old stupid trick, princess.”

Sejak awal Scarlett sudah menyadarinya. Ketika pelayan pria itu datang kemari sembari membawa teapot dengan tampilannya yang nampak sangat tak lazim dibanding teapot pada umumnya.

Teapot yang dibawanya itu memilik dua lubang kecil yang terletak pada posisi yang berbeda. Satu lubangnya ada pada bagian bawah pegangannya, sedangkan yang lainnya berada tepat di atas tutupnya.

Scarlett tahu betul bahwa di dalam teapot itu terdapat dua ruang yang bisa menyimpan cairan yang berbeda. Dan ia menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri. Pelayan itu menutup bagian lubang yang berada pada pegangannya di saat menyajikannya ke dalam gelas teh milik Scarlett. Itu artinya yang dituangkan untuk dirinya bukanlah teh, melainkan racunnya.

“Hahaha!!” Edgar tertawa hampa. “Ternyata wanitamu ini sepintar dirimu ya, BD? sungguh mengejutkan.”

I know.” Bram menatap Edgar datar.

“Aku sudah meremehkannya. dan sepertinya kau benar-benar akan menolak mentah permintaanku padamu kali ini, BD.” serunya.

Kali ini tatapan Bram berubah menjadi jauh lebih tak ramah. Ia menatap Edgar di depannya itu dengan amat tajam. “Kau lupa? aku sudah menolaknya sejak tadi.”

Edgar memejamkan matanya sembari terkekeh. “Ya, baiklah... kalau kau memang menolaknya, aku tidak akan bisa memaksamu, benar kan?”

DORR!!!

Tanpa isyarat dan aba-aba. Entah sejak kapan Bram mengeluarkan senjata api miliknya. Ia menembak salah satu pilar bulat yang berada tepat di belakang Edgar. Dan bukannya memantul, melainkan pilar itu retak bagaikan di hantam sesuatu.

Semuanya terkejut mematung layaknya patung. Termasuk Edgar. Detak jantungnya berdegup begitu kencang, kedua matanya langsung melebar seketika. Satu peluru yang keluar dari senjata api milik Bram, melesat secepat kilat di samping telinga kanannya.

Red Wine Cigarette LighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang