Scarlett : 08

70 11 0
                                    

╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮

Senjata api berwarnakan hitam pekat dihiasi bercakan darah segar di tangannya, Scarlett terdiam menatapinya dengan amat lekat. Pikiran di dalam otaknya itu tengah bergelut hebat dengan hati nuraninya.

Kenapa lagi-lagi dirinya harus dihadapkan dengan situasi yang merepotkan bagi emosi hatinya. Untuk kedua kalinya ia harus menghilangkan nyawa seseorang yang ada di depan matanya dengan tangannya sendiri.

Hal yang membuat hatinya merasa gundah saat ini, itu karena orang yang akan ia bunuh sekarang adalah seorang wanita. Seseorang yang memiliki jenis yang sama dengan dirinya.

Do i really have to kill her? ” tatapan Scarlett sama sekali tak berpaling dari senjata api di genggaman tangannya.

Why?  kau pikir yang membuat Linus mati menyedihkan seperti itu karena siapa?” seru Bram datar namun sarkas.

Scarlett langsung memejamkan matanya. Kalimat yang dilontarkan Bram itu benar-benar menusuk telinganya. Pria tak berhati di belakangnya ini sungguh menguji semua kesabarannya. Scarlett pun menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar.

Diangkatlah pistolnya dengan perlahan, ia mengarahkan senjata api di tangannya itu tepat ke titik di mana Abigail berada. Scarlett genggam benda berisi peluru itu dengan amat erat, ia memusatkan semua sisa kekuatan miliknya di satu tangannya.

Scarlett menatap Abigail yang masih meringkuk pilu di depan sana. “Abigail... ada yang ingin kau sampaikan?”

Abigail mengangkat kepalanya. Kedua matanya nampak begitu merah dibasahi air mata. Ia menatap Scarlett dan juga Bram dengan penuh rasa dendam di matanya.

“Akan kupastikan kalian merasakan akibatnya!” Abigail menggertak dengan penuh amarah. Nafasnya menderu tak beraturan.

“BD! berani-beraninya kau membunuh ayahku dengan sangat kejam! kau benar-benar tak memiliki hati!! kau membuatku kehilangan ayah!!! bagaimana kau akan bertanggung jawab, hah?!” hardiknya begitu lantang.

Bram sama sekali tak meresponnya. Ia malah sibuk memandangi tangannya sendiri yang sudah begitu bersimbah darah.

“Dan kau, wanita jalang!! kau masih berani berbicara padaku, hah??!! kau itu bukan siapa-siapa!!! kau hanya seorang jalang yang bahkan tak jelas asal-usulnya!!!” kali ini amarahnya itu berpindah pada Scarlett.

Watch your mouth, Abigail.” seru Scarlett sembari menghela nafasnya tanda lelah.

Hah!!! yea you really are a fucking bitch, Red Roses!!! ” timpal Abigail kembali dengan tatapan mencibirnya.

Scarlett tak lagi menanggapinya.

“Lihat saja, aku pasti akan balas dendam!! akan kubuat kalian mendapatkan balasan yang setimpal!! kalian akan menyesal!!!” nadanya sungguh menekan dan terdengar mengancam.

Are you done talking? ” tanya Bram dengan sorot mata dan nadanya yang amat datar tak berekspresi sedikitpun.

Abigail mengernyit. Matanya membulat sempurna terkejut bukan main. Saat ini ia langsung tersadar, pria yang ia dambakan itu memang tak akan bisa ia luluhkan. Ia sungguh tak menyangka jika wajah Bram sekarang benar-benar tak menunjukan sedikitpun rasa peduli padanya. Tetap dingin seperti biasanya.

You think i care about your babbling? ” cetus Bram sinis.

Bola mata Abigail gemetar. “Sebenarnya kalian ini apa?”

Seringai mengerikan kembali terbentuk di bibir Bram.

“Bukankah sudah kubilang...” satu tangan kekarnya itu menarik lembut pinggang ramping milik Scarlett agar lebih dekat, hingga dada bidang miliknya bersentuhan dengan bagian belakang kepala Scarlett.

Red Wine Cigarette LighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang