Scarlett : 26

110 11 2
                                    

╭───────── ༺ ⚘ ༻ ─────────╮

Cahaya matahari masuk menembus bebas jendela kaca. Terangnya itu menyorot menyilaukan kedua pupil mata. Membuat Scarlett yang tidur pun bangun dan membuka matanya. Ia menarik tubuhnya yang tengah terbaring itu seraya menggosok matanya perlahan, guna menjelaskan penglihatannya yang masih kabur.

Pandang Scarlett langsung berkeliling ke berbagai sudut. Memperhatikan segala sesuatu yang kini tengah terekam oleh mata birunya sedetail mungkin.

Ternyata, sekarang ini dirinya tengah menempati sebuah kamar tidur asing tak dikenal. Yang jelas kamar itu bukan kamar tidur di mansion miliknya.

Where is this? ” Scarlett segera beranjak dari kasur yang ditidurinya itu.  “Ackk— ugh, sial. tengkukku sakit sekali!!”

Scarlett memijit lembut tengkuknya yang terasa sakit. Ia seketika teringat dengan apa yang telah terjadi semalam.

“Ah, si brengsek itu!” ketusnya menghela nafas. “Kenapa pula aku bisa sampai lengah begitu? cih, dasar bodoh—”

“Tunggu dulu....” Scarlett mematung sesaat.

“Tentu saja bukan aku yang bodoh. tapi.....”

Tanpa banyak bicara, Scarlett langsung membuka pintu dan meninggalkan kamar. Kakinya itu melangkah cepat mencari-cari di mana keberadaan pria menyebalkan itu.

Jika dia tidak mengeluarkan suaranya dengan tiba-tiba seperti itu, Scarlett tidak akan mungkin terkecoh begitu. Dengan begitu ia bisa melihat kondisi akhir dari Dyrgan.

Tidak. Mungkin, yang mengganggu bukan sepenuhnya karena suara berat yang khas miliknya itu. Melainkan...

Apa harus ya, memanggilku dengan sebutan itu?? dasar licik!! dia pasti sengaja melakukannya, kan??!! ’ batinnya menggerutu tersipu.

Ah, tidak. mungkin yang jadi masalahnya di sini adalah aku. sejak kapan aku bisa tergganggu dengan panggilan seperti itu? tapi, tetap saja....

“Argh, terserahlah!” ketus Scarlett merasa geram sendiri.

“Di mana bajingan itu?!”

Ia sudah mencari dan menelusuri setiap ruangan, tanpa terlewat satupun. Tapi batang hidung bajingan itu sama sekali tak terlihat di sana. Semua ruangan itu kosong tak diisi manusia seorang pun.

Scarlett berhenti dan mengatur nafasnya sejenak. Tersisa satu ruangan yang belum ia datangi. Ia pun melanjutkan kembali pencariannya itu menuju dapur.

Kemungkinan besar, sosoknya itu akan berada di sana. Dan ternyata benar, dari kejauhan saja sudah terdengar suara riuh dari perabotan dapur yang mengisi ruangan.

“Bram! cepat kemari. aku ingin bicara.”

Oh, you’re awake? ” sahutnya lembut.

Pria itu menoleh.

Scarlett tersontak mematung, terkejut. Pria yang ada di depan sana saat ini bukanlah orang yang dicarinya. Dia bukan Bram, melainkan Dyrgan.

Bak disambar petir di tengah siang bolong tanpa hujan atau bahkan sekedar mendung. Scarlett sungguh tidak mengira bahwa ternyata pria yang telah membawanya itu adalah Dyrgan. Dugaannya salah besar.

Red Wine Cigarette LighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang