╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮
Usai Stevan melakukan pemeriksaan perihal keadaannya dan mengatasi berbagai macam luka-luka yang ada, juga memastikan semua kondisinya baik—baik saja, meskipun Scarlett masih ingin menemani Ryujin namun sayangnya ia harus terpaksa mengikuti kemana ia akan ditarik pergi.
Bagai Romeo, yang tidak rela direbut Julietnya. Layaknya binatang buas rakus.. Yang tak ingin berbagi hasil buruan miliknya pada sekelompok kawanannya. Mungkin, hal ini memang terdengar, sedikit agresif... Namun seperti itulah Bram membawa Scarlett pergi meninggalkan markasnya dengan Black Mustang miliknya.
Punggung dari jari—jemari tangan Bram bertumpu tepat di mulutnya.. Dengan satu tangannya yang lain meremas kuat kemudi bundar di hadapannya. Memaparkan begitu jelas urat mengejang diantara sela—sela tulang–belulang Metacarpus di punggung tangannya.
“Kita akan kemana?”
Suara Scarlett melayang di udara terlebih dulu... Patahan kata itu menggema di ruang mobil seketika memecahkan kecanggungan dalam hitungan detik.
Bram menoleh sesaat, lalu kembali memandang lintasan. “Sesuai permintaanmu,” sudut dari bibirnya melengkung teramat tipis. “Kita akan pergi, ke tempat yang hanya aku yang mengetahuinya.”
Intonasi bicaranya terdengar cukup sulit untuk diartikan. Seakan—akan tengah memendam hal rumit yang saat ini kerap mengikis dirinya. Scarlett yang mendengarnya pun hanya bisa terbungkam.
Seharusnya, ia sudah tahu itu... Tentang Bram yang pasti akan menganggap serius apa yang sudah ia katakan saat itu. Tapi entah.. Kenapa sekarang ia merasa sedikit takut?
“Euhh....” Scarlett menarik nafasnya dalam—dalam. “Aku baru saja teringat... sepertinya aku melupakan sesuatu...”
“Akan lebih baik jika hal itu tak kau jadikan sebagai dalih untuk kabur dariku lagi....” sahut Bram. Sedikit menekan. “Tidak, kan?”
Ya. Percobaannya gagal total, hanya dalam sekejap mata. Scarlett tahu, hal basi seperti ini tak akan pernah berhasil walau hanya untuk celah sekecil apapun.
Dan sekarang, ia sudah benar—benar terkurung di dalam kandang serigala, yang ia masuki dengan kakinya sendiri. Scarlett sungguh tak akan bisa menjauh dari pria satu ini.
Scarlett menghela nafasnya amat kasar.
“Baiklah... tapi bagaimana dengan rumahku?” tanyanya. “Aku harus mengurusnya terlebih dulu.. aku tak mau jika rumah itu terbengkalai.”
“Aku sudah mengurusnya untukmu. soal sisanya terserah padamu.” jawab Bram jelas. “Ada lagi hal lain yang harus kulakukan?”
Mendengar itu Scarlett mengatup bibirnya, tidak percaya. Sudah diurus, katanya? Bagaimana bisa?? Mengejutkan!! Pria ini benar-benar membuatnya kehabisan kata-kata!!!
“Ya, oke. baiklah! lalu bagaimana dengan Ryujin? aku tak akan mungkin membiarkannya jadi gelandangan, kan??”
“Memang kenapa?” timpal Bram sekenanya.
“Apa? kenapa katamu?!” hardik Scarlett mengernyit. “Dia itu sudah selama ini berada di sisiku! aku– tak sepertimu! aku tidak mau meninggalkannya begitu saja!”
Dengan tiba–tiba. Bram menghentikan laju mobilnya dan berpakir di tepi jalan... Ia tatap lamat—lamat wanita yang berada di sampingnya itu dengan sorotan tajam di kedua manik gelapnya.
“Dengar.” kini amat menekan. Rahang Scarlett kembali ia tarik, mendekat ke arah wajahnya. Ia mengurung Scarlett ke dalam tatapan matanya.
“Pengawal, penjaga, dan priamu... itu aku. semua hal-hal yang bersangkutan denganmu.. itu adalah urusanku. aku tidak akan pernah berbagi tempat, dengan siapapun itu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Wine Cigarette Lighter
RomanceIroninya dari kata 'Cinta', adalah satu-satunya belati pembunuh paling terbaik yang pernah ada di dunia. • • • • Kehidupan nyaris sempurna, milik keluarga Madison yang merupakan kepala Mafia paling ditakuti di kota. Berakhir kandas seketika dalam se...